Oliver tersenyum lebar dan merentangkan tangannya, ia membiarkan Sonya menghambur ke dalam pelukannya. Laki-laki itu membiarkan Sonya menumpahkan tangis keharuan di dalam pelukannya.“Ayah, Bunda!” seru Vier dan Bian. Kedua anak itu berlari ke arah Oliver dan Sonya. Mereka tampak tersenyum bahagia ketika melihat kedua orang tuanya di sana.Sonya segera melepaskan pelukannya kepada Oliver. Ia tampak begitu canggung ketika kedua anaknya datang mendekat.“Kalian sudah bangun?” ucap Sonya dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan mengusap lembut puncak kepala kedua anaknya.“Ya, kami sudah bangun dan kami mencari keberadaan kalian,” jawab Vier dengan nada penuh semangat. Anak itu bahkan terlihat begitu bahagia ketika berada di tengah keluarga kecilnya.“Ayo kita masuk, Ayah ingin mengajak kalian sarapan!” Oliver menggandeng tangan kedua putranya. Laki-laki itu ingin mengajak mereka sarapan bersama. Sedangkan Sonya hanya tersenyum dan berjalan di belakang mereka.Sesampainya di meja makan, Oliv
“Hallo, Oliver, kapan kamu akan membawa Vier ke rumah Ayah? Aku sangat merindukannya,” ucap Tuan James dengan nada kesal. Diam-diam, laki-laki itu menyimpan rasa rindu kepada cucunya.“Ayah, kebetulan aku sedang sibuk mengingat pekerjaanku sedang cukup padat. Aku mungkin akan berkunjung kalau waktuku sudah luang.” Oliver berusaha mencari alasan yang tepat supaya Tuan James tidak tersinggung. Ia tidak mungkin mengajak Vier di saat Bian dan Biya telah tinggal bersamanya.“Oliver, bagaimana kalau aku jemput Vier? Kamu tidak usah mengantarnya ke rumah. Jadi itu tidak akan mengganggu jadwal kerjamu.” Tuan James menawarkan diri untuk menjemput cucunya. Ia bahkan meminta Oliver untuk tetap fokus kepada pekerjaannya.“Ayah, aku tidak bisa membiarkan Vier pergi. Minggu depan Vier sudah harus bersekolah dan aku ingin dia tetap di rumah. Tolong mengertilah dan aku janji, setelah pekerjaanku selesai, aku akan mengajak Vier untuk mengunjungi kalian.” Oliver menolak usul ayahnya. Ia tidak ingin lak
“Ayah, Bunda, di mana kalian!” seru Vier dan Biya dengan suara lantang.DEG!Sonya tampak pias, wanita itu terlihat panik ketika mendengar suara anak-anaknya. Ia segera mendorong tubuh Oliver dan memintanya untuk menjauh.“Oliver, tolong hentikan. Anak-anak mencariku!” ucap Sonya dengan wajah merah padam. Entah kenapa, ia merasa malu ketika mengingat apa yang telah mereka lakukan. Laki-laki itu bahkan hampir lepas kendali ketika berada di dekat Sonya. Wanita itu bagaikan magnet yang mampu membuatnya terikat dan sulit lepas. Oliver bahkan mengakui kalau dirinya benar-benar tak berdaya ketika harus berhadapan dengan Sonya.“Maaf,” ucap Oliver dengan wajah tertunduk. Jujur dirinya benar-benar tidak mampu mengendalikan diri. Entah kenapa, Sonya memiliki pesona yang tidak mampu ditolak atau diabaikan olehnya. Wanita itu seakan mampu menyihir dirinya menjadi sosok yang lemah dan pasrah ketika berada di sisinya.Sonya hanya mengangguk dan mengancingkan sebagian piyamanya yang terbuka. Laki-l
Sonya hanya terdiam dengan tatapan nanar. Ada apa dengan Oliver? Kenapa laki-laki itu buru-buru pergi meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka? Apa ada sesuatu yang mendesak sehingga membuat Oliver tampak cemas?Oliver segera bergegas masuk ke kamar, laki-laki itu meraih kunci mobilnya dan melangkah menuju ke garasi rumahnya. Ia berpesan kepada orang kepercayaannya untuk menjaga Sonya dan ketiga anak-anaknya.Setelah berbincang sebentar, laki-laki itu meninggalkan rumahnya menuju ke rumah sakit untuk menjenguk seseorang yang tengah terbaring lemah di sana. Ia berharap kalau wanita itu akan baik-baik saja.Oliver memacu kendarannya dengan kecepatan penuh. Laki-laki itu tampak kesal dan memukul stirnya ketika mobil yang ia kendarai terjebak macet.“Ayolah cepat, aku sedang terburu-buru!” ucap Oliver dengan nada penuh kekhawatiran. Laki-laki itu tampak cemas mengingat nasib seseorang yang ingin ditemuinya.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya kemacetan dapat terurai dan Oliver kemba
Sonya tampak gelisah, wanita itu tidak dapat memejamkan mata ketika hari sudah semakin larut. Ia bahkan berkali-kali menatap jam dinding yang tergantung di ruang keluarga.“Nyonya, kenapa Anda belum tidur? Hari sudah semakin larut dan saya takut kalau Tuan Oliver akan marah kepada kami.” Sang pelayan tampak cemas ketika Sonya tidak kunjung masuk ke kamarnya. Wanita itu bahkan memilih untuk tetap berada di ruang keluarga untuk menunggu kepulangan Oliver.“Bi, aku belum mengantuk. Aku akan menunggu Oliver pulang ke rumah.” Sonya tampak tersenyum ketika pelayan itu membujuknya untuk beristirahat.“Tapi hari sudah semakin larut, kami takut kalau Nyonya sakit. Tuan pasti akan memarahi kita karena tidak dapat menjaga Anda dengan baik.” Pelayan itu masih terus berusaha membujuk Sonya. Ia tidak ingin Oliver murka dan menyalahkan para pelayan yang bekerja di kediaman laki-laki itu.“Bi, kalian tenang saja, Oliver tidak akan marah kepada kalian. Aku akan bilang kalau semua ini aku lakukan atas
“Selamat pagi, Sonya. Aku sangat merindukanmu!” bisik Oliver dengan nada yang begitu lembut. Laki-laki itu menghirup aroma buah yang menempel di tubuh Sonya.“O-oliver? Kamu semalam ke mana? Aku sangat mencemaskanmu!” Sonya terkejut melihat kedatangan laki-laki itu. Ia bahkan sampai tertidur di ruang keluarga demi menunggu kepulangan Oliver.“Maaf, semalam aku harus lembur di kantor. Ada kasus yang sedang aku tangani.” Oliver tampak gugup. Ia sengaja berbohong kepada Sonya untuk menjaga perasaan ibu dari anak-anaknya.“Pekerjaan? Bukankah kamu bilang kalau kamu sengaja mengambil cuti untuk menemani anak-anak? Kenapa kamu justru pergi ke kantor?” Sonya merasa heran dengan sikap Oliver. Laki-laki itu bahkan sudah berjanji untuk meninggalkan pekerjaannya demi menemani ketiga anak mereka. Namun, kenapa justru Oliver mengingkarinya?“Sonya, kasus ini sangat penting dan aku harus datang ke kantor untuk menyelesaikannya. Aku mohon kamu tidak akan mempermasalahkannya.” Oliver berbicara dengan
“Aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Kita hanya ingin bersenang-senang. Apa kamu menyukainya?” bisik Oliver dengan nada menggoda.DEG!“B-bersenang-senang?” tanya Sonya dengan bibir bergetar.“Ya, memangnya mau apa lagi? Kita akan bersenang-senang dan menikmati pagi yang dingin ini. Sudah lama aku tidak merasakan kehangatanmu, Sonya!” bisik Oliver dengan nada penuh arti. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat menginginkan sesuatu yang lebih pada Sonya.Sonya menggeleng dengan tatapan nanar. Ia takut kalau Oliver akan melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan seumur hidupnya.Oliver tampak tersenyum bahagia melihat kepanikan di wajah Sonya. Laki-laki itu bahkan terus berjalan menuju ke kamarnya. Dengan tatapan penuh kemenangang, laki-laki itu membawa Sonya ke dalam kamarnya dan meletakkan tubuh Sonya di ranjang yang berukuran king size.“Oliver, apa yang akan kamu lakukan? Aku harap, kamu tidak akan menyakitiku lagi.” Sonya memohon kepada Oliver untuk tidak menyakitinya lagi. Ia be
“Sekarang jawab, kamu semalam ke mana dan apa yang kamu lakukan? Jelaskan padaku dan aku berjanji tidak akan bertanya macam-macam lagi padamu!” Sonya mengulangi pertanyaannya dengan tatapan tajam. Wanita itu bahkan berbicara dengan nada penuh penekanan.“Sonya, kenapa kamu harus berbicara seperti itu padaku? Apa kamu tidak percaya dengan apa yang sudah aku katakan padamu? Aku bahkan sudah menyerahkan hatiku padamu dan aku sudah tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Yura.” Oliver berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Sonya tengah merasa kecewa kepadanya.“Oliver, tolong katakan yang sebenarnya dan jangan membuatku seperti orang bodoh. Aku bukan perempuan yang bisa kamu perlakukan sesuka hatimu. Aku juga bukan badut yang bisa kamu jadikan lelucon. Aku mohon, berkatalah jujur padaku!” Sonya kembali menangis dan meminta Oliver untuk jujur kepadanya. Hatinya terasa sakit ketika ia mendapati kenyataan yang tidak pernah ia sangka.“Kejujuran seperti apa yang ingin kamu d