“Ya, mereka baik-baik saja. Saya yakin, ayah mereka pasti sangat senang mendengar kabar ini,” ucap dokter itu dengan nada penuh keharuan.DEG!Sonya tampak terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa kata dokter itu benar? Ayah anak-anaknya akan merasa senang mendengar mereka tumbuh dengan baik di dalam sana? Tidak, pria seperti Oliver tidak akan pernah menyayangi mereka. Laki-laki itu bahkan sangat membenci dirinya.“Nona, selamat beristirahat dan jangan lupa diminum obat dan vitaminnya. Semoga Anda lekas sembuh!” ucap dokter itu dengan penuh perhatian.Sonya hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Diam-diam, ia mencemaskan kondisi kandungannya. Wanita itu berjanji akan menyembunyikan anak-anaknya dari Oliver. Ia bahkan tidak akan pernah rela membiarkan pria brengsek itu mengusik kehidupannya.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” tanya Zack dengan nada penuh kekhawatiran. Laki-laki itu segera mendekati Sonya yang masih terdiam dengan tatapan kosong.“A-aku baik-baik saja. Kamu tida
“Baiklah, aku akan tidur. Tapi, aku ingin bertanya untuk terakhir kalinya, apa kamu memiliki saudara?” tanya Sonya dengan tatapan penuh rasa penasaran.Bukannya menjawab pertanyaan Sonya, Zack hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya. Laki-laki itu bahkan menempelkan punggung telapak tangannya di kening wanita itu.“Sepertinya kamu sedikit demam, sehingga pertanyaan kamu terdengar melantur. Sekarang tidurlah dan jangan bertanya yang tidak-tidak. Aku anak tunggal dan tidak memiliki siapa pun di dunia ini, keculai ibuku. Apa kamu puas?” kekeh Zack dengan tatapan lekat.Sonya mengangguk dan berusaha memejamkan matanya. Ia tidak ingin berpikir apa pun mengenai sosok Zack. Baginya, laki-laki itu memiliki hati malaikat karena mau menolong dan membantunya.“Zack!” bisik Sonya dengan nada yang begitu pelan.“Ada apa? Apa kamu membutuhkan pelukan dariku?” jawab Zack dengan nada datar.Sontak saja Sonya segera menarik selimutnya. Ia tidak dapat membayangkan kalau Zack benar-benar akan memelukn
Oliver tampak mengerjapkan netranya. Laki-laki itu segera bangkit dari tempat tidur sambil membekap mulutnya. Rasa mual yang beberapa hari lalu sempat menghilang, kini kembali menghampiri dirinya. Dengan langkah tergesa, laki-laki itu segera berlari ke dalam kamar mandi dengan wajah pucat pasi.“Hoek! Hoek! Hoek!” Oliver memuntahkan isi perutnya. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar mandi sambil memejamkan netranya.“Ada apa dengan diriku? Kenapa rasa mual itu kembali datang?” lirih Oliver dengan tubuh bergetar. Laki-laki itu tampak terhuyung ketika ia berniat keluar dari dalam kamar mandi. Wajahnya bahkan terlihat sangat pucat dengan keringat dingin yang menetes di pelipisnya.Dengan tangan gemetar, Oliver segera menghubungi Lorenzo melalui ponselnya. Ia meminta laki-laki itu segera datang ke kamarnya.“Hallo, Lo, tolong segera datang ke rumahku. Aku pusing sekali dan tubuhku terasa lemas!” ucap laki-laki itu dengan nada lemah.“Baik, Tuan, saya akan segera datang ke
“Tidak berminat?” tanya Lorenzo dengan netra membola.“Ya, aku sudah kenyang. Sekarang kamu bawa saja keluar dan aku akan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor,” ucap laki-laki itu dengan nada santai. Oliver segera berlalu dari hadapan Lorenzo dan bergegas menuju ke kamar mandi.Lorenzo hanya mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu segera bergegas meninggalkan kamar Oliver dan turun ke lantai bawah. Di sana ia bertemu dengan Tuan James yang tengah membaca surat kabar.“Ada apa dengan putraku? Apa dia baik-baik saja?” tanya James dengan tatapan lekat.“Ya, Tuan Oliver baik-baik saja. Saya akan menunggunya di depan,” ucap Lorenzo sambil berlalu dari hadapan James.“Kamu mau ke mana? Sebaiknya kamu duduk di sini saja. Kita akan sarapan bersama!” ucap James dengan nada ramah. Ia sudah menganggap Lorenzo seperti anaknya sendiri.“Baik, Tuan,” jawab Lorenzo dengan nada patuh. Laki-laki itu segera duduk di samping James dan meletakkan paper bag yang ada di tangannya.“Ada masalah apa antara
“Lo, tolong buatkan janji dengan Dokter Akira. Nanti siang, setelah selesai meeting, aku ingin pergi ke rumah sakit!” ucap Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu tampak menatap layar ponselnya sambil sesekali memeriksa email yang masuk di gawainya.“Baik, saya akan menghubungi Dokter Akira.” Lorenzo tampak patuh. Laki-laki itu merasa senang karena Oliver akhirnya bersedia untuk pergi ke rumah sakit.Sepanjang jalan, Oliver tampak sibuk membalas email yang masuk. Laki-laki itu merasa senang karena James akhirnya memilih kembali dan memperbaiki hubungannya dengan Alia.“Lo, apa orang-orangmu sudah menemukan keberadaan Sonya?” tanya Oliver dengan tatapan menyelidik.“Maaf, mereka belum dapat melacak keberadaan Nona Sonya.” Lorenzo menjawab dengan wajah tertunduk. Ia tahu kalau Oliver sangat bernafsu ingin menghabisi Sonya.“Tuan, bukankah tuan besar sudah memutuskan akan kembali kepada keluarga Anda. Beliau bahkan berjanji akan memperbaiki semuanya. Lalu, kenapa Anda masih ingin membur
Oliver tampak terdiam dengan netra membola. Tubuhnya seakan membeku melihat sosok yang tengah berdiri di hadapannya. Ia bahkan sempat beberapa kali mencoba menggelengkan kepalanya, sebagai tanda kalau dirinya tidak yakin dengan sosok nyata di hadapannya.“Oliver, bagaimana kabarmu?” tanya wanita itu dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tersenyum kecil ketika Oliver masih terdiam dengan tatapan tidak percaya.“K-kabarku baik, apa benar ini kamu, Yura?” tanya Oliver dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu akan kembali muncul di hadapannya.“Menurut kamu? Apa aku ini hanya sebuah bayangan? Aku bahkan benar-benar nyata. Apa kamu tidak merindukanku?” tanya Yura dengan nada manja. Ia tahu kalau Oliver masih menyimpan perasaan yang begitu dalam padanya. Wanita itu bahkan sengaja bersikap manja di hadapan mantan kekasihnya.“Yura, kenapa kamu tidak mengabariku, kalau kamu akan datang ke sini? Aku bahkan bisa meminta Lorenzo untuk menjemputmu!” ucap laki-laki itu dengan ne
Oliver tampak mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu meremas kuat rambut tebalnya dengan netra terpejam.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan memunculkan Lorenzo di sana. Laki-laki itu tampak keheranan melihat gerak-gerik tuannya.“Tuan, apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan menyelidik.“A-aku baik-baik saja. Apa Tuan Long sudah pulang?” tanya Oliver dengan tatapan penasaran.“Ya, tadi kami sempat berbincang mengenai kasusnya dengan Nathan Group,” ucap Lorenzo kepada tuannya. Ia merasa prihatin dengan kasus yang menimpa laki-laki itu.Oliver hanya menghela napas dan segera merapikan mejanya. Ia harus segera tiba di rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Akira.“Lo, ayo kita berangkat sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk menemui Dokter Akira,” ucap Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu segera berjalan meninggalkan ruangannya. Pikirannya masih tertuju kepada Yura. Hatinya merasa bahagia melihat wanita itu telah kembali ke sisinya. Namun, Oliver juga takut
“Tuan, bagaimana hasil pemeriksaannya? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Hasilnya baik, hanya saja aku ingin bertanya kepadamu. Apa selama aku mabuk, aku pernah meniduri perempuan?” tanya Oliver dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!“M-meniduri perempuan? Apa maksud Anda? Apa Anda sedang bercanda?” kekeh Lorenzo dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tidak habis pikir dengan pertanyaan tuannya.“Lo, tolong jawab pertanyaanku. Apa selama ini aku pernah berbuat di luar batas? Aku minta, jangan pernah menyembunyikan apa pun dariku!” Oliver tampak marah ketika Lorenzo bersikap seolah tidak paham dengan pertanyaannya. Ia bahkan mendesak Oliver untuk mengatakan yang sebenarnya.“Tuan, saya tidak paham dengan pertanyaan Anda. Kenapa Anda bertanya seperti itu?” Lorenzo benar-benar tidak paham dengan arah pembicaraan tuannya. Selama ini, laki-laki itu jarang sekali membahas tentang perempuan setelah Yura pergi meninggalkannya. Oliver memilih hidup dal