Share

Bab 43

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2023-01-05 14:52:37

Setahun kemudian

Tirta Prasetya

Setelah setahun tinggal di New York, semalam aku kembali menginjakkan kaki di tanah kelahiranku ini. Pertemuan besar dari beberapa mitra perusahaan akan diadakan pagi ini.

Syukurlah semua masalah yang sebelummya terjadi bisa diatasi. Arief memang bisa diandalkan. Tidak salah Sera memilihnya sebagai suaminya.

Tiba-tiba terlintas di kepalaku wajah cantik itu. Yang selalu menggemaskan di saat ia sedang marah. Bagaimana kabarnya dia kini?

Pertemuan kali ini diadakan di kantorku.

Beruntung aku bisa berangkat lebih pagi agar tidak terjebak macet. Tidak sampai satu jam akhirnya aku tiba di kantor.

Ketika sampai di lobby, beberapa asisten menyambutku. Kemudian kami melangkah menuju ruanganku. Sementara para pria yang bertugas menjadi asisten dan bodiguard berjalan mengikutiku.

"Selamat pagi, Pak Tirta."

"Selamat datang kembali, Pak Tirta."

"Apa kabar Pak Tirta."

Beberapa petinggi perusahaan menyapaku. Para staf dan karyawan mengangguk hormat ketika
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Muhyati Umi
sepertinya Arief kena leukemia ya Thor?
goodnovel comment avatar
Siti Rahmawati
gak enak lah ceritanya...masa Tirta lajang dapat janda 2 kali...mana ngurus anak tiri 2 lagi...hadehhhh
goodnovel comment avatar
Marlina Manimbage
kl arif sakit pasti Sera akan pindah ke Tirta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 44

    Bagaikan magnet kedua mata kami saling menatap cukup lama. Betapa Aku tak sanggup untuk menahan rindu ini. Tanpa sadar aku langsung meraih tubuhnya, lalu mendekapnya erat. Jantungku berdegub kencang. Rasa hangat mengalir di setiap aliran darahku. Rasanya pelukan ini tak akan pernah kulepaskan. "Tirta ..!" Aku tersentak mendengar seseorang memanggilku. Buru-buru kami saling melepaskan diri. "M-maaf, maaf .... Tentunya kalian saling merindukan," ujar Arief tersenyum. Namun senyum yang dipaksakan. Kemudian suami Sera itu berbalik badan dan mendudukkan tubuhnya di atas sofa dengan menyandarkan kepalanya pada sisi atas sofa. "Silakan duduk, Pras!" Wanita cantik di hadapanku terlihat canggung. Masih kurasakan aroma parfumnya yang khas. Wangi yang kurindukan setiap saat. "Mana Giska? Aku rindu gadis itu." "Giska sekolah. Sebentar lagi juga pulang," sahut Sera. Wanita itu kemudian masuk ke dalam. Aku kembali memperhatikan Arief. Kenapa aku melihatnya semakin pucat? Pria itu kembali m

    Last Updated : 2023-01-06
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 45

    Tirta Prasetya Sera masih tampak terpukul sejak pulang dari pemakaman tadi. Aku bersyukur Giska terlihat lebih kuat dan tabah. "Sera ..., istirahatlah. Ingat kandunganmu. Jangan terus dipikrkan. Arief sudah tenang sekarang. Dia sudah tidak merasakan sakit lagi." Wajah wanitaku itu tampak sembab dan pucat. Matanya sayu. Kesedihan teramat dalam tersirat dari sorot matanya. Dia hanya mengangguk. Tatapannya kosong. Betapa hancur perasaanku melihatnya begini. Begitu besarkah cintanya pada Arief? Sera tertidur di sofa panjang ruang keluarga lantai dua ini. Aku terus menemaninya dan enggan untuk pergi. Sepertinya aku pun sempat terpejam tadi, demi mengurangi rasa letih yang mulai mendera. Namun aku tetap harus kuat. Aku harus bisa menjadi sandaran bagi Sera dan Giska saat ini.Wajah putihnya yang begitu cantik berkali-kali kupandangi. Wajah yang selalu kurindukan setiap malam. Saat ini aku bisa memandangmu sepuasnya Sera. Tapi hatiku begitu perih melihat wajah teduh itu menyimpan kese

    Last Updated : 2023-01-07
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 46

    Tirta Prasetya "Apaa? Melahirkan? Baik saya akan segera ke sana." Sebuah panggilan masuk dari salah satu security di rumah Sera mengabarkan bahwa wanita itu sudah dibawa ke rumah sakit dan akan melahirkan. Aku segera meminta sekretarisku untuk menutup rapat kali ini. Kemudian dengan setengah berlari menuju mobil yang sudah disiapkan oleh para pengawalku. "Hallo, Pak Yono. Segera jemput Giska ke sekolah dan langsung ke rumah sakit!" "Baik, Tuan!" sahut Pak Yono di seberang sana. Aku segera menutup ponselku. Rasanya ingin terbang saja agar segera tiba menemui bidadariku yang sedang berjuang melahirkan anak keduanya. Tirta prasetya, laki-laki yang belum pernah menikah, namun cinta mati pada janda beranak dua. Aku tersenyum sendiri. Cinta memang unik. Aku akan berjanji dalam hati. Akan membuat Sera dan anak-anaknya bahagia bersamaku. Aku berjalan dengan langkah cepat dari lobby menuju kamar bersalin. Mungkin orang-orang di sekitar melihatku aneh. Rasanya begitu jauh hingga sam

    Last Updated : 2023-01-09
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 47

    "Om bule, mana adek bayi Aku?" Giska merengek kembali tak sabar ingin melihat adiknya. Wajahnya cemberut namun tampak sangat menggemaskan. Ia semakin mengerucutkan mulutnya melihat aku terkekeh. "Suster, apa bayinya bisa dibawa ke sini?"Aku meminta pada perawat saat kami baru saja tiba di ruang VVIP ini. Sera hanya tersenyum menggelengkan kepalanya melihat Giska yang tak sabaran. "Ya, Pak. Sebentar lagi bayi Bu Serani akan kami antar ke sini agar segera diberi Asi." "A-apa? A-asi? Oh iy-iyaa suster,"jawabku gugup. Astaga kenapa pikiranku jadi kemana-mana mendengar ucapan suster ini? Tak berselang lama, seorang suster masuk dengan membawa box dorong bayi. Giska melompat kegirangan dan langsung menghampiri adiknya. Wajahnya nampak sangat bahagia. Mata bulat itu langsung berbinar. "Adik aku tampan. Mirip Papa Arief, Bundaaa ..." pekik Giska tertahan karena gemas. Perawat itu meraih bayi lucu itu dan memberikannya padaku. "Ini bayinya tolong segera disusui istrinya ya, Pak!" Aku

    Last Updated : 2023-01-11
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 48

    Tirta Prasetya "Siang ini Bu Serani sudah bisa pulang. Silakan diurus administrasinya ke bagian kasir, Pak!" "Baik. Terimakasih, Dokter!" sahutku mengangguk. Setelahnya Aku meminta sekretarisku untuk mengurus semuanya. Elara, sekretaris baruku itu juga sudah mempersiapkan semua perlengkapan bayi di rumah Serani. Kemarin, Aku dan Giska tanpa sepengetahuan Sera mendesain sebuah kamar di rumah itu sebagai kamar Bayi. Kamar itu tepat berada di sebelah kamar Giska yang menembus dengan kamar utama. "Semua sudah beres, Pak Tirta." Elara melaporkan dengan mengiirm pesan lewat ponsel. Aku membantu Sera berkemas. "Prass, maaf, ya! Aku sudah sangat merepotkan Kamu. Pastinya Kamu sampai meninggalkan rapat-rapat penting di kantor." Sera sudah berganti pakaian khusus pasien rumah sakit dengan pakaiannya sendiri. "Repot apa? Aku melakukannya dengan senang hati, Sera." Koper kecil milik Sera sudah aku tutup dan kunci. Sera tersenyum. Aku membantu wanita itu turun dari ranjang dan duduk di Sofa

    Last Updated : 2023-01-13
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 49

    Serani "Selamat siang, Bu. Ini ada titipan parcel dari Pak Tirta." Seorang wanita cantik memperkenalkan diri sebagai sektetaris Prass, pagi-pagi sudah datang membawa sekeranjang parcel buah. "Terimakasih Elara. Kenapa tidak supir saja yang mengantar. Tentunya kamu sampai meninggalkan pekerjaanmu di kantor." "Tidak apa-apa, Bu. Ini sesuai perintah Pak Tirta!"sahutnya tersenyum seraya meletakkan keranjang parcel itu di atas meja ruang tamu. "Kalau begitu Saya permisi kembali ke kantor." Elara pamit dengan mengangguk sopan padaku. Kemudian wanita dengan tubuh tinggi semampai itu memutar tubuhnya dan melangkah menuju halaman. "Terimakasih Elara!" Aku mengantar sekretaris Pras itu hingga ke teras. Mobil dan supir kantor telah menunggunya di halaman. Namun tiba-tiba mataku tertuju pada seorang pria dengan wajah sedikit menyeramkan ingin masuk ke dalam. Namun dua security yang menjaga gerbang menahannya. Salah satu Security akhirnya menghampiriku. "Bu, pria itu mau ketemu ibu. Namany

    Last Updated : 2023-01-14
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 50

    "Praass ...!" Sontak Aku berdiri. Aku merasa lega melihat Pras tiba-tiba sudah muncul di dekat gerbang dan melangkah menghampiriku. Eh Tapi, dia bilang apa tadi? Calon istri? "Kamu nggak apa-apa, Sayang?" Prass tiba-tiba sudah ada di depanku. Kedua tangannya membingkai wajahku. Sungguh aku terkejut dan tidak siap dengan sikapnya ini. Ah, Mungkin saja Prass hanya pura-pura di depan Agung. Agar mantan suamiku itu mengira aku dan Prass ada hubungan spesial. Ah, Pras ada-ada aja. Namun sikapnya ini sukses membuatku berdebar-debar. "Ya, Prass. Aku nggak apa-apa." Agung memang tampak tak suka. Pria itu membuang muka dengan wajah kesal. "Sera, mana Giska? Dia anakku, Aku berhak bertemu dengannya," ketusnya tanpa menoleh padaku. "Kamu mau apa sama Giska? Mau culik dia lagi?" Pras berkacak pinggang berdiri tak jauh dari Agung. Tubuh Pras yang menjulang tinggi dengan postur tegap dan kekar, membuat Agung tampak lebih kecil dan pendek.. "Kamu nggak usah fitnah dan jangan ikut campur! !

    Last Updated : 2023-01-16
  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 51

    "Selamat datang kembali Bu Serani!" "Selamat pagi Bu Serani!" Aku mengangguk seraya tersenyum. Hampir seluruh karyawan menyapaku. Mulai hari ini aku terjun kembali ke perusahaanku PT.Gunawan corp. Sementara bisnis dan perusahaan Arief Aku percayakan pada Prasetya. Usia Pangeran sudah masuk dua bulan. Stok Asi sudah aku siapkan di lemari pendingin untuk persiapan selama aku tidak di rumah. Seperti pesan Pras, jagoannya jangan sampai kekurangan Asi. Pria itu rutin mengunjungi kami. Dalam seminggu, Pras bisa sampai tiga kali datang. Apalgi hari sabtu dan minggu, pria itu bisa betah seharian bermain dengan Giska dan Pangeran. "Pagi Bu Sera. Mari Saya antar ke ruangan Ibu yang baru!" Keanu menghampiriku saat aku baru tiba di lantai dasar kantor.Aku mengangguk. Lalu berjalan bersisian dengan Keanu. Pria muda dengan tubuh tinggi di atas rata-rata itu telah mendampingi Arief selama bertahun-tahun. Asisten pribadi Arief itu sangat bisa diandalkan. Sejak Arief sakit dan Aku hamil hingga ha

    Last Updated : 2023-01-17

Latest chapter

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 254

    Wajah Arnold dan Elena menegang melihat sang dokter berdiri di ambang pintu. "Bagaimana, Dok?" Elena pun tak sabar mendengar kondisi Ida dan bayinya. "Selamat, Pak. Anak Bapak perempuan dan sehat," ujar dokter wanita itu hingga Arnold dan Elena bernapas lega untuk sesaat. Namun wajah sepasang suami istri itu masih cemas karena belum mendengar bagaimana kondisi Ida. "Bagaimana kondisi ibunya, Dok?" tanya Arnold gemetar. "Bapak suaminya?" Sang dokter memandang intens pada Arnold. "Iy-iyyaa, Dok." Arnold tergagap merasa bersalah karena tidak pernah menemani Ida periksa ke rumah sakit. "Pak, kondisi Bu Ida saat ini ... kritis. Pendarahannya masih berusaha kita hentikan. Mohon bantu doa!" Arnold terhenyak setelah mendengar ucapan dokter. Ia tidak bisa bicara apapun hingga dokter itu berbalik meninggalkan dia dan Elena di ruang tunggu. "Ya Tuhan, suami macam apa aku ini. Elena ... Elena ... Ida kritis. Aku harus bagaimana?" Arnold mengguncang-guncangkan tubuh Elena. Ia tampak frus

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab. 253

    "Ida, kamu baik-baik saja, kan? Apa Arnold mengurusmu dengan baik?" Tanya Elena panik ketika Ida menghubunginya. Suara Ida terdengar serak dan parau hingga Elena merasa khawatir. "Kak, kapan kak Elena kembali ke Indonesia? Aku ingin Kak Elena ada di sini saat aku melahirkan." "Loh, memangnya Arnold kemana? Apa dia masih nggak peduli sama kamu?" Elena makin cemas. Selama ini ia memang jarang sekali menerima panggilan dari Arnold, kecuali ada masalah kantor yang harus mereka bicarakan. "Bang Arnold ... katanya sangat sibuk dengan pekerjaannya, Kak." Elena menghela napas kasar. Dari suara Ida yang ia dengar, ia mendugaa adik madunya itu sedang dalam masalah. Tapi sepertinya wanita yang sedang hamil tua itu masih menutupinya. "Baiklah, Ida. Aku akan selesaikan pekerjaanku di sini. Aku usahakan secepatnya kembali sebelum kamu melahirkan. Kamu dan bayimu harus sehat, oke?" "Terima kasih, Kak. Terima kasih!" Setelah menutup panggilan dari Ida, Elena mengirim pesan pada Arnold agar su

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 252

    Serani kembali memekik saat tiba-tiba saja tubuhnya telah melayang karana diangkat oleh Pras. Kedua tangan kokoh suaminya itu menggendongnya ala bridal menuju sebuah ranjang berukuran sangat luas. Ranjang cantik itu dikelilingi kelambu tipis namun indah, serta taburan kelopak bunga mawar yang mengeluarkan aroma harum semerbak pada kamar itu. "Dokter bilang, kita sudah boleh ..., ehm jadi ... boleh, kan?" Pras membaringkan tubuh Serani perlahan di atas pembaringan yang begitu mewah dan nyaman. Sera tersenyum dengan wajah bersemu kemerahan saat pras sudah berada di atasnya. Wajah pria itu begitu dekat dengannya. "Aku juga rindu, Pras!" Wanita cantik itu mengalungkan kedua tangannya pada leher Pras, hingga pria itu tak lagi bisa menunggu. Ia pun mulai memberikan kecupan demi kecupan pada wajah Serani. Hingga kecupan itu berlanjut menjadi lumatan dan sesapan pada bibir Sera yang telah membuatnya candu. Entah siapa yang memulainya lebih dulu, beberapa menit kemudian keduanya telah mele

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 251

    "Sayang, sudah bangun?" Pras membelai wajah Sera. Istrinya itu mengerjap karena baru saja terjaga dari tidurnya. Sera memiringkan tubuhnya menghadap pada Pras. "Sudah pukul berapa, Pras?" "Pukul enam pagi. Kita jadi ke kantor, kan hari ini? Sera pun bangkit. "Tentu, Pras. Kamu juga mulai ke kantor, kan?" "Ya, Sayang. Oh ya, bagaiman stok ASI baby Raja? Apa sudah cukup?" "Lebih dari cukup," sahut Sera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Diam-diam Pras menyusul Sera ke kamar mandi yang ternyata memang tidak dikunci. Sera sepertinya lupa, karena sejak setelah melahirkan Raja, Sera selalu tak lupa mengunci pintu. "Praaass ...!" Sera memekik melihat Pras sudah berdiri di belakangnya, sementara ia baru saja melepaskan seluruh pakaiannya. Jantung Pras berdebar melihat tubuh polos istrinya yang hampir dua bulan tidak ia sentuh. Pagi ini Pras memberanikan diri mendekati Sera setelah sore kemarin dokter mengatakan bahwa Sera telah pulih. Istrinya itu juga telah melewati mas

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 250

    "Abang, kita pulang sekarang?" Ida duduk di atas brankar. Jarum infus di tangannya baru saja dilepas. Wajah wanita itu masih terlihat pucat. "Sebentar!" Jawaban singkat dan tanpa menoleh dari Arnold lagi-lagi membuat Ida harus menarik napas panjang, guna menghalau rasa nyeri yang terus menderanya. Sejak kepergian Elena tadi, Ida melihat Arnold bolak balik mencoba menghubungi seseorang lewat ponselnya. Ia menduga. Arnold mencoba menghubungi Elena tapi wanita itu tidak mengangkatnya. Ida hanya diam menunggu Arnold yang masih mondar-mandir di depannya. Tiur yang berjanji akan datang lagi ternyata tidak jadi kembali. "Ya sudah, ayo kita pulang. Kamu bisa jalan, kan?" Arnold hanya memandangi Ida yang sedang berusaha turun dari brankar dengan tubuh yang lemah. "Permisi, Bu Ida pakai kursi roda ini saja. Tubuhnya masih sangat lemah." Seorang petugas UGD menyodorkan sebuah kursi roda. Ida yang sudah berdiri di tepi brankar perlahan duduk di kursi roda itu. Lalu petugas itu mendorong kurs

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 249

    "Ya, Sekali lagi selamat atas kehamilan istri Bapak. Sore ini pasien boleh pulang setelah hasil observasi bagus." Arnold hanya mengangguk mendengar penjelasan dokter. Ia masih terdiam hingga dokter yang memeriksa Ida kembali ke ruangannya. Apa yang barusan ia dengar sungguh diluar dugaannya. "B-baang. Apa Abang tidak suka aku hamil?" tanya Ida dengan suara parau. Dadanya sesak karena tidak menemukan sedikitpun kebahagian di wajah Arnold setelah mendengar kehamilannya. Ia justru melihat Arnold bingung dan terkejut. Ida mencoba menekan rasa sedih dan kecewa yang ia rasakan. "Apa karena bukan Kak Elena yang hamil?" tanya Ida lagi. Kali ini ia berusaha lebih kuat untuk mendengar jawaban dari Arnold. "Sudahlah, jangan pikir macam-macam. Mamak dan bapak pasti senang. Aku ke depan dulu." Arnol pun meninggalkan Ida menuju ruang tunggu yang berada di depan UGD. "Hanya mamak dan bapak yang senang. Bang Arnold tidak." Ida menekan dadanya yang terasa penuh sesak. Berusaha agar air matanya tid

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab. 248

    Diego memeluk Corri dengan erat. Hatinya sungguh lega. Trauma yang berbeda diantara keduanya kini telah berhasil mereka kalahkan. Demikian juga dengan Corri. Sejak ia rutin ke psikiater secara diam-diam sebulan setelah menikah dengan Diego, perlahan trauma masa lalu yang ia rasakan hilang. Wanita cantik dengan rambut kemerahan itu mulai bisa melupakan masa lalunya yang menyakitkan setelah beberapa bulan melakukan pengobatan. Namun ia enggan untuk berterus terang pada Diego. Ia pun merasa gengsi jika ingin memulai lebih dulu atau pun meminta Diego tidak lagi meninggalkannya di ranjang. "Mau kemana, Sayang?" Corri mencengkeram erat lengan kokoh suaminya ketika suatu malam mereka sedang saling bercumbu. Namun Diego tetap bangkit dan meninggalkannya. "Maaf, Corri. A-aku tidak bisaaa ..." Corri tersentak menerima penolakan dari Suaminya. Entah kenapa Diego terus memilih menuntaskan hasratnya di kamar mandi. "Apa aku harus terus terang bahwa aku sudah sembuh? Bukankah seharusnya dia

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 247

    "Kenapa buru-buru sekali, Bang? Bukannya abang akan tiga hari di rumah ini?" Ida sejak tadi memperhatikan Arnold yang makan terburu-buru. Suaminya itu tak ada bicara lagi setelah keluar dari kamar. Kata-kata mesra atau perlakuan manis yang seharusnya ada pada pasangan pengantin baru, sama sekali tidak dirasakan oleh Ida. Bahkan Arnold seolah telah melupakan kejadian semalam. Arnold tidak menjawab. Ia hanya mengangkat kepalanya sesaat menoleh pada Ida yang duduk di depannya. Beberapa menit kemudian pria itu bangkit dan meraih kunci mobil di meja. "Aku pergi. Tak usah menungguku!" Tanpa menunggu jawaban dari Ida, Arnold terus melangkah terburu-buru menuju mobilnya.Ia hanya melirik sekilas pada Ida yang sedang menatap kepergiannya dengan wajah tak terbaca. Namun Arnold tak peduli. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah Elena. Ia merasa bersalah dengan istri pertamanya itu. "Elena, maafkan aku. Ya Tuhan. Apa yang aku lakukan semalam? Bagaimana jika Ida benar-benar hamil? Aku akan

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab. 246

    Ida masih terisak dengan posisi memunggungi Arnold. Wanita itu masih terbaring menahan rasa sakit. Bukan hanya sakit fisiknya. Namun hatinya pun sakit. Tanpa sadar Arnold menyebut nama Elena di akhir aktifitas panasnya. Hal itu menjadikan sakit Ida terasa hingga berlipat-lipat. Arnold langsung tertidur kelelahan di samping Ida. Pria itu merasa lega karena hasratnya sejak pagi tadi akhirnya tersalurkan. Walau sebenarnya Elena yang ia inginkan, namun Ida tetap halal untuknya. Setelah lelah menangis, Ida pun mencoba bangkit hendak membersihkan diri. Perlahan ia duduk di tepi ranjang, meraih pakaiannya, lalu memakainya kembali. Ia teringat permintaan ibu mertuanya tadi pagi. Dewi menghubunginya dan bicara lewat ponsel. "Ida, kamu harus hamil secepatnya! Kami tau Arnold belum menyentuhmu. Kamu harus bisa buat dia menidurimu,!" Ucapan Dewi ditelepon siang tadi mengejutkan Ida. "Mamak ... tahu dari mana ... kalau aku belum di ... sen ... tuh?" tanya Ida terbata. "Kami ini sudah tua.

DMCA.com Protection Status