“Sonya, kamu harus kuat dan kamu pasti bisa menghadapi semuanya!” ucap wanita itu sambil mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih.Dengan tangan bergetar, Sonya meraih ponsel yang ada di pangkuannya. Wanita itu tampak berusaha menormalkan suaranya.“H-hallo!” ucap Sonya dengan nada sedikit gugup. Ia bahkan sengaja menyeka air matanya untuk menghilangkan rasa sesak di dalam dadanya.“Maaf Nona, saya sudah mengganggu kegiatan Anda. Tuan Oliver meminta saya untuk bertanya kepada Anda. Nanti sore, apa Anda ingin pulang lebih awal? Tuan Oliver ingin mengajak Anda untuk pergi makan malam.” Lorenzo berbicara dengan nada yang begitu sopan. Laki-laki itu mematuhi perintah tuannya untuk menanyakan kepada Sonya mengenai rencana kepulangan wanita itu.“Tuan Lorenzo, setelah aku selesai, aku akan mengabarkan kepadamu. Maaf, aku sedang sibuk dan aku harus membantu ibuku di dapur!” ucap Sonya dengan nada setenang mungkin. Ia tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya kepada orang keperca
“Bunda, apa kita benar-benar pergi dari sini? Kalau aku ingin dipeluk ayah, bagaimana?” tanya Vier dengan tatapan lekat. Anak itu seakan tengah merasakan kegelisahan yang begitu besar di dalam dirinya.“Vier, jangan takut, Bunda akan selalu ada di sisimu. Sekarang, kita harus bersiap-siap!” ucap Sonya dengan netra mengembun. Rasa marah kembali bergejolak di dalam hatinya ketika ia mengingat semua ucapan Tuan James. Ia benar-benar membenci nasib yang ditakdirkan untuknya. Kenapa ia harus merasa nyaman ketika berada di sisi Oliver? Kenapa dirinya merasa bahagia di saat bersama laki-laki yang telah memberikan dirinya tiga orang putra? Ini tidak boleh dibiarkan. Sonya dan Oliver memiliki darah yang sama dan itu artinya hal seperti ini tidak boleh terjadi.Setelah selesai merapikan semuanya, Sonya segera beranjak dari kamar dan mengajak ketiga anaknya pergi dari sana.“Nona, kalian mau ke mana?” tanya sang pelayan dengan tatapan keheranan.“Bibi, kami akan pergi dari sini,” jawab Sonya den
“Sonya, mereka s-siapa? Kenapa kamu membawa tiga anak itu ke sini?” tanya sang laki-laki dengan tatapan keheranan. Ada rasa terkejut yang tergambar jelas di wajahnya.Sonya tampak mengembuskan napasnya dan menggenggam erat tangan anak-anaknya.“Mereka anak-anakku!” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.DEG!“A-anak? Maksud kamu apa? Apa kamu ingin bercanda denganku?” kekeh Rafael dengan tatapan lekat. Ia yakin kalau Sonya tidak serius berbicara dengannya.“Ya, anak. Mereka adalah anak-anakku!” jawab Sonya dengan nada setenang mungkin. Ia bahkan menatap wajah Rafael dengan tatapan yang begitu serius.“Anakmu? M-mereka ini anak-anakmu?” Rafael kembali mengulang pertanyaan yang sama kepada Sonya. Ia merasa tidak yakin kalau Sonya telah memiliki tiga orang anak yang menggemaskan.“Ya, mereka anak-anakku. Apa aku boleh masuk ke dalam?” tanya Sonya dengan tatapan penuh keraguan. Ia merasa takut kalau laki-laki itu akan mengusirnya.“Tentu, silakan masuk. Rumah ini selalu terbuka untukmu
“Bibi, di mana Sonya dan anak-anak? Kenapa ruangan ini tampak lengang?” tanya Oliver dengan tatapan keheranan.“Nona dan anak-anak sudah pergi, Tuan,” jawab pelayan itu dengan nada bergetar.DEG!“Pergi? Ke mana? Apa maksud Bibi berkata seperti itu?” Oliver tampak terkejut dengan ucapan pelayannya. Laki-laki itu terlihat kebingungan dengan jawaban sang pelayan.“S-saya tidak tahu Tuan.” pelayan itu menjawab dengan bibir bergetar. Ada rasa takut yang tengah menyelimuti hatinya.“Bibi, kenapa Sonya pergi? Ke mana dia membawa anak-anakku?” Oliver tampak terkejut. Wajahnya berubah merah padam.Wanita itu hanya menggeleng dan tertunduk dalam. Ia benar-benar tidak tahu ke mana perginya Sonya bersama anak-anaknya.“Bi, kenapa kamu tidak menghentikan Sonya? Kenapa kamu membiarkan dia pergi, Bi?” Oliver masih tidak habis pikir dengan kepergian wanita itu. Ia bahkan merasa heran dengan kepergian Sonya.Dengan langkah lebar, ia bergegas menuju ke kamar Sonya dan ketiga anak-anaknya. Laki-laki it
Sonya mendekat ke arah Bian dan Vier. Wanita itu membawakan sepiring kue untuk kedua anak-anaknya.“Vier, Bian, Bunda membawakan makanan ini untuk kalian!” ucap Sonya dengan senyum di wajahnya. Ia tahu kalau anak-anaknya masih belum bisa beradaptasi di rumah ini.“Bunda, apa kita akan kembali ke rumah ayah? Ayah pasti mencari-cari keberadaan kita dan aku tidak mau ayah mencemaskan kita.” Vier berbicara dengan netra mengembun. Ia benar-benar sedih berpisah dengan Oliver.Sonya mengembuskan napas kasar dan duduk di antara kedua putranya. Wanita itu mencoba mengatur napasnya untuk berbincang dengan Vier dan Bian.“Vier, Bian, ada hal yang tidak dapat Bunda katakan sekarang. Untuk sementara ini, kita tinggal di sini. Semoga saja kamu tidak keberatan.” Sonya berbicara dengan tatapan sendu. Ada rasa sakit yang tengah menjalari raganya.“Kenapa Bunda? Ayah itu orang baik dan kami sangat menyayangi ayah. Tolong antarkan kami kepada ayah!” Bian berbicara dengan nada memohon. Ia meminta Sonya m
“Nona, ini obat dan vitamin yang saya resepkan. Semoga kandungan Anda akan baik-baik saja!” ucap dokter itu dengan nada ramah.“Tidak, aku tidak mau bayi ini. Aku mohon, gugurkan dia!” seru Yura dengan tatapan nyalang.“Nona, Anda tidak boleh berbicara seperti itu. Bagaimanapun bayi itu berhak hidup dan terlahir ke dunia. Sebaiknya Anda berpikir ulang untuk melakukan hal yang tidak-tidak!” dokter itu tampak tegas menolak permintaan Yura. Ia tidak setuju dengan keputusan wanita itu.“Dokter, tolong gugurkan janin ini. Aku tidak mau melahirkannya!” Yura kembali memohon kepada sang dokter untuk menggugurkan bayi itu, namun lagi-lagi dokter itu menolak tegas permintaan Yura.“Tidak Nona, saya tidak akan memenuhi permintaan Anda. Lebih baik Anda pulang ke rumah dan segeralah beristirahat.” Dokter itu meminta Yura meninggalkan ruangan dan berpesan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi demi kesehatan janinnya. Ia bahkan mengabaikan permohonan Yura untuk menggugurkan bayi itu.“Dokter, aku
“Apa kamu kekasih dari putriku?” tanya Dayana dengan tatapan menyelidik. Wanita itu tampak terkejut mendengar pengakuan Oliver. Selama ini, Sonya tidak pernah bercerita apa pun kepada dirinya dan tiba-tiba saja, laki-laki itu datang menanyakan keberadaan putrinya.“Ya, saya memiliki hubungan dengan putri Anda,” jawab Oliver dengan nada tegas. Ia bahkan ingin menegaskan kalau dirinya memiliki niat yang serius kepada Sonya.“Kenapa Sonya tidak bercerita apapun kepadaku? Apa hubungan kalian sudah berjalan lama?” Dayana bertanya dengan tatapan lekat. Ia masih belum percaya kalau laki-laki itu adalah kekasih putrinya.Oliver mengangguk, laki-laki itu bahkan terlihat sangat mencemaskan Sonya.“Sayang sekali, Sonya telah pergi dan aku tidak tahu keberadaannya. Apa kira-kira kamu tahu, di mana putriku berada?” tanya Dayana dengan tatapan sendu. Ia benar-benar takut kehilangan Sonya untuk kedua kalinya.“Apa Sonya berpesan sesuatu kepada Anda?” Oliver berusaha mencari tahu keberadaan Sonya dan
“Ayah, apa Ayah sudah bertemu dengan Sonya?” tanya Oliver dengan tatapan lekat. Ia ingin tahu hal apa yang membuat Sonya pergi dari sisinya.Tuan James tampak terkejut dengan pertanyaan Oliver, laki-laki itu menundukkan wajahnya sambil mengembuskan napas kasar.“Ya, aku sudah bertemu dengan Sonya. Aku juga sudah berkata jujur kepadanya. Ayah bilang kalau Sonya itu adalah putriku dan aku meminta maaf kepadanya.” Tuan James berbicara dengan nada penuh penyesalan. Ia merasa sedih karena Sonya menolak kehadirannya.“Lalu, apa yang Sonya katakan? Apa dia bertanya sesuatu kepada Ayah?” Oliver tampak sangat tertarik dengan jawaban Tuan James. Ia merasa penasaran dengan tindakan yang diambil oleh Sonya.“Sonya marah dan meminta Ayah untuk pergi. Sonya bahkan menolak keras aku sebagai ayah kandungnya. Ayah benar-benar menyesal, Oliver. Andai saja waktu dapat diputar, Ayah tidak akan menikah lagi sampai benar-benar bertemu dengan Dayana.” Tuan James berbicara dengan nada parau. Laki-laki itu te