Setelah membuat Tante Belva lemas tak berdaya, digenjot oleh alat perang miliknya. Harjo pun kembali berpikir untuk menerima tawaran dari Tante Belva tadi.Kegelisahan terlihat di wajahnya. Dia melirik Tante kesayangannya itu, yang sudah tertidur tanpa sehelai benang pun. Dia lalu menutupi tubuh Tante Belva, yang sebenarnya memiliki umur yang sama dengan ibunya di desa.Sesungguhnya dari awal Harjo ragu menjadi lelaki simpanan Si Tante. Namun Tante Belva sangat baik kepadanya. Dia kadang berpikir dirinya sangat bejat karena mau berhubungan intim dengan wanita yang umurnya sama dengan ibu kandungnya. Namun desakan ekonomi memaksanya untuk melakukannya.Entah sudah berapa batang rokok Harjo habiskan, namun kegelisahan hatinya tidak kunjung reda juga. Bayangan wajah Lilian yang cantik masih terngiang-ngiang di pelupuk matanya.Sampai-sampai dia tidak menyadari jika Tante Belva sudah bangun dan sedang menatapnya saat ini."Harjo, bagaimana dengan tawaran Tante, tadi? Apakah kamu bersedia?
Sebenarnya Lilian juga memiliki perasaan yang sama kepada Junot. Namun dia berusaha sebisa mungkin untuk menutupinya karena Lilian tidak mau terluka nantinya, karena status mereka yang sangat berbeda. Junot anak orang kaya sementara Lilian hanya seorang mahasiswi yang berasal dari desa. Tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dalam dirinya. Sore hari pun tiba, Noah akhirnya datang ke Toserba. Dia lalu menyapa Dita, "Dita, Dahlia mana? Kok nggak kelihatan?" "Maaf Pak Bos, sepertinya mood Nona Dahlia sedang tidak baik, dari tadi dia marah-marah terus. Apa lagi, Pak Bos tidak kunjung datang!" ucap Dita jujur. “Terus Dahlia di mana saat ini?” tanyanya lagi. “Nona Dahlia sedang berada di dalam ruangan Anda, Pak Bos,” tutur Silvi. Ternyata Silvi dan Dita telah mengetahui perihal hubungan antara Dahlia dan Lilian. Mereka sangat mendukung hubungan kedua majikannya itu. Tanpa menunggu lama Noah pun melangkah masuk ke dalam ruang pribadinya, dan dapat melihat sang kekasih ya
Lilian hendak tidur namun dia tiba-tiba teringat dengan orang-orang yang tadi siang menghadangnya. "Siapa sih, mereka? Kenapa mereka ingin mencelakaiku?" Apakah ada seseorang yang membenciku sehingga mereka punya niat jahat kepadaku?” Pertanyaan demi pertanyaan itu, mulai menari-nari dalam kepala Lilian. Dia ingin sekali menceritakan hal itu kepada Dahlia namun dia tidak mau membebaninya. "Aku akan menyelidiki sendiri, siapa dalang dibalik semua ini," pikirnya dalam hati. Sementara Bu Jayanti dan Pak Ranto seolah-olah bagaikan anak remaja yang sedang pubertas. Setelah mereka bertukar nomor ponsel tadi siang, sampai malam ini, keduanya masih saja bertukar pesan melalui salah satu aplikasi chatting online. Lilian diam-diam melihat jika Bu Jayanti yang masih saja asyik dengan ponselnya. "Bu, sudah malam, besok lagi dilanjutkan acara perkenalannya." ucap Lilian sambil tersenyum. "Iya, ini juga sudah kelar kok. Mas Ranto ... eh maksud Ibu, Pak Ranto juga mau tidur." Bu Jayant
Nyonya Belva akhirnya menemukan saklar lampu. Dia pun segera menyalakan lampu, seketika ruangan menjadi terang benderang. Sang nyonya sangat kaget melihat suaminya yang dari tadi duduk di kegelapan menunggunya pulang. "Ya ampun Papa, aku kaget banget! kirain kamu siapa," tukasnya sambil memegang dadanya karena dia memang benar-benar terkejut saat ini. "Dari mana saja kamu! Jam berapa sekarang? Apakah kamu lupa dengan janjimu sendiri?" sinis Tuan Alfonso menatap ke arah istrinya. "Ya ampun! Aku hampir lupa jika hari ini, aku sudah janji untuk melayani Alfonso. Untung saja tadi Harjo memaksaku untuk mampir ke restoran itu. Jika tidak, aku mana sanggup melayani dia," lirihnya dalam hati. Diam-diam Nyonya Belva mengagumi hasil kerja lelaki simpanannya itu. Satu lagi kelicikan Nyonya Belva, dia tidak mengizinkan Harjo memberi tanda kepemilikan di sekujur tubuhnya. Itu juga semata-mata dia lakukan agar suaminya tidak curiga. "Jawab, Belva! Kamu kok diam saja?" hardik, Tuan Alfons
Setelah selesai sarapan Noah pun berkata, "Dahlia, ini kamu baca-baca dulu. Aku sudah meringkas analisis jurnal tersebut, siapa tahu saja Si Andi itu nanya-nanya ke kamu." Noah lalu menyodorkan beberapa lembar kertas di hadapan kekasih hatinya. "Thanks ya, Sayang?" ucap Dahlia lalu mulai membacanya. "Tenang saja, Sayang. Ini semua tidak gratis!" gumamnya dalam hati. Diam-diam Noah sudah menyusun rencana jika setelah pulang kuliah nanti. Sang pria akan meminta jatahnya kepada kekasihnya itu. Di sebuah ruang perkantoran, "Apa? Jadi kemarin siang Lilian dihadang oleh beberapa orang preman?" Junot sangat emosi setelah mendengar laporan dari anak buahnya. "Iya, Tuan Muda," ujar orang kepercayaannya itu. "Tapi kenapa kalian tidak membantunya?" cecarnya lagi. "Maaf Tuan, kami kalah cepat, Nona Lilian sudah lebih dulu melumpuhkan para preman itu." "What? Melumpuhkan bagaimana maksud Anda, Eki?" "Ternyata Nona Lilian sangat jago bela diri." jelas Asisten Eki lagi. "Apa?
Di kafetaria kampus, Dahlia bertemu dengan Lilian dan Junot yang sedang menikmati makan siang.Dari aromanya, sang gadis tahu jika makanan itu hasil masakan Lilian."Cie, yang dimasakin sama Lilian? hanya untuk Junot saja, kah? tanya Dahlia dengan wajah cemberut."Hai Dahlia, apa kabar?" sapa, Junot."Ada di rumah buat kamu, Dahlia. Oh yah bagaimana tugas dari Pak Andi?" Tanya Lilian, kepada saudaranya itu."Aman dong, aku dapat nilai A+!" ucapnya senang."Wah selamat ya, Dahlia." ujar Lilian ikut senang.Tiba-tiba ponselnya bergetar dia lalu membuka ponselnya, dan ada pesan masuk dari Noah untuknya.Noah : "Sayang, aku sudah menunggumu di parkiran." demikian isi pesan dari Noah."Lilian, gue cabut dulu ya? Gue mau ganti shift sama Dita di tempat kerja.""Tolong jaga sepupu gue ya, Mas Junot!" ucap Dahlia kepada pria itu."Beres, Dahlia!" gawab Junot tegas."Ih.., apaan sih, memangnya aku anak kecil? Yang harus selalu dijagain?" gerutu Lilian."Ha-ha-ha," Junot tertawa bahagia mende
Setelah makan siang di kafetaria kampus, Junot mengajak Lilian untuk berjalan-jalan ke Pantai Indah Kapuk di daerah Jakarta Utara. Hari itu cerah, matahari bersinar dengan lembut, menyinari kota metropolitan Jakarta yang sibuk. Junot dan Lilian memasuki mobil, bersiap untuk perjalanan menuju pantai yang indah itu."Apakah kamu siap, Lilian?" tanya Junot sambil memasang sabuk pengamannya."Siap, Mas Junot! Aku sangat penasaran dengan pantai yang ada di Jakarta," jawab Lilian dengan mata yang berbinar-binar.Sepanjang perjalanan, Lilian tak henti-hentinya melihat keluar jendela mobil. Gedung-gedung tinggi, jalan-jalan yang ramai, dan hiruk-pikuk kota benar-benar memukau baginya. Jakarta dengan segala kemegahannya sungguh berbeda dari desa tempat tinggalnya yang tenang dan hijau."Jakarta benar-benar luar biasa, ya? Aku tidak pernah melihat gedung setinggi ini sebelumnya," ucap Lilian dengan penuh kekaguman.Junot tersenyum mendengar antusiasme Lilian. "Iya, Jakarta memang kota yang sib
"Selamat datang Tuan Muda," ujar salah satu pekerja di vila itu."Halo, Maid." sapa Junot sopan."Selamat datang Nona Lilian," sang maid juga tidak lupa menyapa calon kekasih tuan mudanya.Lilian yang disapa seperti itu, hanya bisa tersenyum dan masih terheran-heran kenapa perempuan paruh baya itu, mengetahui namanya."Kamu duduk dulu ya, aku mau ganti baju," ujarnya, lalu mengusap rambut Lilian.Tanpa malu, Junot membuka bajunya di hadapan Lilian. Otot-otot tubuhnya yang kokoh bak roti sobek terpampang nyata di depan mata gadis itu. Lilian sejenak terpesona dan terus menatap tubuh Junot tanpa berkedip sekali pun."Ini baju ganti Anda, Tuan." ucap sang maid. Lilian buru-buru melepas tatapan matanya dari tubuh atletis milik pria itu.Junot tersenyum simpul saat melihat Lilian terpesona dengan otot-otot di tubuhnya."Silakan diminum tehnya, Nona." Sang maid datang lagi ke ruangan itu dan menawarkan teh untuk Gretcheel."I ... iya, terima kasih." ucap Lilian terbata. Dia masih saja bing
"Papa dan Mama, kok tega banget sih!" kesal Sherly dalam hatinya."Maafkan aku, Sherly. Untuk sementara aku belum bisa memperjuangkanmu." gumam Doan, dalam hati."Sudah, kita jangan memikirkan hal itu dulu. Untuk sementara aku akan fokus untuk membesarkan perusahanku, sehingga tidak ada satu pun yang menganggap ku remeh lagi! Termasuk keluargamu!" tegas, Doan.Keluarga Sherly memang tidak menyetujui hubungan Doan dan Sherly karena pria itu berasal dari keluarga sederhana, sementara keluarga Sherly tergolong berasal dari keluarga berada. Untuk itu, Doan telah bertekad untuk membalas perbuatan keluarga Sherly yang merendahkannya, dengan kesuksesan yang pelan-pelan mulai diraih olehnya saat ini."Ayo, aku antar kamu," ucap Doan kepada sang pacar."I ... ya, Doan." Keduanya pun meninggalkan apartemen itu dengan perasaan yang berkecamuk.Sepanjang perjalanan keduanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak terasa mobil sampai tepat di depan kantor Sherly."Doan, aku masuk du
Padahal sesungguhnya selama ini Tuan Alfonso tidak ke mana-mana, hanya berada di rumah Puput dan bermesraan terus dengannya.Lalu keduanya mengakhiri panggilan itu dengan hati bahagia. Karena apa yang mereka inginkan telah terwujud."Kecurigaanku tidak terbukti, ternyata Alfonso tidak curiga kepadaku. Dan mungkin saja Junot hanya sekedar bertanya tadi." Demikian spekulasinya.Sang nyonya lalu melangkah masuk ke dalam toilet kamarnya untuk membersihkan dirinya.Di apartemen Doan,Pagi pun tiba, Sherly terbangun dan mendapati dirinya hanya sendiri di atas ranjang. Namun bunyi gemericik air shower terdengar dari dalam kamar mandi. "Sepertinya, Doan sedang mandi." gumamnya, pelan.Sherly yang dulu sudah biasa berada di apartemen Doan, segera mengambil inisiatif sendiri untuk membersihkan dirinya di toilet yang berada di kamar tamu.Dia lalu meraih paper bag yang telah disediakan oleh Doan kepadanya dan membawa ke dalam kamar itu.Sesampai di dalam kamar, Sherly lalu masuk ke dalam toilet
Di Kediaman Rivaldo,"Tuan muda, tolong makanlah, dari tadi pagi Tuan belum makan." seru Asisten Eki kepada Junot."Gue mau tidur! Gue nggak lapar!" sahut Junot malas."Tapi Tuan muda, hari sudah semakin malam, nanti Anda bisa saja masuk angin." serunya, lagi."Gue nggak peduli!" jawab Junot. Saat ini dia malah sedang asyik memandang foto Lilian yang dulu diam-diam dirinya foto."Tuan muda, jika Anda tidak makan, terus bagaimana Anda bisa mengejar cinta Nona Lilian, lagi?" tukas Asisten Eki, menakut-nakuti Junot."Maksud Lo, apa ngomong gitu?" tanyanya."Iya Tuan muda, jika Anda tidak makan, pasti tubuh Anda akan merasa lemah. Itu berarti Anda tidak bisa masuk kantor dan terbaring di kamar." "Terus apa hubungannya dengan Lilian?""Tentu ada hubungannya Tuan muda. Jika Anda berbaring terus di dalam kamar. Tuan Doan pasti akan semakin dekat dengan Nona Lilian. Apakah Anda mau jika itu terjadi?" tutur Asisten Eki lagi.Junot mulai berpikir jika apa yang dikatakan oleh sang asisten itu a
"Hanya perasaan kita saja yang sudah berbeda sekarang," lirih Sherly dengan wajah sedih."Masaklah sesukamu, aku pasti akan memakannya." sahut Sherly, lagi. Lalu dia duduk di mini bar yang ada di dapur Doan sambil menunggunya selesai memasak.Doan sejenak terdiam mendengar penuturan Sherly itu. Dia mencoba kembali menguasai dirinya dan mulai memasak masakan andalannya yang selalu gadis itu sukai.Setelah berkutat lama di dapur, akhirnya Doan selesai memasak.Dia lalu menata hasil masakannya di sebuah mini bar yang ada di dapurnya."Makanlah, selagi masih panas," seru Doan. Tak lupa dia menuangkan segelas air putih ke dalam gelas.Keduanya pun makan dalam diam, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang sedang berlomba di atas piring keduanya."Rasa masakanmu tetap sama, aku tetap menyukainya." ujar Sherly memuji hasil masakan Doan yang memang sangat enak itu."Oh, ya? Jika kamu mau, kamu bisa mampir ke sini, kalau-kalau saja kamu merindukan masakanku," tawar Doan kepada Sh
Kedua bersaudara itu pun saling berpelukan pertanda mereka saling menguatkan. Ditengah berbagai masalah yang menderanya.Di Kediaman Rivaldo,Junot terbangun dari tidurnya dan melihat kondisi tangannya yang sudah terpasang selang infus.Dokter Adi dan Asisten Eki terlihat sedang tertidur di sofa. Tadi malam Junot mengamuk lagi. Asisten Eki terpaksa kembali menelepon dokter Adi untuk kembali memeriksa Junot. Dan karena takut sang bos kembali mengamuk, Asisten Eki pun meminta dokter Adi untuk menginap saja. Alhasil keduanya tidur di sofa kamar Junot saat ini.Junot melirik jam di dinding kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi."Shit! Gue kok baru bangun! Padahal pagi ini gue harus menghadiri meeting penting." Asisten Eki juga terbangun diikuti oleh dokter Adi yang juga ikut bangun."Selamat pagi, Tuan Muda. Bagaimana keadaan Anda, pagi ini?" tanya dokter Adi."Sudah mendingan, dok." jawab Junot dingin."Tapi kenapa ya, dok? Badan saya terasa sakit semua?" tanyanya lagi.
"Ya udah Bu. Saya masuk kamar dulu. Mau ngecek Dahlia." Lilian pun masuk dan melihat Dahlia yang sedang tertidur dengan posisi meringkuk.Lilian pun mulai mendekati tempat tidur dan memeriksa Lilian."Duh, badan Dahlia kok panas banget, sih?" Lilian menjadi khawatir. Dia lalu keluar dari kamarnya dan menuju dapur.Sesampai di dapur Lilian mengambil baskom dan memasukkan air hangat di dalamnya.Bu Jayanti yang kebetulan masuk ke dalam dapur melihat Lilian, lalu dia pun bertanya,"Lil, kamu sedang apa?""Ah, iya Bu. Dahlia sedang demam, Bu. Aku mau mengompresnya." seru Lilian dengan wajah khawatir."Pantas tadi, wajahnya agak pucat saat pulang. Tadi ibu nanyain apakah dia sedang sakit? Tapi Dahlia menjawab jika dia baik-baik saja," seru Bu Jayanti, menjelaskan kepada Lilian."Bu, jika Dahlia demam, ada baiknya kita bawa ke dokter. Siapa tahu nanti semakin parah." Pak Ranto ikut memberi saran."Itu masalahnya, Pak. Dahlia jika sakit tidak pernah mau memeriksakan diri ke dokter. Saya cob
"Tuan Junot histeris seperti itu, karena dia mengalami trauma mendalam karena perbuatannya sendiri yang telah menyakiti wanita yang dirinya sangat sayangi." "Jika boleh tahu memangnya Tuan Junot telah melakukan apa?" tanya, sang dokter."Tuan Junot, mencium Nona Lilian dengan paksa." jawab Asisten Agam."Apakah Tuan Junot sangat menyukai Nona Lilian?" tanya dokter Adi."Sepertinya begitu, dok." jawab Asisten Eki lagi."Menurut analisa saya, Tuan Junot saat ini merasakan kekecewaan yang mendalam karena tindakan yang dia lakukan karena telah menyakiti gadis yang dirinya sangat cintai. Saya sudah meresepkan beberapa obat untuk menenangkan jiwanya. Akan tetapi jika tidak ada perkembangan juga, Anda bisa membawa Tuan Junot ke dokter ahli jiwa." saran dokter Adi."Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kondisi Tuan Muda saat ini, dok?" tanyanya, lagi."Untuk sementara, tidak ada. Hanya saja jika sikap Tuan Junot masih seperti tadi. Ada baiknya jika kondisinya dikonsultasikan kepada
Junot semakin terbawa nafsu. Dia malah mulai membuka satu persatu kancing kemeja Lilian.Sambil terus menikmati bibir gadis itu dan terus melumatnya.Doan tiba di lantai di mana Lilian berada dan dia melihat pemaksaan yang Junot lakukan kepadanya."Bajingan! Kurang ajar Lo, Junot!" teriaknya lalu dengan cepat menarik tubuh pria itu dari Lilian dan mulai menghajarnya.Sementara Lilian hanya bisa terduduk dan menutupi dadanya yang hampir kelihatan karena ulah tangan Junot yang nakal. Air matanya terus mengalir di pipinya. Dia sangat berterima kasih, Doan cepat menemukannya karena jika tidak, mungkin saja Junot akan semakin membabi buta."Kamu menyakitinya, Junot! Dasar keparat!" ujar Doan tajam ke sambil terus memukuli Junot sampai pria itu terlihat babak belur."Doan, stop! Kamu bisa membunuhnya!" Sherly tiba-tiba muncul dan mulai menahan tubuh pria itu."Kelakuanmu tidak lebih dari seekor binatang, Junot! Lilian, adalah seorang perempuan terhormat! Kamu malah membuatnya terlihat murah
"Apa? Mencelakai bagaimana maksudmu?" seru Doan penasaran."Lilian kan berasal dari desa. Ibunda Junot kurang setuju. Gara-gara hal itu, Lilian hampir ditabrak. Namun untungnya, kata Junot. Lilian jago bela diri, jadi dia bisa melindungi dirinya sendiri," tutur Sherly menjelaskan."Ha-ha-ha, jadi semua karena status sosial yang berbeda? Sama dong dengan sifat keluargamu yang materialistis! Iya, kan?" sindir Doan, lagi."Doan, itu kan keluarga ku! Aku tidak seperti itu! Tolong percayalah, antara aku dan Junot tidak terjadi apa-apa. Dia sangat menyukai Lilian. Kami tidak mungkin bersatu!" "Siapa yang tahu, jika kamu menyukai Junot! Iya, kan?" Doan malah semakin cemburu."Doan, apakah kamu meragukanku? Aku ... aku ... sangat menyayangimu, Doan!" lirihnya, mulai meneteskan air matanya."Justru kamu yang berbohong sama, aku!" isak Sherly lagi."Memangnya aku berbohong tentang apa?" sergah Sherly."Ka ... kamu yang menyukai Lilian! I ... iya, kan?" Bibir Sherly bergetar mengatakan itu. Dia