“K-kamu?” ucap Oliver dengan tatapan tidak percaya.“Ya, memangnya kenapa? Apa kamu terkejut dengan kedatanganku?” ucap laki-laki itu dengan tatapan yang begitu tajam. Ia bahkan terlihat menyimpan amarah di balik tatapannya.“Ada apa kamu datang ke kantorku? Apa kamu ingin membicarakan sesuatu?” Oliver bertanya dengan nada setenang mungkin. Ia tidak ingin terpancing dengan sikap yang ditunjukkan oleh Zack.“Kamu masih bertanya seperti itu kepadaku? Sekarang, di mana Sonya dan anak-anak? Kenapa kamu tidak dapat menjaga mereka dengan baik?” Zack terlihat emosi ketika berhadapan dengan Oliver. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat marah saat menatap wajah sang pengacara yang terlihat seolah baik-baik saja.“Zack, aku bisa menjelaskan semuanya. Sonya dan anak-anakku baik-baik saja. Jadi, kamu tidak usah mengkhawatirkan mereka.” Oliver berbicara dengan nada serius. Ia berusaha menenangkan Zack yang tengah murka di hadapannya.“Oliver, jangan kira aku tidak tahu kelakukan busukmu. Kamu bahk
“Anak manis, apa kamu tidak apa-apa?” ucap seorang wanita yang tidak sengaja menabrak Vier. Ia bahkan terlihat panik melihat Vier yang jatuh terduduk di lantai.Vier hanya menggeleng dan berusaha bangkit. Anak itu bahkan berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan sang wanita.“Maafkan aku, aku kebetulan sedang terburu-buru sehingga tidak sengaja menabrakmu. Apa kamu tidak apa-apa?” wanita itu kembali menatap lekat wajah Vier dan menunjukkan rasa khawatir di wajahnya.“Tidak Nyonya, aku baik-baik saja.” Vier menjawab pertanyaan wanita itu dengan senyum yang terbit di wajahnya.“Kamu datang ke sini dengan siapa? Apa kamu datang bersama orang tuamu?” wanita itu kembali mengedarkan pandangannya mencari sosok yang sekiranya menemani Vier di sana.“Aku datang bersama Opa,” jawab Vier dengan nada polos.“Opa? Di mana Opamu? Kenapa dia ceroboh sekali? Apa dia tidak takut kalau cucunya akan dicelakai atau dibawa lari oleh orang jahat?” wanita itu tampak kesal ketika tidak menemukan siapa pun
“Vier, kalau Oma boleh tahu, di mana ibumu?” tanya Dayana dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu bahkan merasa sangat penasaran dengan keberadaan orang tua Xavier.Vier tampak terdiam untuk beberapa saat. Wajahnya tertunduk dalam seakan tengah menahan kerinduan yang begitu besar kepada ibu kandungnya. Ia bahkan terlihat menahan air matanya ketika berada di hadapan Dayana.“Sekarang bunda sedang berada jauh dariku. Semoga suatu saat, aku dapat bertemu lagi dengannya.” Vier berbicara dengan nada yang begitu lirih. Ia bahkan mengungkapkan rasa rindunya kepada Sonya di hadapan Nyonya Dayana.“Vier, aku turut prihatin dengan apa yang sudah menimpamu. Semoga saja, kalian lekas bertemu dan berkumpul seperti keluarga pada umumnya. Oma yakin, ibumu pasti orang baik dan dia sangat mencintaimu,” ucap Nyonya Dayana dengan penuh kelembutan. Wanita itu memeluk erat tubuh Vier dan mengusap lembut punggung anak itu.“Terima kasih, Oma. Setelah aku bertemu dengan bunda, aku akan memperkenalkannya
“Tuan, Vier sedang pergi ke restoran bersama Tuan James. Mereka juga bersama seorang wanita di sana,” ucap laki-laki itu dengan nada serius. Ia sesekali memfokuskan penglihatannya kepada Vier yang tengah berdiri dan berbincang dengan Nyonya Dayana.“Bersama seorang wanita? Siapa dia? Apa kamu mengenalnya?” Oliver bertanya dengan penuh rasa penasaran. Ia memang sengaja meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Vier selama tidak bersama dengannya.“Tidak, Tuan. Tapi, wanita itu usianya sepertinya sama dengan Nyonya Alia. Dia tampak begitu akrab dengan putra Anda,” ucap laki-laki itu dengan nada serius.“Baiklah, kamu pastikan saja kalau Vier dan ayahku baik-baik saja dan ingat, kamu harus terus mengawasi mereka. Jangan sampai terjadi apa-apa dengan mereka!” Oliver berpesan kepada orang kepercayaannya untuk terus mengawasi Tuan James dan Vier. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan keduanya.“Baik, Tuan. Saya akan terus memantau mereka. Saya pastikan mereka akan sampai di rumah dalam
“Tunggu, Sonya dan jangan pergi dariku!” ucap laki-laki itu dengan nada penuh permohonan.“Tuan Oliver,” lirih Sonya dengan netra membola. Ia tampak sangat terkejut ketika menyadari sosok yang tengah mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu bahkan belum siap kalau harus berjumpa dengan laki-laki yang sengaja ia hindari.“Stt!” Oliver meletakkan jari telunjuknya di bibir. Ia meminta Sonya untuk tidak berteriak. Laki-laki itu takut kalau teriakan Sonya akan mengundang kecurigaan orang-orang kepercayaan Rafael.“A-anda mau apa? Apa Anda belum puas menyakiti kami?” ucap Sonya dengan tatapan nyalang. Ada kemarahan dan kekecewaan yang tergambar jelas di wajah cantiknya.“Sonya, apa maksudmu berbicara seperti itu? Apa kamu pikir aku bodoh sehingga tega menyakiti kalian?” Oliver tampak terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Sonya. Ia bahkan terlihat kebingungan dengan sikap ibu dari anak-anaknya.“Tuan Oliver, jangan kira aku tidak tahu kalau Anda benar-benar berniat jahat kepadak
“Bunda, Uncle Rafael sudah pulang. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Ayo kita ikut bersama Ayah!” ucap Bian dan Biya yang berlari mendekat ke arah mereka.“A-apa, Uncle Rafael sudah pulang?” tanya Sonya dengan wajah terkejut.Bian dan Biya mengangguk. Mereka mendengar percakapan orang kepercayaan Rafael yang tengah berbincang melalui ponsel.“Sonya, tunggu apa lagi? Ayo kita pergi dari sini!” ucap Oliver dengan tatapan lekat. Ia bahkan berusaha meyakinkan Sonya kalau dirinya akan berusaha memperjuangkan mereka.“Tidak, aku tidak mau bertemu dengan Tuan James. Aku membencinya dan aku belum bisa memaafkan perbuatannya.” Sonya menolak ajakan Oliver dan memilih bertahan di sana. Ia bahkan tetap berdiam di sana dan enggan menuruti permintaan laki-laki itu.“Sonya, lihat anak-anak kita. Mereka membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Apa kamu tega memisahkan mereka dariku? Apa kamu tega membiarkan Vier terus menerus merindukanmu? Aku mohon, jangan egois dan pikirkan masa depan anak-
Oliver segera mengakhiri perbincangannya dengan Lorenzo. Laki-laki itu mengembuskan napas lega dan tersenyum ke arah Sonya.“Apa mereka baik-baik saja?” Sonya bertanya dengan tatapan lekat. Ia bahkan terlihat mencemaskan Lorenzo dan temannya.“Ya, mereka baik-baik saja. Sekarang, kita akan kembali ke apartemen dan aku mohon, jangan pernah pergi lagi dari hidupku!” Oliver berbicara dengan tatapan penuh permohonan. Laki-laki itu ingin Sonya tetap berada di sisinya demi anak-anak mereka.“Aku masih belum percaya kalau Tuan James adalah ayahku. Aku bahkan berpikir kalau ayah kandungku sudah meninggal. Aku benar-benar kecewa dengan laki-laki yang sudah membuang kami. Dia bahkan lebih memilih menikah dengan wanita kaya daripada hidup bersama kami,” ucap Sonya dengan netra berkaca-kaca. Ia benar-benar kecewa kepada ayah kandungnya.“Sonya, apa kamu tahu kalau Tuan James tidak pernah menginginkan hal ini? Dia sangat menyayangimu dan aku benar-benar paham apa yang dia rasakan selama tidak ada
“Rafael, sepertinya kamu belum menyerah juga!” bisik Oliver dengan nada penuh penekanan.“Tuan, bagaimana ini? Apa mereka akan menyakiti kami?” Sonya tampak panik ketika melihat dua orang yang tengah berjalan menuju ke lift. Ia tahu kalau Rafael pasti tidak akan tinggal diam dan berusaha mengajaknya kembali ke rumah laki-laki itu.“Tenang saja, kita tidak akan kembali ke sini. Kalian tetap tenang dan kita akan pergi dari sini!” ucap Oliver dengan nada setenang mungkin. Laki-laki itu segera melajukan mobilnya meninggalkan area parkir.“Ayah, kenapa kita tidak jadi pulang ke apartemen? Apa itu artinya Ayah akan mengembalikan kami ke rumah Uncle Rafael?” tanya Bian dan Biya dengan tatapan lekat. Mereka sangat takut kalau harus berpisah dengan kedua orang tuanya.“Ya, kita tidak akan pulang ke apartemen. Sepertinya di sana tidak aman dan Ayah tidak ingin terjadi sesuatu kepada kalian. Sekarang, kalian duduk yang manis karena kita akan menuju ke suatu tempat,” ucap Oliver dengan nada penuh