“Vier, kalau Oma boleh tahu, di mana ibumu?” tanya Dayana dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu bahkan merasa sangat penasaran dengan keberadaan orang tua Xavier.Vier tampak terdiam untuk beberapa saat. Wajahnya tertunduk dalam seakan tengah menahan kerinduan yang begitu besar kepada ibu kandungnya. Ia bahkan terlihat menahan air matanya ketika berada di hadapan Dayana.“Sekarang bunda sedang berada jauh dariku. Semoga suatu saat, aku dapat bertemu lagi dengannya.” Vier berbicara dengan nada yang begitu lirih. Ia bahkan mengungkapkan rasa rindunya kepada Sonya di hadapan Nyonya Dayana.“Vier, aku turut prihatin dengan apa yang sudah menimpamu. Semoga saja, kalian lekas bertemu dan berkumpul seperti keluarga pada umumnya. Oma yakin, ibumu pasti orang baik dan dia sangat mencintaimu,” ucap Nyonya Dayana dengan penuh kelembutan. Wanita itu memeluk erat tubuh Vier dan mengusap lembut punggung anak itu.“Terima kasih, Oma. Setelah aku bertemu dengan bunda, aku akan memperkenalkannya
“Tuan, Vier sedang pergi ke restoran bersama Tuan James. Mereka juga bersama seorang wanita di sana,” ucap laki-laki itu dengan nada serius. Ia sesekali memfokuskan penglihatannya kepada Vier yang tengah berdiri dan berbincang dengan Nyonya Dayana.“Bersama seorang wanita? Siapa dia? Apa kamu mengenalnya?” Oliver bertanya dengan penuh rasa penasaran. Ia memang sengaja meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Vier selama tidak bersama dengannya.“Tidak, Tuan. Tapi, wanita itu usianya sepertinya sama dengan Nyonya Alia. Dia tampak begitu akrab dengan putra Anda,” ucap laki-laki itu dengan nada serius.“Baiklah, kamu pastikan saja kalau Vier dan ayahku baik-baik saja dan ingat, kamu harus terus mengawasi mereka. Jangan sampai terjadi apa-apa dengan mereka!” Oliver berpesan kepada orang kepercayaannya untuk terus mengawasi Tuan James dan Vier. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan keduanya.“Baik, Tuan. Saya akan terus memantau mereka. Saya pastikan mereka akan sampai di rumah dalam
“Tunggu, Sonya dan jangan pergi dariku!” ucap laki-laki itu dengan nada penuh permohonan.“Tuan Oliver,” lirih Sonya dengan netra membola. Ia tampak sangat terkejut ketika menyadari sosok yang tengah mencengkeram pergelangan tangannya. Wanita itu bahkan belum siap kalau harus berjumpa dengan laki-laki yang sengaja ia hindari.“Stt!” Oliver meletakkan jari telunjuknya di bibir. Ia meminta Sonya untuk tidak berteriak. Laki-laki itu takut kalau teriakan Sonya akan mengundang kecurigaan orang-orang kepercayaan Rafael.“A-anda mau apa? Apa Anda belum puas menyakiti kami?” ucap Sonya dengan tatapan nyalang. Ada kemarahan dan kekecewaan yang tergambar jelas di wajah cantiknya.“Sonya, apa maksudmu berbicara seperti itu? Apa kamu pikir aku bodoh sehingga tega menyakiti kalian?” Oliver tampak terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Sonya. Ia bahkan terlihat kebingungan dengan sikap ibu dari anak-anaknya.“Tuan Oliver, jangan kira aku tidak tahu kalau Anda benar-benar berniat jahat kepadak
“Bunda, Uncle Rafael sudah pulang. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Ayo kita ikut bersama Ayah!” ucap Bian dan Biya yang berlari mendekat ke arah mereka.“A-apa, Uncle Rafael sudah pulang?” tanya Sonya dengan wajah terkejut.Bian dan Biya mengangguk. Mereka mendengar percakapan orang kepercayaan Rafael yang tengah berbincang melalui ponsel.“Sonya, tunggu apa lagi? Ayo kita pergi dari sini!” ucap Oliver dengan tatapan lekat. Ia bahkan berusaha meyakinkan Sonya kalau dirinya akan berusaha memperjuangkan mereka.“Tidak, aku tidak mau bertemu dengan Tuan James. Aku membencinya dan aku belum bisa memaafkan perbuatannya.” Sonya menolak ajakan Oliver dan memilih bertahan di sana. Ia bahkan tetap berdiam di sana dan enggan menuruti permintaan laki-laki itu.“Sonya, lihat anak-anak kita. Mereka membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Apa kamu tega memisahkan mereka dariku? Apa kamu tega membiarkan Vier terus menerus merindukanmu? Aku mohon, jangan egois dan pikirkan masa depan anak-
Oliver segera mengakhiri perbincangannya dengan Lorenzo. Laki-laki itu mengembuskan napas lega dan tersenyum ke arah Sonya.“Apa mereka baik-baik saja?” Sonya bertanya dengan tatapan lekat. Ia bahkan terlihat mencemaskan Lorenzo dan temannya.“Ya, mereka baik-baik saja. Sekarang, kita akan kembali ke apartemen dan aku mohon, jangan pernah pergi lagi dari hidupku!” Oliver berbicara dengan tatapan penuh permohonan. Laki-laki itu ingin Sonya tetap berada di sisinya demi anak-anak mereka.“Aku masih belum percaya kalau Tuan James adalah ayahku. Aku bahkan berpikir kalau ayah kandungku sudah meninggal. Aku benar-benar kecewa dengan laki-laki yang sudah membuang kami. Dia bahkan lebih memilih menikah dengan wanita kaya daripada hidup bersama kami,” ucap Sonya dengan netra berkaca-kaca. Ia benar-benar kecewa kepada ayah kandungnya.“Sonya, apa kamu tahu kalau Tuan James tidak pernah menginginkan hal ini? Dia sangat menyayangimu dan aku benar-benar paham apa yang dia rasakan selama tidak ada
“Rafael, sepertinya kamu belum menyerah juga!” bisik Oliver dengan nada penuh penekanan.“Tuan, bagaimana ini? Apa mereka akan menyakiti kami?” Sonya tampak panik ketika melihat dua orang yang tengah berjalan menuju ke lift. Ia tahu kalau Rafael pasti tidak akan tinggal diam dan berusaha mengajaknya kembali ke rumah laki-laki itu.“Tenang saja, kita tidak akan kembali ke sini. Kalian tetap tenang dan kita akan pergi dari sini!” ucap Oliver dengan nada setenang mungkin. Laki-laki itu segera melajukan mobilnya meninggalkan area parkir.“Ayah, kenapa kita tidak jadi pulang ke apartemen? Apa itu artinya Ayah akan mengembalikan kami ke rumah Uncle Rafael?” tanya Bian dan Biya dengan tatapan lekat. Mereka sangat takut kalau harus berpisah dengan kedua orang tuanya.“Ya, kita tidak akan pulang ke apartemen. Sepertinya di sana tidak aman dan Ayah tidak ingin terjadi sesuatu kepada kalian. Sekarang, kalian duduk yang manis karena kita akan menuju ke suatu tempat,” ucap Oliver dengan nada penuh
Oliver tersenyum ke arah Sonya. Laki-laki itu mendekat dan menatap lembut wajah sang wanita yang tengah terdiam di hadapannya. Dengan penuh kasih sayang, ia mengecup kening Sonya dan merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.“Aku pergi dulu menjemput Vier, pelayanku akan menyiapkan makan malam untuk kalian!” ucap Oliver dengan tatapan penuh perhatian. Laki-laki itu bahkan merasa bahagia ketika Sonya dan anak-anaknya berkumpul bersama dirinya.“A-apa kamu tidak ingin makan dulu?” tanya Sonya dengan nada gugup. Ia benar-benar merasa canggung di hadapan Oliver.“Aku tidak mungkin membiarkan Vier terlalu lama menunggu. Apa kamu takut kehilangan aku?” kekeh Oliver dengan senyum jahilnya. Laki-laki itu sengaja menggoda Sonya dan membuat wajah wanita itu tampak bersemu kemerah-merahan.“T-tidak, siapa yang takut kehilanganmu? Jangan besar kepala, Tuan pengacara!” ucap Sonya dengan nada kesal.“Benarkah kamu tidak takut kehilangan aku? Kalau tiba-tiba orang kepercayaan Rafa
“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa itu penting untukmu?” tanya Tuan James dengan tatapan lekat. Ia bahkan tidak menyangka kalau putranya akan bertanya hal seperti itu kepadanya.“Ayah, mungkin itu tidak penting untukku, tapi apa hal ini tidak menyakiti Nyonya Dayana? Bagaimanapun Ayah sangat mencintainya dan aku yakin, Ayah pasti ingin bersama dengan orang yang Ayah cintai, kan?” Oliver berbicara dengan tatapan sendu. Ia merasa kasihan karena ayahnya harus terpenjara dalam pernikahan tanpa cinta.“Oliver, kadang cinta itu bukan pilihan. Kita dapat menjalaninya tanpa harus memilih salah satu di antara keduanya.” Tuan James berbicara dengan nada serius. Ia tidak mungkin memilih salah satu untuk menyakiti hati yang lain.“Ayah, apa Ayah tidak ingin hidup bahagia dengan Nyonya Dayana? Kalian bahkan saling mencintai satu sama lain dan apa Ayah tidak ingin mencoba untuk berkata jujur kepada ibuku?” Oliver merasa heran ketika Tuan James tetap berusaha menjaga hati Alia. Meski wanita itu