Sonya memejamkan matanya dengan perasaan campur aduk. Tubuhnya tampak membeku ketika embusan napas hangat itu menerpa wajahnya. Sungguh, kalau saja ia boleh memilih lari, mungkin Sonya akan pergi dari sana dan menyembunyikan wajahnya di balik pintu.Wajah Oliver semakin mendekat dan laki-laki itu memagut bibir Sonya dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu bahkan menumpahkan rasa rindunya kepada Sonya dan menenggelamkan diri dalam sang wanita.Tubuh Sonya menegang, ingin sekali ia melawan rasa yang tengah menguasai dirinya. Namun, tubuhnya justru merespon sentuhan yang diberikan oleh Oliver. Laki-laki itu tampak begitu menikmati kehangatan yang tercipta di antara mereka. Ia bahkan memperdalam ciumannya kepada Sonya dan membuat wanita itu hampir kehabisan napas.Oliver melepaskan ciumannya kepada Sonya dan tersenyum kecil ke arah wanita itu. Ia bahkan merasa gemas melihat Sonya tersengal-sengal hampir kehabisan napas.“Kamu terlihat lucu dan menggemaskan. Kenapa aku baru sadar kalau kamu
“Jadi, kapan kita berkunjung ke rumah orang tuamu?” bisik Oliver dengan penuh kelembutan. Ia berharap kalau dirinya segera bertemu dengan Nyonya Dayana dan melamar Sonya secara resmi kepada orang tua kandungnya.Cukup lama Sonya terdiam sebelum akhirnya memberikan jawaban. Wanita itu masih mengumpulkan keberanian untuk menemui ibu kandungnya. Sonya hanya takut kalau Dayana akan marah dan mengusir dirinya. Ia bahkan sangat takut melukai hati wanita yang telah melahirkan dirinya ke dunia.“Apa aku boleh meminta waktu?” tanya Sonya dengan nada lirih. Ia takut kalau Oliver akan tersinggung dengan ucapannya.“Tentu, aku akan menunggumu sampai kamu benar-benar siap. Apa pun keputusan kamu, aku tidak akan marah. Hanya saja, aku mohon pikirkan masa depan anak-anak kita. Mereka membutuhkan kita sebagai orang tuanya.” Oliver tersenyum kecil dan meminta Sonya untuk memikirkan masa depan anak-anaknya.Sonya tampak lega, wanita itu merasa senang karena Oliver tidak memaksakan kehendaknya. Malam se
Oliver tersenyum lebar dan merentangkan tangannya, ia membiarkan Sonya menghambur ke dalam pelukannya. Laki-laki itu membiarkan Sonya menumpahkan tangis keharuan di dalam pelukannya.“Ayah, Bunda!” seru Vier dan Bian. Kedua anak itu berlari ke arah Oliver dan Sonya. Mereka tampak tersenyum bahagia ketika melihat kedua orang tuanya di sana.Sonya segera melepaskan pelukannya kepada Oliver. Ia tampak begitu canggung ketika kedua anaknya datang mendekat.“Kalian sudah bangun?” ucap Sonya dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan mengusap lembut puncak kepala kedua anaknya.“Ya, kami sudah bangun dan kami mencari keberadaan kalian,” jawab Vier dengan nada penuh semangat. Anak itu bahkan terlihat begitu bahagia ketika berada di tengah keluarga kecilnya.“Ayo kita masuk, Ayah ingin mengajak kalian sarapan!” Oliver menggandeng tangan kedua putranya. Laki-laki itu ingin mengajak mereka sarapan bersama. Sedangkan Sonya hanya tersenyum dan berjalan di belakang mereka.Sesampainya di meja makan, Oliv
“Hallo, Oliver, kapan kamu akan membawa Vier ke rumah Ayah? Aku sangat merindukannya,” ucap Tuan James dengan nada kesal. Diam-diam, laki-laki itu menyimpan rasa rindu kepada cucunya.“Ayah, kebetulan aku sedang sibuk mengingat pekerjaanku sedang cukup padat. Aku mungkin akan berkunjung kalau waktuku sudah luang.” Oliver berusaha mencari alasan yang tepat supaya Tuan James tidak tersinggung. Ia tidak mungkin mengajak Vier di saat Bian dan Biya telah tinggal bersamanya.“Oliver, bagaimana kalau aku jemput Vier? Kamu tidak usah mengantarnya ke rumah. Jadi itu tidak akan mengganggu jadwal kerjamu.” Tuan James menawarkan diri untuk menjemput cucunya. Ia bahkan meminta Oliver untuk tetap fokus kepada pekerjaannya.“Ayah, aku tidak bisa membiarkan Vier pergi. Minggu depan Vier sudah harus bersekolah dan aku ingin dia tetap di rumah. Tolong mengertilah dan aku janji, setelah pekerjaanku selesai, aku akan mengajak Vier untuk mengunjungi kalian.” Oliver menolak usul ayahnya. Ia tidak ingin lak
“Ayah, Bunda, di mana kalian!” seru Vier dan Biya dengan suara lantang.DEG!Sonya tampak pias, wanita itu terlihat panik ketika mendengar suara anak-anaknya. Ia segera mendorong tubuh Oliver dan memintanya untuk menjauh.“Oliver, tolong hentikan. Anak-anak mencariku!” ucap Sonya dengan wajah merah padam. Entah kenapa, ia merasa malu ketika mengingat apa yang telah mereka lakukan. Laki-laki itu bahkan hampir lepas kendali ketika berada di dekat Sonya. Wanita itu bagaikan magnet yang mampu membuatnya terikat dan sulit lepas. Oliver bahkan mengakui kalau dirinya benar-benar tak berdaya ketika harus berhadapan dengan Sonya.“Maaf,” ucap Oliver dengan wajah tertunduk. Jujur dirinya benar-benar tidak mampu mengendalikan diri. Entah kenapa, Sonya memiliki pesona yang tidak mampu ditolak atau diabaikan olehnya. Wanita itu seakan mampu menyihir dirinya menjadi sosok yang lemah dan pasrah ketika berada di sisinya.Sonya hanya mengangguk dan mengancingkan sebagian piyamanya yang terbuka. Laki-l
Sonya hanya terdiam dengan tatapan nanar. Ada apa dengan Oliver? Kenapa laki-laki itu buru-buru pergi meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka? Apa ada sesuatu yang mendesak sehingga membuat Oliver tampak cemas?Oliver segera bergegas masuk ke kamar, laki-laki itu meraih kunci mobilnya dan melangkah menuju ke garasi rumahnya. Ia berpesan kepada orang kepercayaannya untuk menjaga Sonya dan ketiga anak-anaknya.Setelah berbincang sebentar, laki-laki itu meninggalkan rumahnya menuju ke rumah sakit untuk menjenguk seseorang yang tengah terbaring lemah di sana. Ia berharap kalau wanita itu akan baik-baik saja.Oliver memacu kendarannya dengan kecepatan penuh. Laki-laki itu tampak kesal dan memukul stirnya ketika mobil yang ia kendarai terjebak macet.“Ayolah cepat, aku sedang terburu-buru!” ucap Oliver dengan nada penuh kekhawatiran. Laki-laki itu tampak cemas mengingat nasib seseorang yang ingin ditemuinya.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya kemacetan dapat terurai dan Oliver kemba
Sonya tampak gelisah, wanita itu tidak dapat memejamkan mata ketika hari sudah semakin larut. Ia bahkan berkali-kali menatap jam dinding yang tergantung di ruang keluarga.“Nyonya, kenapa Anda belum tidur? Hari sudah semakin larut dan saya takut kalau Tuan Oliver akan marah kepada kami.” Sang pelayan tampak cemas ketika Sonya tidak kunjung masuk ke kamarnya. Wanita itu bahkan memilih untuk tetap berada di ruang keluarga untuk menunggu kepulangan Oliver.“Bi, aku belum mengantuk. Aku akan menunggu Oliver pulang ke rumah.” Sonya tampak tersenyum ketika pelayan itu membujuknya untuk beristirahat.“Tapi hari sudah semakin larut, kami takut kalau Nyonya sakit. Tuan pasti akan memarahi kita karena tidak dapat menjaga Anda dengan baik.” Pelayan itu masih terus berusaha membujuk Sonya. Ia tidak ingin Oliver murka dan menyalahkan para pelayan yang bekerja di kediaman laki-laki itu.“Bi, kalian tenang saja, Oliver tidak akan marah kepada kalian. Aku akan bilang kalau semua ini aku lakukan atas
“Selamat pagi, Sonya. Aku sangat merindukanmu!” bisik Oliver dengan nada yang begitu lembut. Laki-laki itu menghirup aroma buah yang menempel di tubuh Sonya.“O-oliver? Kamu semalam ke mana? Aku sangat mencemaskanmu!” Sonya terkejut melihat kedatangan laki-laki itu. Ia bahkan sampai tertidur di ruang keluarga demi menunggu kepulangan Oliver.“Maaf, semalam aku harus lembur di kantor. Ada kasus yang sedang aku tangani.” Oliver tampak gugup. Ia sengaja berbohong kepada Sonya untuk menjaga perasaan ibu dari anak-anaknya.“Pekerjaan? Bukankah kamu bilang kalau kamu sengaja mengambil cuti untuk menemani anak-anak? Kenapa kamu justru pergi ke kantor?” Sonya merasa heran dengan sikap Oliver. Laki-laki itu bahkan sudah berjanji untuk meninggalkan pekerjaannya demi menemani ketiga anak mereka. Namun, kenapa justru Oliver mengingkarinya?“Sonya, kasus ini sangat penting dan aku harus datang ke kantor untuk menyelesaikannya. Aku mohon kamu tidak akan mempermasalahkannya.” Oliver berbicara dengan
“D-datang bulan?” tanya Sonya dengan tatapan terkejut. Seketika ia sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan.“Ya, kapan Anda terakhir datang bulan?” ucap Dokter Shesa dengan senyum di wajahnya.“Awal bulan lalu,” jawab Sonya dengan tatapan cemas. Apa pelayan di rumahnya benar, kalau dirinya kini tengah mengandung? Kalau benar, ini adalah kabar bahagia untuk keluarga besar mereka. Namun, kalau kabar ini salah, pasti Oliver akan kecewa.“Kenapa kamu diam saja? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku hanya khawatir kalau kamu akan marah padaku,” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.“Marah? Kenapa aku harus marah?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Aku takut mengecewakanmu. Kalau aku tidak hamil bagaimana?” lirih Sonya dengan nada penuh kegelisahan.“Sonya, kamu bicara apa? Kalau kamu tidak hamil, bagiku tidak masalah. Apa kamu lupa kalau kamu sudah memberikanku ketiga anak-anak hebat yang melengkapi kebahagiaan rumah t
Tiga bulan kemudian“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya kembali memuntahkan isi perutnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Wanita itu merasa aneh dengan rasa mual yang beberapa hari ini kerap menyerang dirinya. Padahal akhir-akhir ini, ia merasa kondisinya baik-baik saja. Namun, rasa mual itu membuatnya semakin tersiksa.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Oliver dengan nada cemas. Laki-laki itu tampak gelisah ketika menunggu Sonya yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.“Y-ya, aku baik-baik saja.” Sonya menjawab dengan nada lemah. Wanita itu tampak menyadandarkan dirinya ke dinding kamar mandi sambil memijit pelipisnya yang berdenyut.Oliver yang tampak cemas, segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki itu sangat terkejut ketika mendapati istrinya tengah bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.“Sonya, apa yang terjadi? Apa kamu sedang sakit?” tanya Oliver dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ia dengan sigap menggendong tubuh istrinya dan membawanya keluar dari sana.Dengan
Yura melangkah dengan wajah tertunduk. Sesekali wanita itu menggenggam erat tangan ayahnya. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya.“Jangan takut, semua akan baik-baik saja!” ucap Tuan Yoshio dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mengantarkan putrinya menuju ke pelaminan. Di sana Zack sudah menunggu sang mempelai dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.Tuan Yoshio mengantarkan Yura ke pelaminan. Laki-laki itu menyerahkan tanggung jawabnya kepada Zack, pria yang kelak akan mendampingi putrinya dalam suka maupun duka.“Zack, aku serahkan putriku padamu dan aku harap, kamu tidak akan menyakiti atau menyia-nyiakan dia!” ucap Tuan Yoshio dengan netra mengembun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu merasakan kesedihan yang begitu besar di dalam hidupnya. Melepaskan Yura adalah hal terberat di dalam hidupnya.“Tuan, saya akan menjaga Yura sebaik-baiknya.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Tuan Yoshio sangat mencintai putrinya.Setelah berb
“James, waktuku sepertinya telah tiba,” lirih Alia dengan tatapan menerawang.“Tidak Alia, kamu pasti akan sembuh. Jangan berbicara seperti itu!” ucap Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Namun, genggaman tangan Alia semakin melemah. Wanita itu hanya berbisik pelan kepada James untuk kembali kepada Dayana.“J-james, kembalilah kepada Dayana dan hiduplah bersamanya,” bisik Alia dengan tatapan sendu. Wanita itu seakan ingin menebus kesalahannya kepada Dayana.“Ya, aku akan hidup bersamanya, namun berjanjilah untuk terus berjuang. Kamu pasti akan sembuh dan kita dapat hidup bersama-sama.” Tuan James menggenggam erat tangan Alia. Laki-laki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya.Wajah Oliver tampak pucat pasi. Laki-laki itu tidak menyangka kalau kondisi Alia akan memburuk. Tadi, mereka sempat berbincang panjang lebar mengenai asal usul dirinya. Alia bahkan meminta Oliver untuk berbakti kepada ibu kandungnya. Wanita itu meminta sang putra untuk memaafkan apa pun kesalahan ibu ka
“Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu menangis?” tanya Zack dengan penuh rasa penasaran. Ia takut telah terjadi sesuatu pada ibu kandungnya.Nyonya Prita hanya tersenyum dan mengusap air matanya. Wanita itu menggeleng pelan dan meminta putranya untuk tetap fokus mengemudi.“Zack, jangan mencemaskanku. Aku baik-baik saja,” jawab Nyonya Prita dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kembali terdiam dengan tatapan sendu. Entah kenapa, dadanya berdebar hebat ketika membayangkan sosok Oliver yang akan ditemui olehnya. Wanita itu hanya berharap kalau Oliver mau menerima dirinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan laki-laki itu ke dunia.Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Nyonya Prita segera turun dengan langkah tergesa. Wanita itu seakan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya.“Bu, tunggu!” seru Zack dengan nada cemas. Ia merasa aneh dengan gerak-gerik ibu kandungnya. Namun, Bibi Weni segera menghentikan langkah
“Zack, ayo cepat bersiap-siap. Setelah selesai sarapan, kita akan pergi!” ucap Nyonya Prita dengan nada serius. Wanita itu meminta putranya untuk segera bersiap-siap.“Pergi? Kita akan pergi ke mana Bu? Apa kita ada agenda bertemu seseorang?” tanya Zack dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak keheranan mendengar ucapan ibunya.“Cepatlah bersiap-siap, kita akan segera sarapan!” jawab Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan menu makanan di meja makan.Bibi Weni mendekat dan menatap kakak perempuannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tahu kalau Prita tengah larut dalam kegelisahan di dalam dirinya.“Prita, apa kamu sudah siap untuk menemui Oliver?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh perhatian.“Ya, tadi Tuan James menghubungiku. Dia memintaku untuk segera datang ke rumah sakit karena Alia memintaku untuk segera datang ke sana.” Nyonya Prita berbicara dengan nada serius. Wanita itu memang sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Tuan James da
“Ayah, apa dia…?” lirih Yura dengan wajah gugup.Tuan Yoshio hanya mengangkat bahu dan segera berjalan menuju ke ruang tamu. Laki-laki itu sudah tidak sabar melihat sosok yang tengah bertamu ke kediamannya.Dengan tatapan lekat, laki-laki itu mendekat ke sebuah ruangan yang tampak megah. Tubuhnya seketika menegang saat menyadari sosok yang tengah berada di ruang tamu rumahnya.“Weni,” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu berada di sana.Bibi Weni tampak tersentak, ia tidak pernah menduga kalau dirinya kembali akan dipertemukan dengan sosok yang sangat dikenalnya di masa lalu.“Weni, itukah kamu?” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan lekat. Laki-laki itu mendekat ke arah Bibi Weni yang tengah duduk di samping Zack.“Tuan, apa Anda dan bibiku saling mengenal?” tanya Zack dengan tatapan keheranan. Selama ini, Bibi Weni tidak pernah bercerita apa pun tentang Tuan Yoshio. Wanita itu bahkan terlihat sangat canggung ketika bertatap muka dengan laki-laki
Zack segera meraih sebuah kotak cincin yang ada di tangan ibunya. Laki-laki itu tampak terharu ketika bersiap menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Yura.“Yura, will you marry me?” ucap Zack dengan tatapan penuh harap. Laki-laki itu tengah menatap wanita yang tengah duduk di hadapannya.Yura terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Wanita itu masih ragu dengan jawaban yang ingin dilontarkan kepada pria yang selama ini telah membersamainya.“Yura, ikuti kata hatimu,” ucap Nyonya Prita sambil mengusap lembut bahu wanita yang masih tertunduk di hadapannya.Zack tampak terdiam dengan dada yang berdegup kencang. Ia bahkan sudah siap dengan segala jawaban yang akan diberikan oleh Yura.Tiba-tiba, Yura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. Ya, dia menerima lamaran Zack dan membuat laki-laki itu terdiam beberapa detik.“B-benarkah kamu mau menerima lamaranku?” tanya Zack dengan tatapan terkejut. Laki-laki itu seketika tersenyum penuh keharuan ketika melihat Yura menganggukkan kepa
“A-apa menikah?” tanya Yura dengan wajah pias. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ya, menikah. Bukankah hubungan kalian sudah sangat jauh. Apa lagi kalian sebentar lagi akan menjadi orang tua. Jadi, sudah sepantasnya kalian segera menikah demi kebaikan anak yang ada di dalam kandunganmu. Ibu tidak ingin cucuku terlahir tanpa orang tua yang lengkap.” Nyonya Prita berbicara dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu ingin Yura dan Zack segera menikah.“A-apa Nyonya berbicara serius?” tanya Yura dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara hal yang sangat penting kepadanya.“Tentu saja aku serius. Kalian harus segera menikah dan tidak ada yang perlu ditunggu-tunggu lagi. Kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu?” Nyonya Prita menatap lembut wajah Yura. Wanita itu sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya.Yura hanya tersenyum dengan wajah gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Zack akan mengajaknya menikah