Oliver tampak mengerjapkan netranya. Laki-laki itu segera bangkit dari tempat tidur sambil membekap mulutnya. Rasa mual yang beberapa hari lalu sempat menghilang, kini kembali menghampiri dirinya. Dengan langkah tergesa, laki-laki itu segera berlari ke dalam kamar mandi dengan wajah pucat pasi.“Hoek! Hoek! Hoek!” Oliver memuntahkan isi perutnya. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar mandi sambil memejamkan netranya.“Ada apa dengan diriku? Kenapa rasa mual itu kembali datang?” lirih Oliver dengan tubuh bergetar. Laki-laki itu tampak terhuyung ketika ia berniat keluar dari dalam kamar mandi. Wajahnya bahkan terlihat sangat pucat dengan keringat dingin yang menetes di pelipisnya.Dengan tangan gemetar, Oliver segera menghubungi Lorenzo melalui ponselnya. Ia meminta laki-laki itu segera datang ke kamarnya.“Hallo, Lo, tolong segera datang ke rumahku. Aku pusing sekali dan tubuhku terasa lemas!” ucap laki-laki itu dengan nada lemah.“Baik, Tuan, saya akan segera datang ke
“Tidak berminat?” tanya Lorenzo dengan netra membola.“Ya, aku sudah kenyang. Sekarang kamu bawa saja keluar dan aku akan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor,” ucap laki-laki itu dengan nada santai. Oliver segera berlalu dari hadapan Lorenzo dan bergegas menuju ke kamar mandi.Lorenzo hanya mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu segera bergegas meninggalkan kamar Oliver dan turun ke lantai bawah. Di sana ia bertemu dengan Tuan James yang tengah membaca surat kabar.“Ada apa dengan putraku? Apa dia baik-baik saja?” tanya James dengan tatapan lekat.“Ya, Tuan Oliver baik-baik saja. Saya akan menunggunya di depan,” ucap Lorenzo sambil berlalu dari hadapan James.“Kamu mau ke mana? Sebaiknya kamu duduk di sini saja. Kita akan sarapan bersama!” ucap James dengan nada ramah. Ia sudah menganggap Lorenzo seperti anaknya sendiri.“Baik, Tuan,” jawab Lorenzo dengan nada patuh. Laki-laki itu segera duduk di samping James dan meletakkan paper bag yang ada di tangannya.“Ada masalah apa antara
“Lo, tolong buatkan janji dengan Dokter Akira. Nanti siang, setelah selesai meeting, aku ingin pergi ke rumah sakit!” ucap Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu tampak menatap layar ponselnya sambil sesekali memeriksa email yang masuk di gawainya.“Baik, saya akan menghubungi Dokter Akira.” Lorenzo tampak patuh. Laki-laki itu merasa senang karena Oliver akhirnya bersedia untuk pergi ke rumah sakit.Sepanjang jalan, Oliver tampak sibuk membalas email yang masuk. Laki-laki itu merasa senang karena James akhirnya memilih kembali dan memperbaiki hubungannya dengan Alia.“Lo, apa orang-orangmu sudah menemukan keberadaan Sonya?” tanya Oliver dengan tatapan menyelidik.“Maaf, mereka belum dapat melacak keberadaan Nona Sonya.” Lorenzo menjawab dengan wajah tertunduk. Ia tahu kalau Oliver sangat bernafsu ingin menghabisi Sonya.“Tuan, bukankah tuan besar sudah memutuskan akan kembali kepada keluarga Anda. Beliau bahkan berjanji akan memperbaiki semuanya. Lalu, kenapa Anda masih ingin membur
Oliver tampak terdiam dengan netra membola. Tubuhnya seakan membeku melihat sosok yang tengah berdiri di hadapannya. Ia bahkan sempat beberapa kali mencoba menggelengkan kepalanya, sebagai tanda kalau dirinya tidak yakin dengan sosok nyata di hadapannya.“Oliver, bagaimana kabarmu?” tanya wanita itu dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tersenyum kecil ketika Oliver masih terdiam dengan tatapan tidak percaya.“K-kabarku baik, apa benar ini kamu, Yura?” tanya Oliver dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu akan kembali muncul di hadapannya.“Menurut kamu? Apa aku ini hanya sebuah bayangan? Aku bahkan benar-benar nyata. Apa kamu tidak merindukanku?” tanya Yura dengan nada manja. Ia tahu kalau Oliver masih menyimpan perasaan yang begitu dalam padanya. Wanita itu bahkan sengaja bersikap manja di hadapan mantan kekasihnya.“Yura, kenapa kamu tidak mengabariku, kalau kamu akan datang ke sini? Aku bahkan bisa meminta Lorenzo untuk menjemputmu!” ucap laki-laki itu dengan ne
Oliver tampak mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu meremas kuat rambut tebalnya dengan netra terpejam.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan memunculkan Lorenzo di sana. Laki-laki itu tampak keheranan melihat gerak-gerik tuannya.“Tuan, apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan menyelidik.“A-aku baik-baik saja. Apa Tuan Long sudah pulang?” tanya Oliver dengan tatapan penasaran.“Ya, tadi kami sempat berbincang mengenai kasusnya dengan Nathan Group,” ucap Lorenzo kepada tuannya. Ia merasa prihatin dengan kasus yang menimpa laki-laki itu.Oliver hanya menghela napas dan segera merapikan mejanya. Ia harus segera tiba di rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Akira.“Lo, ayo kita berangkat sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk menemui Dokter Akira,” ucap Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu segera berjalan meninggalkan ruangannya. Pikirannya masih tertuju kepada Yura. Hatinya merasa bahagia melihat wanita itu telah kembali ke sisinya. Namun, Oliver juga takut
“Tuan, bagaimana hasil pemeriksaannya? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Hasilnya baik, hanya saja aku ingin bertanya kepadamu. Apa selama aku mabuk, aku pernah meniduri perempuan?” tanya Oliver dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!“M-meniduri perempuan? Apa maksud Anda? Apa Anda sedang bercanda?” kekeh Lorenzo dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tidak habis pikir dengan pertanyaan tuannya.“Lo, tolong jawab pertanyaanku. Apa selama ini aku pernah berbuat di luar batas? Aku minta, jangan pernah menyembunyikan apa pun dariku!” Oliver tampak marah ketika Lorenzo bersikap seolah tidak paham dengan pertanyaannya. Ia bahkan mendesak Oliver untuk mengatakan yang sebenarnya.“Tuan, saya tidak paham dengan pertanyaan Anda. Kenapa Anda bertanya seperti itu?” Lorenzo benar-benar tidak paham dengan arah pembicaraan tuannya. Selama ini, laki-laki itu jarang sekali membahas tentang perempuan setelah Yura pergi meninggalkannya. Oliver memilih hidup dal
Sonya tampak terdiam dengan kening mengernyit. Mengenalkan dirinya dengan seseorang? Siapa dia? Apa dia sosok yang sangat istimewa untuk Zack? Karena laki-laki itu terus tersenyum sambil bersenandung kecil di sisi Sonya.“Apa dia sangat spesial di dalam hidupmu?” tanya Sonya dengan tatapan lekat.Zack hanya mengangguk dan tetap fokus mengemudikan mobilnya. Laki-laki itu tampak tersenyum kecil sambil melirik ke arah Sonya.Setelah menempuh perjalanan setengah jam, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang cukup lengang. Sontak saja, netra Sonya membola. Ia tidak menyangka kalau Zack akan membawanya ke kawasan pemakaman.“B-bukannya ini area pemakaman?” tanya Sonya dengan tatapan keheranan.“Ya, ini memang area pemakaman. Aku sengaja mengajakmu ke sini, ayo kita masuk ke dalam!” ajak Zack sambil menggandeng tangan Sonya. Laki-laki itu seakan paham dengan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Sonya.Sonya menggenggam erat tangan Zack. Suasana pemakaman itu tampak asri dengan rumput
Sekarang kandungan Sonya semakin membesar, ia bahkan semakin semangat bekerja mengingat beberapa minggu lagi, wanita itu akan menjalani persalinan.“Sonya, tinggalkan dulu pekerjaanmu. Aku perhatikan, kamu belum makan siang,” ucap Nyonya Prita dengan penuh perhatian.“Baik Nyonya, sedikit lagi pekerjaanku akan selesai,” ucap Sonya sambil menatap layar monitor di hadapannya. Hari ini, dirinya harus merekap stok bahan makanan yang ada di gudang dan melaporkannya kepada Nyonya Prita.Setelah selesai, Sonya berdiri sambil memegangi perutnya. Usia kandungannya sudah memasuki trimester ke tiga. Fisiknya juga mudah lelah karena ia sedang mengandung anak kembar.“Sonya, cepatlah makan siang. Apa kamu tidak kasihan dengan bayimu?” Nyonya Prita tampak kesal ketika Sonya menunda waktu makan siangnya. Sebagai seorang ibu, ia tahu penderitaan seperti apa yang dialami oleh Sonya.“Nyonya, maaf, aku sengaja menunda makan siangku untuk menyelesaikan pekerjaan. Aku tidak mau menunda-nunda, karena aku