Sonya tampak terdiam dan memejamkan matanya. Kali ini, dirinya benar-benar meluruh dalam pesona seorang Oliver. Untuk pertama kalinya, wanita itu merasakan debaran yang tidak biasa setelah sekian lama dirinya menutup rapat pintu hatinya.Oliver melepaskan pagutannya. Laki-laki itu menatap manik mata Sonya dan membelai pipi wanita yang tengah tertunduk di hadapannya.“Sonya, maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa. Maafkan aku yang sudah membiarkan dirimu menanggung derita. Kali ini, aku tidak ingin kehilangan kalian. Aku hanya ingin bersama kalian selamanya.” Oliver berbicara dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu meraih tubuh Sonya dan mendekapnya dengan sangat erat.Dengan nada terisak, Sonya menangis di pelukan Oliver. Ia benar-benar tidak mampu membendung perasaannya.“Kenapa kamu menangis? Apa kamu merasa sedih berada di sisiku?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku takut ini semua hanya mimpi. Aku takut, mimpi buruk itu akan datang kembali dan aku takut kalau aku
“Kamu milikku dan aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun mendekati atau menyentuh dirimu, Sonya!” ucap Oliver dengan tatapan penuh arti.Sonya hanya terdiam dan terpaku melihat Oliver yang tengah menyentuh puncak kepalanya. Laki-laki itu segera bergegas meninggalkan Sonya dan menuju ke meja kerjanya. Ia bahkan ingin berniat untuk melarikan diri dari cengkeraman Oliver, namun laki-laki itu sepertinya tahu gelagat yang akan dilakukan oleh Sonya.“Jangan coba-coba pergi dari sini. Lagi pula, kamu tidak akan pernah bisa keluar karena hanya aku yang tahu caranya keluar dari ruangan ini!” ucap Oliver ketika Sonya baru saja bangkit dan hendak melarikan diri dari sana.“Tuan, apa yang sebenarnya Anda inginkan dariku? Kenapa Anda seakan-akan mempersulit diriku?” ucap Sonya dengan nada terisak.“Aku sudah mengatakan padamu, kalau aku menginginkan dirimu. Jadi, tetaplah di sini karena aku ingin menunjukkan sesuatu.” Oliver segera membuka laci mejanya. Laki-laki itu tengah mencari sesuatu yan
Sonya mengerjapkan netranya. Ia tampak tersenyum kecil ketika tangan kokoh itu melingkar erat di pinggangnya. Wanita itu bahkan tidak percaya kalau semalaman Oliver memeluk dirinya dengan sangat posesif.Dengan gerakan perlahan, Sonya segera melepaskan pelukan laki-laki itu dengan perlahan-lahan. Ia tidak ingin mengganggu ketenangan Oliver yang masih terlelap di sampingnya. Hari bahkan masih gelap, namun Sonya sudah tidak sabar untuk pergi ke dapur dan membuatkan sarapan untuk Oliver dan ketiga anaknya.Akhirnya Sonya dapat melepaskan pelukan laki-laki itu. Dengan gerakan perlahan, ia segera turun dari ranjang dan meninggalkan sosok yang masih terlelap dengan penuh kedamaian. Entah kenapa, hatinya terasa berbunga-bunga setelah semalam laki-laki itu menunjukkan perasaannya kepada Sonya. Wanita itu bahkan tersenyum kecil melihat benda yang melingkar di jari manisnya.Wanita itu bergegas menuju ke dapur dan membuka lemari pendingin. Ia ingin membuat menu sarapan untuk anak-anaknya. Denga
“M-merasakan sesuatu?” tanya Sonya dengan tatapan polosnya. Ia bahkan tidak paham dengan ucapan laki-laki itu.“Ya, merasakan sesuatu.” Oliver berbicara sambil melirik ke arah bawah. Laki-laki itu bahkan sengaja menggoda Sonya dengan nada yang begitu lembut.“Tuan, tolong jangan seperti ini. Aku takut kalau anak-anak akan melihat kegitan kita,” ucap Sonya dengan nada penuh permohonan. Wanita itu tampak tersipu di pangkuan Oliver.Oliver tampak bergeming, laki-laki itu masih memeluk erat Sonya dengan penuh kerinduan.“Sonya, aku mohon biarkan seperti ini. Aku masih ingin menghidu aroma tubuhmu,” bisik Oliver sambil memejamkan netranya. Laki-laki itu masih ingin berlama-lama di sisi Sonya.Tiba-tiba, Vier dan Biya muncul di ruang makan dan tampak terkejut melihat kedekatan kedua orang tuanya.“Bunda, Ayah, apa yang kalian lakukan?” seru keduanya sambil menutup wajah mereka dengan kedua telapak tangannya.Sonya tampak terkejut dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Oliver. Wajahnya t
“Sonya, kamu sudah datang?” seru laki-laki itu dengan netra berbinar. Ia bahkan sudah tidak sabar ingin memeluk wanita yang baru memasuki rumah Dayana.“Apa yang Anda inginkan? Kenapa Anda masih mengunjungi ibuku? Apa Anda belum puas menyiksa keluargaku?” seru Sonya dengan tatapan yang begitu tajam. Wanita itu tampak tidak suka dengan keberadaan James di rumahnya. Ia bahkan berbicara dengan nada ketus kepada sosok yang tengah berdiri di hadapannya.“Sonya, kamu bicara apa? Aku ke sini hanya ingin berbicara sesuatu hal denganmu dan aku mohon, jangan mengusirku seperti ini.” Tuan James tampak berbicara dengan netra mengembun. Ia menatap lekat wajah darah dagingnya.Dayana keluar dengan secangkir teh di atas nampan. Wanita itu sepertinya ingin menyuguhkan minuman untuk Tuan James.“Bu, kenapa laki-laki ini masih datang ke rumah ini? Apa dia belum puas menghancurkan mentalku? Dia bahkan tidak tahu malu berselingkuh denganmu, Bu. Kalian akan berbuat seperti ini sampai kapan? Apa kalian tid
“Meninggalkan keluargaku?” ucap laki-laki itu dengan netra membola. Ia seakan tidak percaya dengan ucapan wanita yang tengah duduk di hadapannya.“Ya, memangnya kenapa? Apa aku salah? Anda bahkan rela menelantarkan kami dan lebih memilih bersama Alia. Lalu, kenapa Anda merasa keberatan dengan permintaanku?” kekeh Sonya dengan senyum penuh arti. Ia bahkan sengaja menantang James dan meminta laki-laki itu untuk meninggalkan keluarganya.“Sonya, apa yang kamu katakan? Kamu tidak pantas berbicara seperti itu!” seru Dayana dengan tatapan yang begitu tajam. Wanita itu tampak tidak suka melihat sikap putrinya kepada Tuan James.“Kenapa Bu? Kenapa kita harus menjadi pihak yang tersakiti? Kenapa kita harus selalu mengalah? Memangnya apa salah kita? Aku bahkan harus menderita karena ulah Anda!” Sonya berbicara dengan tatapan lekat. Ada kekecewaan yang tergambar jelas di wajahnya.“Sonya, itu tidak benar. Aku bahkan sudah mencari kalian ke mana-mana. Aku juga sudah menempuh berbagai cara untuk
“Sonya, kamu harus kuat dan kamu pasti bisa menghadapi semuanya!” ucap wanita itu sambil mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih.Dengan tangan bergetar, Sonya meraih ponsel yang ada di pangkuannya. Wanita itu tampak berusaha menormalkan suaranya.“H-hallo!” ucap Sonya dengan nada sedikit gugup. Ia bahkan sengaja menyeka air matanya untuk menghilangkan rasa sesak di dalam dadanya.“Maaf Nona, saya sudah mengganggu kegiatan Anda. Tuan Oliver meminta saya untuk bertanya kepada Anda. Nanti sore, apa Anda ingin pulang lebih awal? Tuan Oliver ingin mengajak Anda untuk pergi makan malam.” Lorenzo berbicara dengan nada yang begitu sopan. Laki-laki itu mematuhi perintah tuannya untuk menanyakan kepada Sonya mengenai rencana kepulangan wanita itu.“Tuan Lorenzo, setelah aku selesai, aku akan mengabarkan kepadamu. Maaf, aku sedang sibuk dan aku harus membantu ibuku di dapur!” ucap Sonya dengan nada setenang mungkin. Ia tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya kepada orang keperca
“Bunda, apa kita benar-benar pergi dari sini? Kalau aku ingin dipeluk ayah, bagaimana?” tanya Vier dengan tatapan lekat. Anak itu seakan tengah merasakan kegelisahan yang begitu besar di dalam dirinya.“Vier, jangan takut, Bunda akan selalu ada di sisimu. Sekarang, kita harus bersiap-siap!” ucap Sonya dengan netra mengembun. Rasa marah kembali bergejolak di dalam hatinya ketika ia mengingat semua ucapan Tuan James. Ia benar-benar membenci nasib yang ditakdirkan untuknya. Kenapa ia harus merasa nyaman ketika berada di sisi Oliver? Kenapa dirinya merasa bahagia di saat bersama laki-laki yang telah memberikan dirinya tiga orang putra? Ini tidak boleh dibiarkan. Sonya dan Oliver memiliki darah yang sama dan itu artinya hal seperti ini tidak boleh terjadi.Setelah selesai merapikan semuanya, Sonya segera beranjak dari kamar dan mengajak ketiga anaknya pergi dari sana.“Nona, kalian mau ke mana?” tanya sang pelayan dengan tatapan keheranan.“Bibi, kami akan pergi dari sini,” jawab Sonya den