Share

Bab 27

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-14 13:37:34

"Terima kasih banyak informasinya Pak, jika ada perkembangan tolong hubungi saya," sahut papa dengan kondisi ponsel diaktifkan speakernya. Lalu mereka mematikan sambungan teleponnya setelah mengucapkan salam.

Mereka sudah lari secepat itu. Pastinya sudah ada orang yang menuntun mereka. Apa Tante Siska? Aku jadi menduga-duga.

"Hemm, Pah aku hubungi Tante Siska ya! Ia itu kan Tantenya Danu. Masa iya tidak tahu keberadaannya."

"Iya, coba saja! Siapa tahu ada titik terang!" ujar papa.

Aku mencoba menghubungi Tante Siska, tapi setelah berkali-kali menghubunginya, nomernya sudah tidak terjangkau lagi.

Setelah Haris pulang, hanya beda beberapa menit saja. Papa kedatangan tamu yang tidak aku kenal, ia hendak mencari papa. Katanya ia menemukan dompet papa yang terjatuh di depan rumah Syakila dan Mas Danu.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, iya ada apa ya?"

"Ini Mbak, saya ingin mengembalikan dompet bapaknya Mbak yang jatuh," ucap laki-laki itu yang tak kukenali. Ia menyerahkan dompet milik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 28

    Mataku tak berkedip saat membaca pesan dari Mas Danu. Itu artinya aku tidak boleh percaya pada Haris sepenuhnya untuk sekarang ini."Pah, Haris kenal dengan Mas Danu saat di rumah sakit, ini dia ngucapin makasih segala, apa mungkin mereka komplotan?" Aku bertanya meskipun dada ini tengah bergemuruh hebat.Papa terdiam sambil menyorot ke arah layar ponsel."Papa kecewa jika memang begitu adanya, tapi kita tidak bisa menyimpulkan hanya karena pesan ucapan terima kasih, lebih baik kita selidiki lebih dalam lagi, Papa akan suruh orang untuk mengintai Haris," timpal papa. Tak berselang kemudian, mobilnya Haris terdengar kembali di area halaman rumah. Aku yakin ia baru menyadari bahwa ponselnya tertinggal."Sudah, matikan layarnya, jangan sampai Haris curiga," suruh papa.Aku pun keluar rumah dan segera menyerahkan ponsel genggam miliknya. Ia sempat melihat ke layar ponselnya, lalu menyorotku diam."Kamu baru pegang handphone ini, kan?" tanya Haris."Iya,barusan aku ke toilet, nemu langsun

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 29

    "Menurut informasi anak buah Papa, Haris itu ada utang budi pada Danu, makanya ia yang memberi informasi bahwa Papa mau menangkap mereka," terang papa.Sungguh pernyataan papa barusan sangat membuatku merasa bersalah. Gara-gara terlalu percaya pada orang, kini malah jadi merepotkan papaku."Lantas kenapa tadi dia bilang sedang cari Mas Danu dan Syakila," jawabku agak kesal, sebab ternyata orang yang cukup denganku adalah penjilat.Papa mengangkat bahunya, lalu menggelengkan kepalanya.Tidak disangka akan seperti ini jadinya. Kami pun berpikir positif karena papa sendiri yang merekomendasikan Haris sebagai dokter yang menemaniku di rumah sakit."Papa kecewa, tapi alasan Haris melakukan ini tentu karena terpaksa," tutur papa memaklumi."Aku nggak bisa maklum, Pah," timpalku kesal."Ya udah, kita bicarakan nanti lagi, sekarang lebih baik ketemu Khairul, teman papa." Ia menarik lenganku paksa.Kami tiba di ruangan rawat inap tempat teman papa dirawat. Aku tadi sempat membeli buah yang dit

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 30

    "Ya Allah, Fika. Aku harus bagaimana jelasin ke kamu dan Pak Wijaya ya? Sepertinya ada yang membuat kamu berubah gini," ungkap Haris. Aku menoleh ke arah papa. Mana mungkin papa sembarangan memfitnah orang. Haris saja yang pandai bersilat lidah.Kemudian, aku mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Sebab, kantor polisi sudah berada di depan mata.Aku dan papa segera turun dari mobil dan masuk ke kantor. Lalu lalang petugas membuat kami berdua celingukan mencari komandan."Wah, Pak Wijaya sudah datang!" teriak komandan Aji, seperti tulisan di papan namanya yang kubaca."Iya, Pak. Tadi dapat kabar katanya buronan Syakila dan Danu sudah ditemukan, apa itu betul?" tanya papa tanpa basa-basi."Duduk, Pak!" seru pak polisi. "Begini, Pak. Ya, tadi sudah tertangkap oleh polisi dan beberapa preman di sana. Tapi, saat di jalan, mereka menyeburkan diri ke kali. Sampai saat ini, sedang dalam pencarian tim kami," sahutnya membuatku menghela napas panjang. Astaga, kedua orang itu licin seka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 31

    Aku jadi fokus mendengarkan ucapan Haris kata demi kata. Tidak menutup kemungkinan orang itu adalah mereka, buronan yang tengah dicari polisi."Haris, aku tutup dulu teleponnya. Nanti papa mau hubungi Pak Aji terlebih dahulu," timpalku sambil mematikan sambungan teleponnya.Bukan tidak tahu terima kasih, tapi aku masih harus waspada terhadap Haris. Sebab, ia bisa saja berubah lagi.Aku ke luar kamar, ternyata papa berada di ruangan televisi. Aku segera mendekat dengannya."Pah, ambil ponsel coba, kata Haris polisi hubungi Papa nggak diangkat-angkat," paparku sambil menggoyangkan tangannya.Kemudian, papa memerintahkan pembantunya untuk mengambil handphone di kamar.Setelah ponselnya berada di genggaman. Ternyata benar, ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Pak Aji. Ia mungkin ingin menyampaikan perihal orang yang ditemukan saat itu. Meskipun Pak Aji tidak berada di lokasi, pastinya rekan di Jogjakarta tengah melaporkan segala hal sekecil apapun mengenai buronan tersebut."Pah, cepat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 32

    Tiba-tiba Haris tersungkur dan bersujud di kakiku. Benar dugaanku ia pasti melakukan satu hal yang membuatnya seperti ini."Fik, aku minta maaf," ucap Haris.Aku bergeming, tak bicara satu kata pun untuk menanggapinya.Suster ikut berhenti ketika menoleh ke belakang."Cepat bangun, kita ketemu dokter dulu," ajakku kasar. Kemudian kaki ini melangkah mengekor suster yang kini mulai beranjak kembali.Suster membuka pintu lebar-lebar, ia mempersilakan kami masuk dan memperkenalkan pada dokter yang menangani Mas Danu dan Syakila."Dok, ini Mbak dan Mas yang ingin bertemu Dokter," ucap suster dengan lemah lembut."Sore Dok, saya Dokter Haris, dan ini Fika, mantan istri Danu, pria yang dirawat di ruang ICU." Haris menjelaskan statusku, agar dokter lebih percaya untuk menceritakan kondisinya."Sore juga, Dok, Mbak. Senang berkenalan dengan kalian. Saya akan menjelaskan kondisi mereka saat ini." Kami pun duduk setelah dipersilakan."Iya, sebenarnya kami sudah tidak peduli, tapi ingin tahu kea

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 33

    "Bisu permanen, Dok?" Aku bertanya seraya tak percaya."Iya, saya pastikan pasien bisu permanen," terang dokter.Aku menoleh lagi ke arah Haris yang ikut termangu saat dokter menyatakan Syakila bisu permanen."Baik, Dok. Saya akan beritahu keluarganya masalah kondisi Syakila," timpalku mengakhiri pembicaraan. Kemudian, kami bangkit dari duduk dan beranjak keluar ruangan.Kami berjalan seakan tak tahu arah tujuan. Mata kami berdua menyoroti jalan tapi pikiranku entah ada di mana. "Apa ini karma?" Aku dan Haris bertumbuk pandangan, apa yang kami tanyakan juga sama."Kita satu pemikiran," celetuk Haris. Kemudian memalingkan wajahnya dan kembali ke arah depan."Kita temui papa di bawah," ajakku. "Papa harus tahu kondisi Syakila, jujur saja aku jadi kasihan dan memiliki inisiatif untuk mencabut laporan," sambungku membuat Haris menoleh dan berhenti."Nggak gitu, Fik. Jangan jadikan kondisi Syakila sebagai kelemahan, biarkan mereka memetik apa yang sudah ditanam," cegah Haris.Aku menelan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 34

    "Jangan over thinking, Fik. Mungkin Danu bicarain aku yang udah bodoh menuruti kemauannya," sanggah Haris."Hu um, betul itu, mereka seperti menertawakan kamu, tapi sejujurnya Tante tidak tahu betul tentang mereka. Maafin Tante ya," timpal Tante Siska. "Tante mau lihat keadaan Danu, kamu mau ikut, Fika?" tanya Tante Siska."Mas Danu masih belum sadar, Tante. Sedangkan Syakila, ia harus amputasi kan, dan seharusnya Tante Sisks atau keluarganya menandatangani persetujuan," timpalku. "Satu lagi yang belum Tante ketahui, Syakila dipastikan bisu permanen," tambahku."Astaga, separah itu? Syakila pasti terpukul atas apa yang terjadi dengannya," ungkap Tante Siska "Aku juga bingung ngomongnya gimana ke Syakila," jawabku sambil mengangkat bahu."Ya udah, karena khawatir Syakila akan menyalahkan kamu, lebih baik untuk sementara waktu nggak usah temui dia, kamu ke tempat Danu aja, gimana?" tanya Tante Siska.Aku pun mengangguk dan menuruti apa kata Tante Siska. Namun, aku menemui Mas Danu dite

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 35

    "Apa kamu bilang tadi? Papa?" Aku baru sadar kalau ternyata Haris menyebut papa dengan sebutan layaknya menantu."Astaga, maaf Pak Wijaya, saya Keceplosan," jawab Haris sambil menepuk keningnya. Wajahnya kelihatan merah ketika papa menautkan kedua alis sambil menggelengkan kepalanya."Jangan sebut saya Papa kalau banyak kebohongan yang kau simpan, Haris," ancam papa.Kemudian, kami pun bergegas ke kantin untuk bicara empat mata. Aku dan Haris jalan berdampingan meski tidak gandengan. Namun, tiba-tiba ia berhenti."Ayo, Ris! Kok kamu malah berhenti?" tanyaku pada Haris yang tiba-tiba berhenti melangkah. Ia menahan langkah kakinya."I-iya Fik, sepatu tadi agak tak enak dipakai," sahutnya sambil menggerak-gerakkan kaki seraya tidak nyaman dengan sepatu.Setibanya di kantin, aku duduk saling berhadapan."Ris, langsung aja. Ada yang ingin aku tanyakan. Tolong dijawab jujur, ya!" tekanku dengan nada mengancam."Tunggu ya, Fika." Haris menyuruhku untuk berhenti berbicara. "Mbak, mau pesan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18

Bab terbaru

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 54. Akhir Kebahagiaan Fika

    Seorang pria berhasil membawa maling tersebut bersama dengan Ari dan Haris. Mereka berdua diseret ke mobil dan diperintahkan masuk olehnya."Udah jebloskan aja ke penjara, kalau sudah berani kabur sih artinya sangat berani," ucap Haris.Kemudian, kami memutuskan untuk membuat laporan ke kantor polisi atas penjambretan tadi. Namun, sebelumnya, aku menghubungi papa melalui pesan singkat untuk sekadar memberikan informasi padanya.[Pah, aku ke kantor polisi ya. Ada jambret tadi.]Setelah mengirimkan pesan, aku duduk kembali ke mobil dan menuju kantor polisi.***Setibanya di kantor polisi dan selesai membuat laporan, pihak kepolisian pun sangat berterima kasih terhadap kami, sebab ternyata orang yang menjambret adalah buronan. Jadi ini justru sangat memudahkan kami juga dalam membuat laporan."Ayo, Fik, pulang!" ajak Haris. "Ri, kami pamit, terima kasih bantuannya, sudah membantu menangkap maling tadi.""Iya, sama-sama. Kalian hati-hati," ucap Ari sembari meninggalkan kami yang masih mem

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 53. Detik-detik Ending

    Kemudian Tante Siska membicarakan perihal dokter yang memanggil Mas Danu dan dirinya. Ia bilang bahwa Syakila menitip pesan pada dokter, bahwa akan mendonorkan matanya untukku.Lagi-lagi ini hal yang tidak masuk akal, Syakila tengah memperjuangkan hidupnya tapi ia malah ingin menyerahkan matanya untukku.Aku terharu mendengarnya, sekaligus ingin menolak apa yang menjadi niat baik Syakila."Maaf Tante aku tolak mentah-mentah, ini tidak adil jika aku menyetujuinya," ucapku dengan tegas.Aku pun meminta apa-apa untuk melarang Tante Siska membujukku. Ini semua demi kebaikan bersama, seharusnya Syakila juga sembuh, bukan malah ingin mendonorkan matanya untukku."Tante paham betul, tapi ini keinginan Syakila," jawab Tante Siska lagi."Aku tolak, Tante," ucapku lagi."Kenapa tolak?" tanya Tante Siska.Aku hanya menggelengkan kepala dan tidak berkomentar apa-apa lagi."Baiklah, tapi Syakila sudah meninggal dunia, Fika," ucap Tante Siska membuatku spontan melotot. Mata ini benar-benar membuka l

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 52

    Mereka semua berhamburan keluar. Hanya aku yang tersisa di dalam. Papa pun ikut karena aku yang menyuruhnya.Aku merebahkan tubuh sambil menunggu kedatangan mereka. Dalam hati kecil ini berharap ada kabar baik yang dokter katakan pada mereka semua.Kecemasan yang aku alami memang terbilang berlebihan, Syakila bukan siapa-siapa, hanya seorang sahabat yang pernah menghancurkan hidupku. Namun, justru saat ini aku menginginkan dia bisa bertahan hidup.Selang beberapa menit kemudian, papa datang bersama dengan Haris dan Ari. Namun, tidak dengan Tante Siska juga Mas Danu, ia masih menemani Syakila. Setidaknya bukan kabar buruk yang aku terima, sebab tidak ada yang papa ucapkan saat mereka masuk ke dalam ruangan."Kok cepat? Nggak ada sepuluh menit," tanyaku seakan menyecar."Iya, Syakila tadi sadar, dan dokter ingin bicara dengan Danu dan Siska," kata papa sambil menarik kursi lalu duduk di dekatku."Syukurlah, ternyata Syakila masih berjuang untuk hidup," timpalku dengan disertai helaan na

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 51

    Dikarenakan teriakan Kau sangat kencang, Papa yang tadi berada di luar pun panik dan masuk ke dalam.Begitu juga dengan Haris dan Ari yang masuk mengekor di belakang papa."Ada apa, Fika? Kenapa kamu teriak?" tanya papa."Tadi aku dengar di kamar mandi suara kran mengalir, Pah, Aku takut Coba lihat ke sana!" Aku ketakutan sambil memegang selimut dan meremasnya."Aku akan melihat!" Itu suara Haris ia yang bersedia memantau toilet.Berselang kemudian Haris pun datang. "Nggak ada siapa-siapa dan kran pun masih tertutup." Ucapannya membuatku terdiam.Telingaku ini sudah berfungsi kembali seperti orang normal. Tadi jelas-jelas aku mendengar suara air mengalir dari keran kamar mandi."Mungkin kamu lelah, Fika, lebih baik kamu tidur ya, jangan mikirin macam-macam. Apalagi halusinasi tentang Syakila lagi, doakan aja dia mendapatkan yang terbaik untuk kesembuhannya," pesan papa.Kemungkinan besar halusinasiku ini terjadi karena terlalu takut. Ya, aku merasa sebagai penyebab kehancuran Syakila.

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 50

    "Tapi, Syakila di ruangan ICU, Fik," ucap Haris."Iya, katanya kritis lagi," susul Ari."Jadi aku halusinasi?" Aku bertanya sambil menutup seluruh wajah dengan kedua telapak tangan."Fika, kamu istirahat ya, jangan sampai cemas berlebihan hingga membuat kamu jadi berpikiran tentang Syakila," tambah papa.Aku terdiam, bukankah ada suaranya tadi? Ya, suara raungan wanita bisu. Aku dapat mengetahuinya, sebab pernah berada di posisi Syakila dulu. "Aku yakin itu Syakila, apa dia ingin bicara denganku?" "Fika, biar aku dan Ari yang lihat kondisi Syakila ya," pesan Haris.Aku mengangguk senang, senyumku melebar ketika ia melakukan hal itu. Sebab, memang dari tadi aku menunggunya menawarkan diri setelah aku suruh.Setelah mereka pergi, aku pun ditemani papa. Ia duduk di sebelahku sambil mengusap lembut jari jemari ini."Kamu itu lelah, kepikiran sana sini, jadilah mikirin Syakila lagi, padahal sudah tidak ada yang perlu kamu cemaskan, dia sudah ditangani oleh dokter, Papa rasa dokter juga p

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 49

    Aku merasa ini semua tidak adil jika harus kehilangan indera yang sangat penting, yaitu penglihatan. Seandainya mata ini tak bisa melihat dunia, aku pasti merasa orang yang paling buruk sedunia. Sebab, musibah yang ku terima tidak ada ujungnya.Dokter mulai melepaskan perban yang mengelilingi kepala dan mata ini. Kemudian, setelah lilitan terakhir ia menyuruhku untuk membuka mata.Perlahan aku buka mata yang biasa memandang indahnya dunia. Namun, setelah membukanya, aku malah menelan pil pahit. Semua berbayang, bahkan samar-samar. Untuk mengenali wajah papa saja aku tak mampu."Pah, mataku kenapa begini?" Aku bertanya sambil berteriak. Sebab, aku takut salah apakah yang berdiri di sebelahku persis itu papa atau dokter?"Nak, kamu yang sabar. Kamu pasti kuat, dokter bilang masih ada harapan dengan donor mata," ungkap papa.Papa memelukku, kemudian mengelus rambut ini."Kenapa aku tidak pernah merasakan bahagia, Pah? Baru sembuh dan bisa bicara, kini harus menerima kenyataan bahwa matak

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 48

    Aku tersadar tapi tak bisa membuka mata, sebab saat meraba ternyata mataku dibalut perban. Aku sudah berada di ruangan yang tak terlihat di mana tempatnya. Semuanya gelap, aku bahkan tak melihat satu titik pun lampu yang bersinar. Hanya suara gemericik air dan bunyi alat yang sepertinya aku kenal."Aku di mana? Kenapa gelap? Seingat aku tadi ada yang menabrak dari arah belakang, apakah aku di rumah sakit?"Tiba-tiba terdengar suara riuh yang memanggil satu sama lainnya. "Pasien sadar, pasien sadar!"Aku dengar suara riuh itu, hingga suara hentakan sepatu terdengar menghampiriku. Kemudian dadaku seperti ada yang sentuh. "Tenang ya, Bu, kami hanya ingin memeriksa," ucapnya. Aku paham sekarang, saat ini aku berada di rumah sakit. Sebab, sudah ada suara yang memeriksa. Jadi suara alat yang kudengar adalah alat-alat medis untuk mendeteksi jantung."Dok, kenapa saya tidak bisa melihat Dokter?" tanyaku padanya. "Apa karena diperban?" tambahku lagi."Nanti kita buka perban ya, Bu. Setelah sem

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 47

    "Pah, katakan apa yang terjadi dengan Syakila? Tadi tuh aku dibayangi dia terus!" Aku terus mendesaknya untuk mengatakan semua padaku."Syakila sudah sadar dan terus meminta bertemu dengan kamu," terang papa.Aku terdiam, lalu mencari tempat duduk. Tadi aku merasakan bertemu dengan Syakila. Itu artinya hanya halusinasi?"Pah, tapi tadi ....""Tadi Fika halusinasi lagi, Pak. Dia bilang bertemu dengan Syakila," serobot Haris. Aku pun menautkan kedua alis seraya tak menyukai atas tindakan Haris yang memotong pembicaraanku."Benarkah itu bukan halusinasi aku merasa seperti nyata," sanggahku.Ari memintaku untuk menekuk air putih kemudian menyuruhku untuk tenang. "Tarik napas Fika, Jangan memikirkan hal yang di luar kendali kita, jalani saja hidup ini Jangan memikirkan sesuatu yang belum kita hadapi," ungkap Ari.Aku terdiam sejenak, kemudian suara panggilan untuk keberangkatan ke Yogyakarta sudah terdengar. Akhirnya kami pun bergegas supaya cepat tiba di rumah sakit dan menemui Syakila.S

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 46

    Papa terlihat mengaktifkan speakernya. Kemudian meletakkan ponsel miliknya di atas meja."Halo, Wijaya ada apa?" Tante Siska bertanya duluan. "Tadi aku dan Danu lagi bertemu dokter, makanya nggak diangkat," tambah Tante Siska."Oh, gitu. Gimana kondisinya Syakila? Di sini Fika halusinasi terus," ungkap papa pada Tante Siska."Hm, tadi pagi juga dia cerita, tapi entah apa ini firasat dari Fika? Mungkin Syakila minta diikhlaskan gitu segala perbuatannya," celetuk Tante Siska membuat kami seketika saling bertumbuk pandangan."Maksud kamu?""Dokter bilang sudah tidak ada perubahan pada Syakila, hanya keajaiban Tuhan yang akan membantunya, tadi kami berembuk ingin mencopot alat medis, tapi Danu masih ingin keajaiban itu terjadi," ungkap Tante Siska. "Jadi gimana solusinya?" "Aku punya usul, bagaimana kalau Fika diajak ke sini. Bicara di telinga Syakila kalau ia sudah benar-benar memaafkannya," usul Tante Siska.Apa yang dikatakan olehnya ada benarnya juga. Bisa saja aku merasa tidak ten

DMCA.com Protection Status