“Tolong jangan ganggu anak-anak ini. Saya tidak akan tinggal diam untuk hal ini!” ucap laki-laki itu dengan nada mengancam.Oliver hanya terdiam dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Rafael telah menyiapkan segala sesuatunya untuk merebut kembali cinta dari anak-anak mereka.“Maaf, saya tidak mengganggu mereka dan saya juga tidak bermaksud menyakiti mereka. Apa Anda melihat saya mengganggu mereka?” Oliver berbicara dengan nada yang begitu sopan. Ia tahu kalau dirinya sedang berada di dalam pantuan anak buah Rafael.“Saya tidak suka kalau Anda mengajak anak-anak ini berbincang dan saya mohon Anda tidak mengajak mereka untuk berkomunikasi.” Laki-laki itu tampak sinis melihat kedekatan Oliver dengan kedua anaknya. Ia bahkan menaruh curiga kepada sikap Oliver yang begitu mencurigakan.“Tuan, apa Anda melihat saya menyakiti mereka? Kebetulan beberapa hari yang lalu, saya baru kehilangan anak-anak saya dan ketika melihat mereka, saya seperti menemukan sosok baru dalam hidup say
“Oliver, jelaskan siapa Vier dan kenapa kamu merahasiakan semuanya dari Ibu?” tanya Alia dengan tatapan yang begitu tajam.“Bu, tenanglah, aku akan menjelaskan semuanya. Tolong beri aku waktu untuk mempersiapkan semuanya.” Oliver berbicara dengan tatapan lekat. Ia tahu kalau suatu saat keluarganya pasti tahu status anak-anaknya.“Baiklah, Ibu tunggu di dalam!” jawab Alia dengan nada serius. Wanita itu segera masuk ke dalam dan meninggalkan Oliver serta cucunya yang masih berada di ruang keluarga.“Ayah, apa Oma marah padamu?” tanya Vier dengan tatapan polosnya.“Tidak, Oma hanya perlu berbicara serius dengan Ayah. Sekarang, habiskan es krim dan donat kesukaanmu. Ayah tahu, kamu pasti sudah tidak sabar untuk memakannya, kan?” kekeh Oliver sambil mencubit gemas pipi putranya.Vier mengangguk dan segera membuka gelas es krim yang ada di tangannya. Ia tampak tersenyum bahagia ketika sesendok es krim masuk ke mulutnya.“Ayah, es krimnya enak sekali. Ayah pasti membelinya di tempat langgana
“Apa kalian sudah siap?” seru Alia dengan senyum di wajahnya. Wanita itu bahkan terlihat sangat antusias ketika melihat putra dan cucunya.“Ya, kami sudah siap.” Oliver tampak sedikit gugup ketika menggandeng tangan putranya. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat tampak dengan stelan jas yang melekat di tubuhnya.“Kalian sangat serasi dan aku sangat menyukai penampilan kalian!” puji Alia kepada Oliver dan Vier. Entah kenapa, ia merasa kalau putranya dan cucunya memiliki kemiripan yang sama.“Oma, apa aku sudah terlihat tampan?” Vier memamerkan barisan gigi putihnya kepada Alia. Anak itu bahkan terlihat sangat bersemangat ketika berada di dekat nenek dan ayahnya.“Ya, kamu sangat tampan. Kamu mirip sekali dengan ayahmu ketika dia masih kecil. Oma bahkan sangat sulit membedakan antara wajahmu dengan wajah ayahmu!” kekeh Alia sambil mengusap lembut puncak kepala Vier. Wanita itu segera menggandeng tangan anak itu dan bergegas memasuki mobil yang terparkir di basemen.Oliver tampak berusah
“A-apa? Tinggal di sini?” tanya Tuan James dengan netra membola.“Ya, dia akan tinggal bersama kita.” Alia menjawab pertanyaan suaminya dengan nada lantang. Wanita itu bahkan tidak peduli dengan ekspresi Tuan James yang masih terdiam dengan netra membola.“Alia, apa kamu bisa menjelaskan kepadaku? Kenapa anak itu harus tinggal di sini dan apa yang membuatmu berpikiran seperti itu? Kamu bahkan tahu kalau aku sangat tidak suka dengan sosok asing di rumah ini.” Tuan James berbicara dengan nada penuh penekanan. Ia mengingatkan istrinya kalau dirinya tidak setuju ada orang asing yang masuk ke dalam keluarganya.“James, dia bukan orang asing. Dia cucu kita dan sudah sepantasnya dia berada di rumah ini!” seru Alia dengan nada tegas. Wanita itu bahkan terlihat membela putranya.“Cucu? Apa maksudmu, Alia? Memangnya anak itu siapa dan kenapa kamu bilang dia cucu kita?” Tuan James tampak terkejut mendengar ucapan istrinya. Laki-laki itu bahkan terlihat kebingungan mendengar kalimat demi kalimat
Oliver berjalan meninggalkan ruang keluarga. Ia tidak ingin mendengar apa pun perkataan yang keluar dari mulut Tuan James. Meski terlihat kurang sopan, dia berusaha tidak melawan di hadapan ayahnya.Sesampainya di kamar, laki-laki itu memeriksa suhu tubuh Vier. Ia takut kalau putranya akan mengalami demam tinggi. Oliver menempelkan punggung telapak tangannya di kening Vier. Laki-laki itu tampak tersenyum lega.“Vier, tidurlah yang nyenyak karena Ayah akan selalu berada di sisimu!” bisik Oliver dengan tatapan lekat.Setelah berbicara, laki-laki itu tampak terkejut ketika melihat pintu kamarnya terbuka lebar. Di sana muncul seorang laki-laki yang sangat dikenalnya.“Oliver, apa dia baik-baik saja?” tanya Tuan James dengan penuh perhatian.“Y-ya, Vier baik-baik saja. Sepertinya dia sangat menikmati kebersamaan kami,” jawab Oliver dengan penuh kecanggungan. Ia bahkan terlihat sangat canggung di hadapan ayahnya.“Oliver, maafkan Ayah yang sudah bersikap keterlaluan kepada kalian. Saya tah
Tiba-tiba senyum Vier mengingatkan dirinya kepada seseorang yang kini entah berada di mana. Apa mungkin Vier ada kaitannya dengan putrinya?“Sayang, ayo kita makan. Kenapa kamu terus melamun?” ucap Alia ketika ia melihat suaminya yang masih terdiam dengan tatapan kosong.“M-maaf, aku benar-benar terpana dengan ketampanan cucuku. Aku sungguh merasa bahagia melihatnya hadir di keluarga kita. Kalau boleh tahu, siapa nama ibumu?” tanya Tuan James dengan tatapan penuh harap.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Oliver tampak tersedak mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Tuan James. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu akan bertanya hal yang sangat sensitif baginya.“Oliver, apa kamu baik-baik saja?” Alia menyodorkan segelas air kepada putranya. Ia tampak cemas melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Oliver.“A-aku baik-baik saja, Bu!” jawab Oliver dengan nada gugup. Ia segera meminum segelas air putih yang diberikan oleh Alia.“Oliver, sebaiknya kamu hati-hati ketika sedang makan. Jangan membawa mas
“Terima kasih, kamu memang cucu terbaikku!” ucap Tuan James sambil mengacak puncak kepala Vier. Laki-laki itu tersenyum melihat sikap yang ditunjukkan oleh cucunya. Entah kenapa, dirinya merasa sangat dekat dengan Vier dan seolah telah mengenal lama sosok cucunya. Ia bahkan sangat yakin kalau dirinya pernah berjumpa dengan Vier sebelumnya.“Vier, apa kita pernah berjumpa sebelumnya? Opa merasa kita pernah bertemu meski entah di mana. Apa kamu masih ingat?” tanya Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.“Tidak, aku tidak ingat kalau kita pernah bertemu. Mungkin itu hanya perasaan Opa saja,” jawab Vier dengan senyum di wajahnya. Anak itu bahkan tampak merasa nyaman ketika berada di tengah keluarga Bodgan.“Ya, mungkin kamu benar. Bagaimana kalau nanti kita pergi berenang, apa kamu mau?” tanya Tuan James kepada cucunya.“Apa Oma ikut bersama kita?” Vier berharap kalau Nyonya Alia akan ikut bersamanya.“Tidak, Oma masih harus banyak beristirahat. Jadi, kita akan pergi berdua saja.” Tu
“K-kamu?” ucap Oliver dengan tatapan tidak percaya.“Ya, memangnya kenapa? Apa kamu terkejut dengan kedatanganku?” ucap laki-laki itu dengan tatapan yang begitu tajam. Ia bahkan terlihat menyimpan amarah di balik tatapannya.“Ada apa kamu datang ke kantorku? Apa kamu ingin membicarakan sesuatu?” Oliver bertanya dengan nada setenang mungkin. Ia tidak ingin terpancing dengan sikap yang ditunjukkan oleh Zack.“Kamu masih bertanya seperti itu kepadaku? Sekarang, di mana Sonya dan anak-anak? Kenapa kamu tidak dapat menjaga mereka dengan baik?” Zack terlihat emosi ketika berhadapan dengan Oliver. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat marah saat menatap wajah sang pengacara yang terlihat seolah baik-baik saja.“Zack, aku bisa menjelaskan semuanya. Sonya dan anak-anakku baik-baik saja. Jadi, kamu tidak usah mengkhawatirkan mereka.” Oliver berbicara dengan nada serius. Ia berusaha menenangkan Zack yang tengah murka di hadapannya.“Oliver, jangan kira aku tidak tahu kelakukan busukmu. Kamu bahk