“Bunda, Uncle Rafael sudah pulang. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Ayo kita ikut bersama Ayah!” ucap Bian dan Biya yang berlari mendekat ke arah mereka.“A-apa, Uncle Rafael sudah pulang?” tanya Sonya dengan wajah terkejut.Bian dan Biya mengangguk. Mereka mendengar percakapan orang kepercayaan Rafael yang tengah berbincang melalui ponsel.“Sonya, tunggu apa lagi? Ayo kita pergi dari sini!” ucap Oliver dengan tatapan lekat. Ia bahkan berusaha meyakinkan Sonya kalau dirinya akan berusaha memperjuangkan mereka.“Tidak, aku tidak mau bertemu dengan Tuan James. Aku membencinya dan aku belum bisa memaafkan perbuatannya.” Sonya menolak ajakan Oliver dan memilih bertahan di sana. Ia bahkan tetap berdiam di sana dan enggan menuruti permintaan laki-laki itu.“Sonya, lihat anak-anak kita. Mereka membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Apa kamu tega memisahkan mereka dariku? Apa kamu tega membiarkan Vier terus menerus merindukanmu? Aku mohon, jangan egois dan pikirkan masa depan anak-
Oliver segera mengakhiri perbincangannya dengan Lorenzo. Laki-laki itu mengembuskan napas lega dan tersenyum ke arah Sonya.“Apa mereka baik-baik saja?” Sonya bertanya dengan tatapan lekat. Ia bahkan terlihat mencemaskan Lorenzo dan temannya.“Ya, mereka baik-baik saja. Sekarang, kita akan kembali ke apartemen dan aku mohon, jangan pernah pergi lagi dari hidupku!” Oliver berbicara dengan tatapan penuh permohonan. Laki-laki itu ingin Sonya tetap berada di sisinya demi anak-anak mereka.“Aku masih belum percaya kalau Tuan James adalah ayahku. Aku bahkan berpikir kalau ayah kandungku sudah meninggal. Aku benar-benar kecewa dengan laki-laki yang sudah membuang kami. Dia bahkan lebih memilih menikah dengan wanita kaya daripada hidup bersama kami,” ucap Sonya dengan netra berkaca-kaca. Ia benar-benar kecewa kepada ayah kandungnya.“Sonya, apa kamu tahu kalau Tuan James tidak pernah menginginkan hal ini? Dia sangat menyayangimu dan aku benar-benar paham apa yang dia rasakan selama tidak ada
“Rafael, sepertinya kamu belum menyerah juga!” bisik Oliver dengan nada penuh penekanan.“Tuan, bagaimana ini? Apa mereka akan menyakiti kami?” Sonya tampak panik ketika melihat dua orang yang tengah berjalan menuju ke lift. Ia tahu kalau Rafael pasti tidak akan tinggal diam dan berusaha mengajaknya kembali ke rumah laki-laki itu.“Tenang saja, kita tidak akan kembali ke sini. Kalian tetap tenang dan kita akan pergi dari sini!” ucap Oliver dengan nada setenang mungkin. Laki-laki itu segera melajukan mobilnya meninggalkan area parkir.“Ayah, kenapa kita tidak jadi pulang ke apartemen? Apa itu artinya Ayah akan mengembalikan kami ke rumah Uncle Rafael?” tanya Bian dan Biya dengan tatapan lekat. Mereka sangat takut kalau harus berpisah dengan kedua orang tuanya.“Ya, kita tidak akan pulang ke apartemen. Sepertinya di sana tidak aman dan Ayah tidak ingin terjadi sesuatu kepada kalian. Sekarang, kalian duduk yang manis karena kita akan menuju ke suatu tempat,” ucap Oliver dengan nada penuh
Oliver tersenyum ke arah Sonya. Laki-laki itu mendekat dan menatap lembut wajah sang wanita yang tengah terdiam di hadapannya. Dengan penuh kasih sayang, ia mengecup kening Sonya dan merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.“Aku pergi dulu menjemput Vier, pelayanku akan menyiapkan makan malam untuk kalian!” ucap Oliver dengan tatapan penuh perhatian. Laki-laki itu bahkan merasa bahagia ketika Sonya dan anak-anaknya berkumpul bersama dirinya.“A-apa kamu tidak ingin makan dulu?” tanya Sonya dengan nada gugup. Ia benar-benar merasa canggung di hadapan Oliver.“Aku tidak mungkin membiarkan Vier terlalu lama menunggu. Apa kamu takut kehilangan aku?” kekeh Oliver dengan senyum jahilnya. Laki-laki itu sengaja menggoda Sonya dan membuat wajah wanita itu tampak bersemu kemerah-merahan.“T-tidak, siapa yang takut kehilanganmu? Jangan besar kepala, Tuan pengacara!” ucap Sonya dengan nada kesal.“Benarkah kamu tidak takut kehilangan aku? Kalau tiba-tiba orang kepercayaan Rafa
“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa itu penting untukmu?” tanya Tuan James dengan tatapan lekat. Ia bahkan tidak menyangka kalau putranya akan bertanya hal seperti itu kepadanya.“Ayah, mungkin itu tidak penting untukku, tapi apa hal ini tidak menyakiti Nyonya Dayana? Bagaimanapun Ayah sangat mencintainya dan aku yakin, Ayah pasti ingin bersama dengan orang yang Ayah cintai, kan?” Oliver berbicara dengan tatapan sendu. Ia merasa kasihan karena ayahnya harus terpenjara dalam pernikahan tanpa cinta.“Oliver, kadang cinta itu bukan pilihan. Kita dapat menjalaninya tanpa harus memilih salah satu di antara keduanya.” Tuan James berbicara dengan nada serius. Ia tidak mungkin memilih salah satu untuk menyakiti hati yang lain.“Ayah, apa Ayah tidak ingin hidup bahagia dengan Nyonya Dayana? Kalian bahkan saling mencintai satu sama lain dan apa Ayah tidak ingin mencoba untuk berkata jujur kepada ibuku?” Oliver merasa heran ketika Tuan James tetap berusaha menjaga hati Alia. Meski wanita itu
“Apa dia mau menerima kehadiran anakmu? Kalau dia tidak mau menerima kehadiran anakmu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan menelentarkan Vier?” Tuan James bertanya kepada putranya. Sebagai seorang kakek, tentu saja ia menginginkan yang terbaik untuk cucunya.“Tidak Ayah, aku tidak akan menelantarkan Vier. Aku bahkan sangat menyayangi dan mencintainya. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatnya tetap bersamaku. Sebagai seorang ayah, aku akan melakukan hal yang sama sepertimu. Melakukan yang terbaik untuk darah dagingku.” Oliver berbicara dengan nada serius. Ia tidak akan membiarkan Vier terlunta-lunta seperti dulu. Cukup sudah luka dan kesedihan yang ia torehkan kepada Sonya dan anak-anaknya.“Bagus, aku benar-benar salut padamu. Apa kamu ingin menginap di sini?” Tuan James bertanya kepada putranya. Ia bahkan terlihat sangat bersemangat untuk mengajak Oliver menginap di rumahnya.“Tidak, aku ingin mengajak Vier pulang ke rumah. Mungkin besok-besok aku akan mengajaknya berkunjung
Sonya dan kedua anaknya tampak terkejut ketika mendengar suara Oliver di sana. Mereka secara serempak mengarahkan pandangannya kepada laki-laki yang tengag mendekat ke meja makan.Baru saja Bian dan Biya ingin berteriak, Oliver segera memberikan isyarat kepada mereka untuk tetap diam dan tidak menimbulkan keributan di sana.Bian dan Biya seakan paham dengan perintah ayahnya. Kedua anak itu memilih diam sambil menahan keharuan yang membuncah di dalam dadanya. Mereka bahkan terlihat sudah tidak sabar ingin berbincang dengan Vier, sosok yang sangat dirindukan oleh mereka. Sedangkan Sonya hanya mampu terdiam dengan netra berkaca-kaca. wanita itu tidak mampu membendung rasa haru yang menyelimuti hatinya. Kalau saja Oliver tidak melarang, ia sudah menghambur memeluk putranya.Oliver segera meletakkan putranya di tempat duduk. Ia meminta Vier untuk membuka mata dan melihat kejutan yang sudah ia siapkan untuk putranya.“Vier, sekarang kamu boleh membuka mata dan lihatlah kejutan apa yang suda
“Sonya, itu artinya kamu harus segera menjadi Nyonya di rumah ini. Karena apa? Karena semua orang merindukan masakan buatanmu. Aku juga merindukan masakan buatanmu sama seperti anak-anak kita. Kira-kira, kapan kita akan menjadi pasangan orang tua yang sebenarnya?” bisik Oliver dengan tatapan penuh arti.DEG!“Oliver, maaf aku harus membantu anak-anak menyiapkan makanan.” Sonya tampak menghindar dan memilih untuk menyibukkan diri menemani anak-anaknya yang tengah makan malam. Ia bahkan terlihat sangat perhatian kepada Vier, Bian dan Biya.Oliver hanya tersenyum kecil dan merasakan kehangatan keluarga yang sebenarnya. Laki-laki itu bahkan semakin yakin kalau Sonya adalah sosok yang tepat untuknya.“Ayah, kenapa Ayah tidak makan? Apa Ayah sudah kenyang?” Vier bertanya kepada Oliver yang tengah mengamati kegiatan mereka. Laki-laki itu bahkan menghentikan makannya sambil sesekali tersenyum melihat ke arah Sonya dan ketiga anaknya.“Tidak, Ayah hanya merasa senang karena kalian sudah kembal