GAIRAH CINTA TERLARANG
Part 45
"Menikah, Pak?" tanya Revan.
"Iya, Menikah, kalian mau menikah?" Ulang bapak tua di hadapan kami dengan senyum menghias wajah senjanya.
"Kami akan menikah, Pak. Namun, tidak sekarang," jawab Revan dengan lirikan tajam ke arahku.
"Oouucchhh ...!" ringgis Revan karena kakinya kuinjak kasar. Masih bisa-bisanya dia bercanda di dalam situasi yang seperti ini.
"Bukan waktunya untuk bercanda, Van!" tegasku pada Revan dengan setengah berbisik.
"Kalau kalian tidak mau menikah, ada keperluan apa kalian ke sini, Nak?" tanya lelaki di hadapan kami dengan suara pelan dan tatapan yang penuh pertanyaan. Aku berusaha menguasai diri untuk lebih tenang.
"Kami boleh masuk, Pak?" tanya Revan Sopan.
"Astaqhfirullah, bapak sampai lupa menyuruh kalian masuk, ayo masuk, Nak!" Bapak tua itu mempersilahkan kami masuk ke dalam.
"Terimakasih, Pak," ucapku lembut.
"Silahkan duduk, Nak!" Bapak
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 46"Ayo, Tan!" Aku berjalan mengikuti Revan. Kaki terasa lemah tidak bertenaga. Tulang seakan patah tidak terbentuk, kenyataan ini membuatku hidup. Namun terasa mati."Ayo, Tania!" teriak Revan yang lebih dulu berdiri di samping mobil.Tanpa jawaban, aku terus melangkah dengan hati yang masih tidak bisa lagi kudefinisikan rasa sakitnya. Kemudian, Aku memasuki mobil Revan dan duduk di kursi penumpang.Mas Satria mengkhianatiku dengan dua wanita sekaligus. Bagaimana ini bisa terjadi? Dia yang terlihat begitu menyayangiku. Namun, berubah keji dengan memasukkanku dalam lubang nestapa.Ya Allah, terlalu berat ujianmu untukku. Aku hanya bisa memendamnya dalam hati. Kepada siapa harus kucurahkan lara hatiku."Tania!" Revan menatapku iba. Aku diam tanpa menghiraukannya. Tidak tahu harus berkata apa.Air mata mengalir membasahi pipi. Aku terisak dalam kepiluan yang teramat
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 47Kurapikan gamisku dan melangkah turun untuk menghampiri Revan yang sedari tadi membelakangiku."Van, kamu menangis, Van?" tanyaku saat melihat bulir bening di wajah tampannya."Nggak, Tan." Revan secepatnya menghapus air matanya."Kita lanjutkan perjalanan kita, ya!" Revan beranjak masuk ke dalam mobil, meninggalkanku yang masih terpaku heran dengan sikap Revan beberapa detik yang lalu."Tan, ayo!" ajak Revan yang sudah berada di balik setir kemudi.Aku kembali masuk ke dalam mobil, beberapa menit suasana hening tanpa suara. Hanya terdengar musik yang mengalun yang Revan putar.[memandang indah wajahmumengagumi setiap lentik matamumembayangkan senyuman manismuyang tak bisa ku milikimendengar keluh kesahmumenerima segala kekuranganmumerasakan setiap kesedihanmudimanakah aku di dalam hatimuku hanya bisa diam, menyimpan perasaandi
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 48Satu jam kemudian, kami sampai di tempat kami memarkir mobilku. Aku turun dari mobil Revan setelah mengucapkan salam perpisahan. Kulangkahkan kaki menuju mobil, membuka pintu dan duduk di balik kemudi. Revan masih menungguku, di tempat semula.Kulajukan mobil dalam kecepatan sedang. Ini saatnya untuk menumpahkan segala resah dan gelisah, tanpa satu orang pun yang tahu.Aaaaaahhhh ...!"Kau jahat, Satria! Berulang kali kau tipu aku, kau jahat!" Teriakku. Pikiranku tidak mampu mencerna apa pun untuk saat ini.Beberapa menit kemudian, terdengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga.Beep ... beep ... beeeep ...!Suara klakson mobil yang terus menerus. Saat kulirik ke belakang, itu bukan mobil Revan. Seketika ketakutan datang menyusup ke dasar hati, gelisah menghampiri tiada berhenti."Stop! Pinggir!" teriak seorang lelaki yang sangat aku kenali."Satria
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 49"Kau tahu sayang, aku membayangkan kita tinggal satu rumah berempat, aman, damai dan penuh cinta, mau, ya, sayang?" Rasa tidak percaya memasuki hati dengan begitu cepat. Lelaki yang dulu lembut berubah menjadi manusia yang tidak memiliki etika.Aku terperangah mendengar penuturan lelaki yang hampir delapan tahun menemaniku. Mataku tidak berkedip menatap ke arahnya, mulutku terbuka sempurna. Kuterdiam sejenak tanpa kata. Hatiku menguatkan nuraniku."Maaf, lanjutkan ide gilamu dengan istrimu yang lain, tidak denganku, Satria!" tegasku. Sesekali aku menoleh ke belakang berharap Revan datang membebaskanku dari Satria."Lihat apa, sayang? Kamu cari lelaki yang tidak berguna itu, Ya?" Tanyanya dengan nada menghina.Aku diam tanpa menjawab, aku bersiap hendak turun dari mobil dan meminta pertolongan. Namun, mas Satria lebih cepat mengetahui niatku."Dia tidak akan datang menolongmu, jadi ... kamu menurut
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 50Mas Satria menarik bajuku dengan kasar. Sehingga terdengar bunyi sobekan akibat kelakuannya."Lepas!" Aku mendorong tubuh Satria kuat. Tubuhnya mundur beberapa langkah dariku. Aku merasa terhina dengan perbuatannya.Dengan langkah terhuyung, aku berlari menuju mobil. Aku ingin menjauh dari hadapan mas Satria yang tidak lagi memiliki hati."Kau ikut denganku!" sentak mas Satria. Dia berupaya mengejarku. Aku merasa miris dengan rasa sosial di antara masayarakat sekarang ini. Tidak ada pengendara yang berani menolong. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Biiim ... biiim ...!Suara klakson mobil yang saling bertautan. Aku memekik girang dalam hati. Revan datang untuk menyelamatkanku."Kenapa lelaki itu bisa lepas! Tidak becus!" desis mas Satria dengan kepalan tangan penuh emosi"Satria apa yang kau lakukan?" Revan turun dari mobil dengan wajah yang baba
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 51Kami saling diam, tidak ada pembicaraan antara aku dan Revan, hingga sampai depan rumah. Kami tenggelam dalam pikiran kami masing-masing.Aku bergegas turun dari mobil mencari Mbok Yem. Memintanya untuk mengobati luka Revan. Dengan sigap Mbok Yem mengambil obat di lemari dan membawa air hangat untuk mengompres luka di wajah Revan.Aku menaiki tangga, memasuki kamar yang di penuhi kenangan dengan mas Satria. Setiap inci dari ruangan itu terdapat bayang mas Satria.Mengambil koper dan memasukan beberapa potong baju yang ada di dalam lemari. Membuka laci dan meraih surat-surat berharga yang telah susah payah aku perjuangkan.Melihat ke dalam sebelum keluar dari kamar. Ranjang itu, menjadi saksi bisu, saat cintaku dan mas Satria masih menyatu. Deretan tas dan sepatu mewah yang tertata rapi dalam lemari kaca, menjadi bukti perhatiannya padaku. Namun, hal itu tidak membuat dia menjadikanku satu-satunya ra
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 52Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Mobil Revan berhenti di sebuah rumah yang tak kalah mewah dengan rumah yang aku tinggali bersama Mas Satria. Rumah dimana aku menghabiskan masa kecil dengan penuh tawa tanpa air mata karena hati terluka."Biar aku yang turun," ujarku seraya membuka pintu mobil.Aku menekan bel dan satpam rumah membukakan pintu gerbang. Aku memberi isyarat untuk Revan melajukan kenderaannya. Aku berdiri tegak di depan rumah orangtuaku. Menarik napas dalam lalu membuangnya pelan."Maafkan Tania, Ayah, Ibu, kepulangan Tania membawa beban untuk kalian berdua. Harusnya bahagia yang kulukis di usia senja kalian." Gumamku pelan.Berjalan gontai menuju mobil Revan. Dari jauh aku melihat Revan sibuk menurunkan barang-barangku. Kehadiran Revan sungguh anugerah untukku. Walau orang-orang bisa beranggapan aku adalah wanita gampangan. Dekat dengan lelaki lain, padahal aku masih b
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 53Kling ...![Tan, kita jadikan, ke rumah orangtua Roby?]Isi chat yang Revan kirimkan untukku.[Jadi, tapi, jangan bilang sama Ayah dan Ibu, Ya?]Pintaku pada Revan, aku tidak ingin membebani mereka.[Siap!] Balasnya.Aku menuruni tangga. Kepalaku celingak-celinguk mencari keberadaan Revan. Namun, batang hidungnya tidak aku temui.[Kamu dimana?]Kukirimkan pesan untuknya.[Di halaman belakang sama Ayah.] balasnya.[Ayo, jalan sekarang!] Ajakku[Ok, pamit sama calon Ayah mertua dulu, Ya, hahahhahahha ...!] Aku tersenyum tipis melihat sikap Revan yang mulai berani bercanda denganku.Setelah pamit kepada ayah dan ibu, kami berdua melakukan perjalanan menuju rumah orangtuanya Roby. Kebenaran harus diungkap, jangan sampai Roby mati sia-sia karena ulah manusia licik seperti Satria."Ayah kamu baik, ya, Tan," ujar Revan."Hmmm