Oliver tersenyum ke arah Sonya. Laki-laki itu mendekat dan menatap lembut wajah sang wanita yang tengah terdiam di hadapannya. Dengan penuh kasih sayang, ia mengecup kening Sonya dan merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.“Aku pergi dulu menjemput Vier, pelayanku akan menyiapkan makan malam untuk kalian!” ucap Oliver dengan tatapan penuh perhatian. Laki-laki itu bahkan merasa bahagia ketika Sonya dan anak-anaknya berkumpul bersama dirinya.“A-apa kamu tidak ingin makan dulu?” tanya Sonya dengan nada gugup. Ia benar-benar merasa canggung di hadapan Oliver.“Aku tidak mungkin membiarkan Vier terlalu lama menunggu. Apa kamu takut kehilangan aku?” kekeh Oliver dengan senyum jahilnya. Laki-laki itu sengaja menggoda Sonya dan membuat wajah wanita itu tampak bersemu kemerah-merahan.“T-tidak, siapa yang takut kehilanganmu? Jangan besar kepala, Tuan pengacara!” ucap Sonya dengan nada kesal.“Benarkah kamu tidak takut kehilangan aku? Kalau tiba-tiba orang kepercayaan Rafa
“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa itu penting untukmu?” tanya Tuan James dengan tatapan lekat. Ia bahkan tidak menyangka kalau putranya akan bertanya hal seperti itu kepadanya.“Ayah, mungkin itu tidak penting untukku, tapi apa hal ini tidak menyakiti Nyonya Dayana? Bagaimanapun Ayah sangat mencintainya dan aku yakin, Ayah pasti ingin bersama dengan orang yang Ayah cintai, kan?” Oliver berbicara dengan tatapan sendu. Ia merasa kasihan karena ayahnya harus terpenjara dalam pernikahan tanpa cinta.“Oliver, kadang cinta itu bukan pilihan. Kita dapat menjalaninya tanpa harus memilih salah satu di antara keduanya.” Tuan James berbicara dengan nada serius. Ia tidak mungkin memilih salah satu untuk menyakiti hati yang lain.“Ayah, apa Ayah tidak ingin hidup bahagia dengan Nyonya Dayana? Kalian bahkan saling mencintai satu sama lain dan apa Ayah tidak ingin mencoba untuk berkata jujur kepada ibuku?” Oliver merasa heran ketika Tuan James tetap berusaha menjaga hati Alia. Meski wanita itu
“Apa dia mau menerima kehadiran anakmu? Kalau dia tidak mau menerima kehadiran anakmu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan menelentarkan Vier?” Tuan James bertanya kepada putranya. Sebagai seorang kakek, tentu saja ia menginginkan yang terbaik untuk cucunya.“Tidak Ayah, aku tidak akan menelantarkan Vier. Aku bahkan sangat menyayangi dan mencintainya. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatnya tetap bersamaku. Sebagai seorang ayah, aku akan melakukan hal yang sama sepertimu. Melakukan yang terbaik untuk darah dagingku.” Oliver berbicara dengan nada serius. Ia tidak akan membiarkan Vier terlunta-lunta seperti dulu. Cukup sudah luka dan kesedihan yang ia torehkan kepada Sonya dan anak-anaknya.“Bagus, aku benar-benar salut padamu. Apa kamu ingin menginap di sini?” Tuan James bertanya kepada putranya. Ia bahkan terlihat sangat bersemangat untuk mengajak Oliver menginap di rumahnya.“Tidak, aku ingin mengajak Vier pulang ke rumah. Mungkin besok-besok aku akan mengajaknya berkunjung
Sonya dan kedua anaknya tampak terkejut ketika mendengar suara Oliver di sana. Mereka secara serempak mengarahkan pandangannya kepada laki-laki yang tengag mendekat ke meja makan.Baru saja Bian dan Biya ingin berteriak, Oliver segera memberikan isyarat kepada mereka untuk tetap diam dan tidak menimbulkan keributan di sana.Bian dan Biya seakan paham dengan perintah ayahnya. Kedua anak itu memilih diam sambil menahan keharuan yang membuncah di dalam dadanya. Mereka bahkan terlihat sudah tidak sabar ingin berbincang dengan Vier, sosok yang sangat dirindukan oleh mereka. Sedangkan Sonya hanya mampu terdiam dengan netra berkaca-kaca. wanita itu tidak mampu membendung rasa haru yang menyelimuti hatinya. Kalau saja Oliver tidak melarang, ia sudah menghambur memeluk putranya.Oliver segera meletakkan putranya di tempat duduk. Ia meminta Vier untuk membuka mata dan melihat kejutan yang sudah ia siapkan untuk putranya.“Vier, sekarang kamu boleh membuka mata dan lihatlah kejutan apa yang suda
“Sonya, itu artinya kamu harus segera menjadi Nyonya di rumah ini. Karena apa? Karena semua orang merindukan masakan buatanmu. Aku juga merindukan masakan buatanmu sama seperti anak-anak kita. Kira-kira, kapan kita akan menjadi pasangan orang tua yang sebenarnya?” bisik Oliver dengan tatapan penuh arti.DEG!“Oliver, maaf aku harus membantu anak-anak menyiapkan makanan.” Sonya tampak menghindar dan memilih untuk menyibukkan diri menemani anak-anaknya yang tengah makan malam. Ia bahkan terlihat sangat perhatian kepada Vier, Bian dan Biya.Oliver hanya tersenyum kecil dan merasakan kehangatan keluarga yang sebenarnya. Laki-laki itu bahkan semakin yakin kalau Sonya adalah sosok yang tepat untuknya.“Ayah, kenapa Ayah tidak makan? Apa Ayah sudah kenyang?” Vier bertanya kepada Oliver yang tengah mengamati kegiatan mereka. Laki-laki itu bahkan menghentikan makannya sambil sesekali tersenyum melihat ke arah Sonya dan ketiga anaknya.“Tidak, Ayah hanya merasa senang karena kalian sudah kembal
Sonya memejamkan matanya dengan perasaan campur aduk. Tubuhnya tampak membeku ketika embusan napas hangat itu menerpa wajahnya. Sungguh, kalau saja ia boleh memilih lari, mungkin Sonya akan pergi dari sana dan menyembunyikan wajahnya di balik pintu.Wajah Oliver semakin mendekat dan laki-laki itu memagut bibir Sonya dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu bahkan menumpahkan rasa rindunya kepada Sonya dan menenggelamkan diri dalam sang wanita.Tubuh Sonya menegang, ingin sekali ia melawan rasa yang tengah menguasai dirinya. Namun, tubuhnya justru merespon sentuhan yang diberikan oleh Oliver. Laki-laki itu tampak begitu menikmati kehangatan yang tercipta di antara mereka. Ia bahkan memperdalam ciumannya kepada Sonya dan membuat wanita itu hampir kehabisan napas.Oliver melepaskan ciumannya kepada Sonya dan tersenyum kecil ke arah wanita itu. Ia bahkan merasa gemas melihat Sonya tersengal-sengal hampir kehabisan napas.“Kamu terlihat lucu dan menggemaskan. Kenapa aku baru sadar kalau kamu
“Jadi, kapan kita berkunjung ke rumah orang tuamu?” bisik Oliver dengan penuh kelembutan. Ia berharap kalau dirinya segera bertemu dengan Nyonya Dayana dan melamar Sonya secara resmi kepada orang tua kandungnya.Cukup lama Sonya terdiam sebelum akhirnya memberikan jawaban. Wanita itu masih mengumpulkan keberanian untuk menemui ibu kandungnya. Sonya hanya takut kalau Dayana akan marah dan mengusir dirinya. Ia bahkan sangat takut melukai hati wanita yang telah melahirkan dirinya ke dunia.“Apa aku boleh meminta waktu?” tanya Sonya dengan nada lirih. Ia takut kalau Oliver akan tersinggung dengan ucapannya.“Tentu, aku akan menunggumu sampai kamu benar-benar siap. Apa pun keputusan kamu, aku tidak akan marah. Hanya saja, aku mohon pikirkan masa depan anak-anak kita. Mereka membutuhkan kita sebagai orang tuanya.” Oliver tersenyum kecil dan meminta Sonya untuk memikirkan masa depan anak-anaknya.Sonya tampak lega, wanita itu merasa senang karena Oliver tidak memaksakan kehendaknya. Malam se
Oliver tersenyum lebar dan merentangkan tangannya, ia membiarkan Sonya menghambur ke dalam pelukannya. Laki-laki itu membiarkan Sonya menumpahkan tangis keharuan di dalam pelukannya.“Ayah, Bunda!” seru Vier dan Bian. Kedua anak itu berlari ke arah Oliver dan Sonya. Mereka tampak tersenyum bahagia ketika melihat kedua orang tuanya di sana.Sonya segera melepaskan pelukannya kepada Oliver. Ia tampak begitu canggung ketika kedua anaknya datang mendekat.“Kalian sudah bangun?” ucap Sonya dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan mengusap lembut puncak kepala kedua anaknya.“Ya, kami sudah bangun dan kami mencari keberadaan kalian,” jawab Vier dengan nada penuh semangat. Anak itu bahkan terlihat begitu bahagia ketika berada di tengah keluarga kecilnya.“Ayo kita masuk, Ayah ingin mengajak kalian sarapan!” Oliver menggandeng tangan kedua putranya. Laki-laki itu ingin mengajak mereka sarapan bersama. Sedangkan Sonya hanya tersenyum dan berjalan di belakang mereka.Sesampainya di meja makan, Oliv