Tuan James tampak bersenandung riang, laki-laki itu segera membuka pintu kamar dan bersiap untuk beristirahat. Ketika ia memasuki kamarnya, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.“Sayang, dari mana saja kamu?” tanya seorang wanita yang berdiri tepat di hadapannya.“A-alia!” lirih James dengan netra membola. Ia tidak menyangka kalau istrinya telah terjaga dan mencari keberadaanya.“James, jawab pertanyaanku. Dari mana kamu? Aku sudah mencarimu, namun kamu tidak ada di sisiku. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Alia dengan tatapan menyelidik. Setelah ia mengetahui hubungan suaminya dengan Dayana, Alia selalu saja berpikiran buruk kepada suaminya.“Aku tadi belum mengantuk dan aku meminta Okan menemaniku keluar dan menikmati udara malam sambil menikmati secangkir kopi di café yang letaknya tidak jauh dari sini,” jawab Tuan James dengan wajah gugup.Setelah dijelaskan secara rinci, akhirnya wanita itu percaya dengan ucapan suaminya.Dengan tatapan manja, Alia membawa suaminya
Selama pesawat mengudara, Oliver terus menggenggam tangan Biya. Laki-laki itu memenui janjinya untuk menjaganya.“Biya, lihat awan itu indah sekali speerti kapas beterbangan!” ucap Oliver dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu bahkan sangat senang duduk berdampingan dengan Biya.“Apa aku bisa menyentuhnya?” Biya berbicara dengan tatapan takjub. Ia benar-benar penasaran dan ingin menyentuh awan di luar sana.“Sayang sekali tidak bisa, tapi jangan bersedih. Setidaknya kamu sudah melihat awan-awan itu bergerak berarak-arakan di luar sana. Apa kamu menyukainya?” Oliver mengajak putrinya untuk berbincang sepanjang perjalanan. Ia tahu kalau gadis kecil itu tengah berusaha menahan ketakutan di dalam dirinya.“Ya, aku menyukainya. Tapi, aku takut kalau pesawat ini akan jatuh!” Biya kembali mengungkapkan ketakutannya kepada Oliver. Ia bahkan tidak ingin melepaskan genggaman tangan laki-laki itu.“Tidak, sayang. Pesawat kita akan mendarat dengan aman. Sekarang, pejamkan matamu dan beristirahatl
Tiba-tiba ponsel Oliver bergetar. Laki-laki itu segera menghentikan kegiatannya. Dengan sigap, ia melirik ke layar ponselnya yang tengah menyala. Seketika wajahnya tampak pias ketika melihat nama yang tertera di sana.DEG!Oliver segera bangkit dan meninggalkan meja makan. Laki-laki itu sengaja menjauh dari Sonya dan anak-anaknya.“Hallo, Ayah!” ucap Oliver dengan nada setenang mungkin. Ia tahu kalau laki-laki itu pasti akan menghubunginya.“Hallo Oliver, bagaimana? Apa Sonya sudah sampai di kota ini? Kenapa kamu tidak mengabarkan apa pun kepada Ayah?” tanya Tuan James dengan penuh rasa penasaran. Ia seakan sudah tidak sabar ingin mendengar kabar terkini mengenai putrinya.“Ayah, Sonya sudah bersamaku. Maaf, aku lupa mengabarimu. Mungkin sebentar lagi, aku akan mengantarnya ke rumah Nyonya Dayana.” Oliver menjawab pertanyaan ayahnya dengan nada penuh kecanggungan.“Kamu ada di mana? Apa Ayah boleh datang ke sana? Ayah ingin sekali berjumpa dengan Sonya!” ucap laki-laki itu dengan nad
“Sonya, kenapa kamu melamun? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya Oliver dengan tatapan menyelidik.“A-aku, aku tidak melamun!” jawab Sonya dengan wajah merah padam. Ia merasa gugup ketika Oliver bertanya hal yang sangat memalukan baginya. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu dari tadi memperhatikannya.“Jangan berbohong, aku tahu kalau kamu dari tadi tampak gugup dan tengah memikirkan sesuatu. Apa itu ada kaitannya denganku?” tanya Oliver dengan senyum terbaiknya. Sungguh, Sonya baru sadar kalau laki-laki itu sangat tampan. Ia bahkan merutuki dirinya yang sempat terpesona dengan sosok ayah ketiga anaknya.‘Sonya, kamu jangan gila. Apa kamu lupa, kalau Oliver adalah pria brengsek yang sudah menghancurkan masa depanmu? Apa kamu lupa, laki-laki itu yang sudah menghancurkan hari pernikahanmu?’ batin Sonya sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia tidak ingin tergoda oleh sikap manis Oliver. Meski laki-laki itu ayah biologis anak-anaknya, tetap saja dirinya cukup tahu dir
Sonya terdiam dan menghentikan makannya. Tubuhnya seketika membeku mendengar permohonan Dayana.“Sonya, apa masakanku tidak enak? Pasti aku lupa menambah garam di sambalnya!” ucap Dayana sambil tersenyum kecil. Wanita itu kembali menyalahkan dirinya.“Tidak Bu, masakan Ibu enak sekali. Aku bahkan sangat menyukai rasa sambal buatanmu!” Sonya tampak gugup dan segera melanjutkan makannya. Ia benar-benar ingin berada di sisi wanita itu, namun bagaimana dengan anak-anaknya? Apa mereka tidak akan mencari-cari keberadaannya?“Sonya, apa yang sedang kamu pikirkan? Sepertinya, kamu tengah memikirkan sesuatu?” tanya Dayana sambil mengusap lembut puncak kepala putrinya. Ia benar-benar merasa terharu dengan kepulangan Sonya.“A-aku baik-baik saja, Bu. Bagaimana kehidupanmu selama aku tidak ada? Apa Ibu merasa kesepian?” Sonya bertanya dengan tatapan lekat. Ia bahkan merasa bersalah karena sudah meninggalkan wanita itu dalam waktu yang cukup lama.“Ibu setiap hari menunggu kepulanganmu. Ibu juga s
“Ayah, bunda ke mana?” seru Biya dari dalam sana. Sepertinya anak-anak itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Sonya. “S-sebentar, Ayah sedang menelepon seseorang!” jawab Oliver dengan nada singkat. Ia melanjutkan kegiatannya menghubungi seseorang melalui ponselnya.Oliver menghela napas lega ketika seseorang menjawan panggilannya di seberang sana.“Hallo, Lo, tolong belikan makanan untuk anak-anakku. Mereka mengeluh lapar dan kamu harus sampai di sini dalam waktu lima belas menit!” ucap Oliver sambil memijit pelipisnya. Baru saja ditinggal sebentar oleh Sonya, laki-laki itu sudah kelimpungan mengurus ketiga anak kembarnya.“Baiklah, Tuan. Saya akan tiba di apartemen Anda dalam waktu lima belas menit!” jawab Lorenzo dengan nada tergesa. Laki-laki itu segera bergegas menuju ke restoran cepat saji untuk membelikan pesanan tuannya. Lorenzo diam-diam tersenyum kecil mengingat kerepotan yang tengah dialami tuannya.“Tuan, akihirnya Anda dapat merasakan peran seorang ayah yang sesunggu
Dayana tampak menghirup udara lebih banyak. Wanita itu bersiap untuk mengungkapkan rahasia yang sudah bertahun-tahun disimpan olehnya. Sebagai seorang anak, Sonya perlu tahu latar belakangnya.“Ibu akan mengatakan hal apa? Apa itu sangat penting?” tanya Sonya dengan tatapan lekat. Ia seakan sudah tidak sabar ingin mendengar sesuatu yang keluar dari mulut ibunya.“Sonya, maafkan Ibu yang selama ini telah membohongimu. Sebenarnya, ayahmu masih hidup dan dia belum meninggal,” ucap Dayana dengan nada bergetar. Wanita itu memberitahu putrinya mengenai kebenaran yang selama ini dia simpan rapat-rapat.“A-apa? Ayahku belum meninggal dan dia masih hidup?” tanya Sonya dengan netra membola. Ia tampak terkejut dengan pengakuan ibunya.“Ya, kamu benar. Ayahmu masih hidupa dan dia belum meninggal. Ibu terpaksa melakukan hal ini karena sebuah tekanan. Ibu melakukan semua ini demi keselamatan kamu.” Dayana menangis tersedu-sedu di hadapan putrinya. Ia bercerita kalau dirinya melakukan hal ini demi m
“Maaf!” lirih Oliver dengan tatapan lekat. Laki-laki itu bahkan mendekatkan wajahnya ke bibir Sonya dan bersiap membungkam tangisan wanita itu dengan caranya.Sonya tampak terdiam ketika Oliver mendekatkan wajahnya. Tatapan mereka saling bertemu dan menimbulkan getar yang tidak biasa di dalam hati keduanya. Dengan penuh kelembutan, Oliver menghapus jejak air mata di wajah Sonya. Laki-laki itu menggunakan ibu jarinya untuk menghapus buliran bening yang membanjiri wajah Sonya.“Maaf, aku sudah banyak menyakitimu. Aku sadar, aku telah membuatmu terluka!” ucap Oliver dengan tatapan lekat. Ia merasa bersalah melihat kesakitan yang dirasakan oleh Sonya. Laki-laki itu segera meraup bibir Sonya dan menyesapnya dengan penuh perasaan yang membuncah. Ia merasakan debar yang tidak biasa di dalam hatinya. Untuk pertama kalinya, Oliver mengakui pesona seorang Sonya. bibir wanita itu begitu manis dan membuatnya merasa candu dan ingin terus menyesap dan melumatnya dengan penuh hasrat yang membara.S