Home / Rumah Tangga / Fitnah Ibu Mertua / 07 || Semakin laris

Share

07 || Semakin laris

Author: Said
last update Last Updated: 2023-11-08 12:11:44

07 || Semakin laris

Sudah ada seminggu aku berjualan di depan rumah bersama mas Adam, pembeli semakin ramai. Sate yang kami jual habis total sebelum pukul delapan malam. Pembeli juga datang dari gang-gang yang lain, hingga membuat gang tempat tinggal ku menjadi ramai.

Sepaket skincare yang aku pesan sama Nada sudah sampai lima hari yang lalu, aku memakainya secara rutin. Kini kulihat wajahku yang cantik, bersih dan mampu membuat mas Adam makin cinta, hehehe.

Mungkin nanti malam aku bakalan menghubungi Nada, kalau aku siap untuk jadi seller skincare. Sore ini, aku dan mas Adam bakalan mencoba menu baru, bakwan siram kacang, ide yang sudah biasa, hanya saja kali ini kamu buat sedikit spesial.

Mas Adam mendatangiku, tangannya melingkar di pinggangku, lalu ia berbisik, "kamu semakin cantik, Sayang. Mas terbuai dengan cintamu." Aku geli mendengarnya.

"Mas harap setelah kamu berhasil mendapatkan apa yang kamu inginkan, kamu tidak meninggalkan Mas," lanjut mas Adam yang membuat aku mematung seketika.

Aku menatap lamat netra indah itu, tampak keseriusan. Aku sentuh dagunya, lalu mendekapkan wajahku, satu kecupan mendarat indah di bibirnya.

"Ayah sama Bunda ngapain?"

Deg

Jangan tanya lagi, wajahku sudah seperti kepiting rebus. Malu? Salah tingkah? Iya, lupa kalau Raka masih ada di rumah. Aku menepuk keningku.

"Jagoan Ayah, katanya mau main bola sama ayah, kan? Ayo!" Ajak mas Adam sembari berjalan, Raka mengikuti dari belakang, sudah seperti induk ayam dan anaknya.

Tepat pukul lima sore, saat Raka sudah mas Adam antarkan ke pengajian. Aku mulai berjualan, seperti biasa ditemani sama mas Adam. Suamiku itu sangat cekatan membersihan meja dan kursi, lalu ia membantuku untuk menggoreng bakwan.

"Eh, jual bakwan, Mbak? Kayaknya enak tu, boleh deng itu lima sama sate tiga porsi." Ayu datang dengan dua anaknya.

"Pakai bumbu kacang 'kan, Yu?" tanyaku.

"Bumbu kacang?"

"Iya Yu, ini menu baru Mbak buat, bakwan siram kacang," jelasku.

"Pakai bumbu kacang? Boleh lah deh, Mbak. Ntar bakwanya dipotong kecil-kecilnya."

Satu pelanggan sudah datang, dan semoga bentar lagi datang lebih banyak. Saat aku meletakkan pesanan Ayu, dia mencegahku.

"Mbak tunggu dulu, aku mau nanya. Mbak pakai apa biar mukanya cantik gitu?" Eh, ada juga yang sadar dengan perubahanku. Aku senang bukan main.

"Pakai Skincare yang lagi viral itu loh, Yu. Masa kamu enggak tau," jawabku.

"Enggak tau aku, Mbak. Mbak ada rencana jual skincare itu nggak? Kalau ada aku mau beli juga, biar suamiku makin lengket, kayak suami Mbak."

Alhamdulillah, belum saja memulai sudah ada yang ingin beli. "Insyaallah beberapa hari ke depan aku bakalan jualan skincare itu, aku bakalan jadi seller di wilayah sini."

°°°

Malam sudah hadir dengan ketenangan, aku sudah bilang sama Nada, dan aku sudah resmi jadi seller. Satu persatu keinginanku mulai terkabulkan lewat usaha dan doa yang aku panjatkan.

Mas Adam baru saja pulang, wajahnya masam. "Mas ada apa? Kalau ada masalah cerita lah," ucapku. Ia masih diam, membisu dengan pikirannya sendiri.

Greb

Dia memelukku dengan erat, tangis aku dengar. Kuelus punggung belakangnya dengan lembut. "Nangis lah sepuasnya, Mas," ucapku pelan.

Mas Adam menangis cukup lama, aku membiarkannya agar ia merasa lega. Laki-laki boleh kok menangis, karena itu fitrah semua manusia. Kalau menangis karena lemah, lebih lemah mereka yang menahannya, tak mau mengeluarkan. Menangis mampu membuat siapa saja lebih tenang, membuat lebih damai dan tentram. Setiap air mata yang mengalir, beban yang dipingkul lenyap secara perlahan.

"Maafkan Mas yang udah menutupi semua ini, Dek." Mas Adam menunduk, ia enggan menatap wajahku.

"Berbicaralah seperti sosok laki-laki yang aku kenal, Mas. Angkat wajahmu, bicara semuanya. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama."

Mas Adam mengangguk, wajahnya kini tampak lebih baik dari pada tadi. "Sebenarnya Mas enggak di PHK Dek, Mas dipecat, semuanya karena ada sangkut paut sama Mas Ronal." Kali ini aku terdiam, membisu.

"Perusahaan tempat Mas kerja terjadi penggelapan uang dengan nominal tiga ratus juta. Yang melakukannya Mas Ronal, bukan Mas. Tapi dia sangat brengsek, dia melakukannya dengan matang, uang itu awalnya dikirim ke rekening Mas, baru ke rekeningnya.

Mas yang merasa dijebak berusaha membela diri, namun hasutan Mas Ronal membuat semuanya gelap mata. Mas langsung dipecat tanpa hormat. Maafkan Mas yang selama ini sudah berbohong, Dek."

Sedih? Kecewa? Dua kata itu tak merujuk pada diriku. Aku marah, aku kesal sama Mas Ronal. Kenapa pria bajingan itu melakukan hal sebodoh itu, dan menjadikan adiknya sebagai kambing hitam, bedebah.

"Tadi pas Mas sholat di masjid, ada teman Mas yang satu perusahaan dulu. Dia mencaci Mas," ungkap mas Adam, ia juga menghela napas pelan.

Astagfirullah. Baru saja aku merasa bahagia karena sudah terlepas dari ibu mertua, dan ipar yang kejam itu. Tapi kini malah tabir yang tertutup, tersingkap dan menunjukkan kebenaran. Lihat saja pembalasanku, tunggu saja.

"Mas, lupakan apa yang terjadi. Semuanya ada hikmahnya, tapi ada satu hal yang tak bisa aku terima. Kenapa Mas Ronal sangat tega sama kamu? Kenapa Mas?!" Tanpa sadar suaraku meninggi.

"Biar ini jadi urusanku, Mas. Aku bakalan mengacak-acak hidupnya!"

To be continue ....

Related chapters

  • Fitnah Ibu Mertua   Bab 8 || Terasa sepi

    Bab 8 || Terasa sepiPOV AdamSudah dua bulan, semenjak kejadian itu. Kala Nisa pergi dari rumah, keadaan sungguh senyap. Biasanya di pagi hari ia bakalan sibuk di dapur, menyiapkan makanan untuk semua penghuni. Kala kami makan bersama, batang hidungnya sama sekali tak nampak.Wanita berhati lembut itu bakalan mengurus Aqila, anak yang dicap anak haram oleh ibu. Demi Allah, anak itu ada setelah kami menjalani biduk rumah tangga dua bulan. Tapi yang sungguh mengejutkan, fakta sebenarnya terungkap. Siapa anak haram itu.Setiap malam juga aku susah tidur, aku dihantui dengan suara Aqila saat bermain. Tawanya juga membuat aku menangis, aku kasihan, tapi keegoisan lebih besar.Sampai Sekarang kepalaku seakan mau pecah, bingung. Aku juga merasakan kehilangan, berbagai cara aku mencari cara untuk melenyapkan rasa aneh itu, selalu aja ada celah untuk ia masuk. Kala malam, tubuhku sudah kehabisan tenaga, rasa kehilangan hadir bagaikan malapetaka. "Bu, kenapa ngak sarapan?" tanyaku setelah mem

    Last Updated : 2023-12-01
  • Fitnah Ibu Mertua   01 || Pembelaan dari suami

    01 || Pembelaan dari suami“Mas, aku beneran nggak melakukan itu. Aku berani sumpah,” ucapku dengan parau, kala mas Adam masuk ke dalam kamar.Mas Adam tidak banyak bicara, ia berjalan pelan ke arahku. Tatapannya yang datar membuat aku merasa takut, perasaan aneh mulai membuat aku berpikir buruk. Nggak mungkin ‘kan mas 'Adam melakukan hal kasar padaku?GrebAku terdiam, tubuhku dipeluk erat sama mas Adam. Tangannya bergerak mengelus kepalaku dengan lembut. “Maafkan Mas yang belum bisa menjaga kamu, Dek,” tutur mas Adam yang membuat aku terbelalak kaget.“Jangan menyalahkan diri kamu, Mas.” Aku membiarkan pria yang berstatus suamiku ini memeluk dengan erat. Aku merasakan detak jantungnya, berdetak lebih cepat. Bahuku mulai terasa basah, mas Adam menangis ….“Berhentilah menangis, Mas.” Mas Adam membalas dengan gelengan kapala.“Mas sudah gagal jadi suami kamu,” ucapnya pelan. “Bukan hanya itu, Mas gagal menjadi ayah yang baik untuk Raka,” lanjut mas Adam.“Kamu nggak gagal, Mas. Kamu ud

    Last Updated : 2023-09-18
  • Fitnah Ibu Mertua   02 || Unek-unek

    02 || Unek-unekAku memejamkan mata kala tangan Mbak Sri bergerak ingin menamparku. Satu detik, dua detik, tiga detik. Aku tak merasakan apa pun. “Jangan sesekali kamu menyentuh istriku kalau kamu ingin terus hidup, Mbak.”Eh, suara itu tidak asing. Saat aku membuka mata, pemandangan pertama Kali Aku lihat adalah mas Adam. Kulihat tangan mas Adam menahan pergerakan Mbak Sri. “Lepaskan 'kan aku, brengsek!” umpatnya.Mas Adam malah menguatkan tenaganya, sampai aku dapat melihat pergelangan tangan mbak Sri memerah. Aku menelan saliva, ini benar-benar di luar perkiraan ku, aku juga lupa kalau waktu subuh sudah selesai.“Jangan kurang ajar kamu, Adam.” Bogem mentah hampir saja mendarat di pipi mas Adam. BugAku melongo, mas Adam malah menumbuk perut mas Ronal dengan keras. “Sudah aku bilang tadi malam bukan? Siapa saja yang mengusik keluarga kecilku, akan kuhajar, walaupun itu keluargaku sendiri!” ucap mas Adam dengan suara tinggi.“Heh, apa-apaan kamu ini Adam!” pekik Ibu mertua dengan m

    Last Updated : 2023-09-18
  • Fitnah Ibu Mertua   03 || Merasa bersalah

    03 || Merasa bersalahPOV AdamDemi Allah, aku nggak bermaksud meminta uang itu kembali, nggak sama sekali terbesit di hatiku. Aku ikhlas memberikan semuanya, apapun untuk keluargaku, asal Mama sama Mas senang. Tapi entah kenapa, mulut ini dengan mudah mengeluarkan kata-kata itu.Maafkan aku, Ma .... Sepanjang hari aku berpikiran itu terus, hatiku gelisah dan di mana aku melangkah, aku merasa was-was. Ucapan Nisa juga mengiang di kepalaku.‘Mas, apapun yang dikatakan Ibu patuhi lah. Dia Ibu kamu, surga ada di telapak kakinya, dia sumber ridho Allah untukmu. Kalau Ibumu tidak ridho padamu Mas, yakinlah kalau Allah enggak ridho juga sama kamu. Jangan pernah menyela ucapannya, Mas.’‘Berbaktilah pada Ibumu Mas, Kalau sudah nggak ada, baru menyesal. Walaupun aku hidup dalam keadaan yatim piatu, aku paham semuanya. Andai Ibu sama Ayahku masih ada Mas, aku akan berbakti pada mereka.’Aku semakin kalut, rasa bersalah semakin mengukung jiwaku. Hingga kini, malam telah menyambut, bulan semakin

    Last Updated : 2023-09-18
  • Fitnah Ibu Mertua   04 || Angkat kaki

    04 || Angkat kakiAku menatap tak percaya. Jam yang menunjukkan pukul setengah empat, membuat aku sujud syukur. Uang baru saja aku terima dari kampung dengan jumlah yang fantastis. Satu milyar baru saja masuk kerekeningku, hasil penjualan beberapa hektar tanah di kampung, membuat aku seketika menjadi jutawan dalam semalam. Sebenarnya sudah lama aku menjualnya, tapi tidak ada yang menawar dengan harga sefantastis ini. Aku berulang kali mengucapkan syukur, mungkin dengan uang ini aku bisa pergi dari rumah ini, dan memulai usaha baru bersama mas Adam.Aku juga tak rela, kalau setiap hari mas Adam dihina sama keluarganya karena tak kunjung dapat kerja. Apa lagi ibu mertua yang selalu menyindir mas Adam dengan berbagai dalih, kadang dari uang listrik, bahan dapur, dan banyak lagi lah. Mungkin pas sarapan saja aku bilang sama mas Adam nanti.Tok .... Tok .... Tok ....“NISA KELUAR KAMU! DASAR MENANTU KURANG AJAR!”Aku yang terduduk, langsung berdiri. Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantun

    Last Updated : 2023-09-18
  • Fitnah Ibu Mertua   Bab 5 || Menceritakan semuanya

    05 || Awal kisahPOV AuthorPagi-pagi sekali, saat matahari masih tidak menampakkan dirinya. Adam, Nisa dan Raka, mereka bertiga harus angkat kaki dari rumah itu. Pantang bagi Adam mengemis belas kasihan, walaupun itu sama ibunya sendiri.Adam menatap jalanan yang masih gelap, ia pusing tujuh keliling. Uang tidak ada di tangannya, karena ia belum berkerja. “Maafkan Mas, Sayang. Mas harus membawa kamu dalam kesusahan, Mas akan berusaha kembali seperti dulu,” ucap Adam seraya menggenggam jemari istrinya. “Mas merasa semakin gagal.”Nisa diam, dan tidak menanggapi ucapan suaminya. Dia merasa senang dan juga sedih, senang berhasil keluar dari rumah bak neraka itu, dan sedih karena terusir secara tak terhormat. “Mas, kita cari ATM terdekat yuk,” ajak Nisa.Adam hanya mengangguk, dan ikut berjalan dari belakang. Adam kualahan, ia lelah batin. Ingin sekali ia menjerit dan mengeluarkan semua unek-unek dalam dirinya. Ia butuh pelampiasan, namun ia tak mendapatkan itu.Yang sekarang bisa ia lak

    Last Updated : 2023-09-18
  • Fitnah Ibu Mertua   06 || Usaha bersama

    06 || Usaha bersamaAzan subuh berkumandang dengan indah, dengan mata berat aku terbangun. Tubuhku terasa remuk, kutatap jam lamat-lamat, pukul lima subuh. Buru-buru aku bangunkan mas Adam dan Raka untuk sholat di masjid. "Anak Bunda udah cakep," ucapku setelah memakaikan baju koko putih kebanggaannya, tak lupa kopiah bewarna hitam. "Mas cakep gak?" Tiba-tiba mas Adam sudah berada di sampingku, ia mencolek hidungku. "Enggak," jawabku cepat, yang langsung kabur. Aku terkekeh kecil kala mas Adam berhasil menahan pergerakanku. Ia memberikan ciuman yang sangat lama. Inilah kebahagian.Setelah mereka pergi ke masjid, aku siap bertempur dengan alat-alat dapur. Pagi ini aku hanya menyiapkan nasi goreng ala kadar plus ayam goreng tepung kesukaan Raka. Masakan itu selesai dengan cepat, aku bawakan keruang tamu yang hanya beralaskan tikar. Aku tata sarapan pagi ini dengan indah.Setelah selesai semuanya, aku merebahkan tubuh pada ranjang yang baru ada tadi malam. Dalam hitungan detik aku suda

    Last Updated : 2023-10-13

Latest chapter

  • Fitnah Ibu Mertua   Bab 8 || Terasa sepi

    Bab 8 || Terasa sepiPOV AdamSudah dua bulan, semenjak kejadian itu. Kala Nisa pergi dari rumah, keadaan sungguh senyap. Biasanya di pagi hari ia bakalan sibuk di dapur, menyiapkan makanan untuk semua penghuni. Kala kami makan bersama, batang hidungnya sama sekali tak nampak.Wanita berhati lembut itu bakalan mengurus Aqila, anak yang dicap anak haram oleh ibu. Demi Allah, anak itu ada setelah kami menjalani biduk rumah tangga dua bulan. Tapi yang sungguh mengejutkan, fakta sebenarnya terungkap. Siapa anak haram itu.Setiap malam juga aku susah tidur, aku dihantui dengan suara Aqila saat bermain. Tawanya juga membuat aku menangis, aku kasihan, tapi keegoisan lebih besar.Sampai Sekarang kepalaku seakan mau pecah, bingung. Aku juga merasakan kehilangan, berbagai cara aku mencari cara untuk melenyapkan rasa aneh itu, selalu aja ada celah untuk ia masuk. Kala malam, tubuhku sudah kehabisan tenaga, rasa kehilangan hadir bagaikan malapetaka. "Bu, kenapa ngak sarapan?" tanyaku setelah mem

  • Fitnah Ibu Mertua   07 || Semakin laris

    07 || Semakin larisSudah ada seminggu aku berjualan di depan rumah bersama mas Adam, pembeli semakin ramai. Sate yang kami jual habis total sebelum pukul delapan malam. Pembeli juga datang dari gang-gang yang lain, hingga membuat gang tempat tinggal ku menjadi ramai.Sepaket skincare yang aku pesan sama Nada sudah sampai lima hari yang lalu, aku memakainya secara rutin. Kini kulihat wajahku yang cantik, bersih dan mampu membuat mas Adam makin cinta, hehehe.Mungkin nanti malam aku bakalan menghubungi Nada, kalau aku siap untuk jadi seller skincare. Sore ini, aku dan mas Adam bakalan mencoba menu baru, bakwan siram kacang, ide yang sudah biasa, hanya saja kali ini kamu buat sedikit spesial. Mas Adam mendatangiku, tangannya melingkar di pinggangku, lalu ia berbisik, "kamu semakin cantik, Sayang. Mas terbuai dengan cintamu." Aku geli mendengarnya."Mas harap setelah kamu berhasil mendapatkan apa yang kamu inginkan, kamu tidak meninggalkan Mas," lanjut mas Adam yang membuat aku mematung

  • Fitnah Ibu Mertua   06 || Usaha bersama

    06 || Usaha bersamaAzan subuh berkumandang dengan indah, dengan mata berat aku terbangun. Tubuhku terasa remuk, kutatap jam lamat-lamat, pukul lima subuh. Buru-buru aku bangunkan mas Adam dan Raka untuk sholat di masjid. "Anak Bunda udah cakep," ucapku setelah memakaikan baju koko putih kebanggaannya, tak lupa kopiah bewarna hitam. "Mas cakep gak?" Tiba-tiba mas Adam sudah berada di sampingku, ia mencolek hidungku. "Enggak," jawabku cepat, yang langsung kabur. Aku terkekeh kecil kala mas Adam berhasil menahan pergerakanku. Ia memberikan ciuman yang sangat lama. Inilah kebahagian.Setelah mereka pergi ke masjid, aku siap bertempur dengan alat-alat dapur. Pagi ini aku hanya menyiapkan nasi goreng ala kadar plus ayam goreng tepung kesukaan Raka. Masakan itu selesai dengan cepat, aku bawakan keruang tamu yang hanya beralaskan tikar. Aku tata sarapan pagi ini dengan indah.Setelah selesai semuanya, aku merebahkan tubuh pada ranjang yang baru ada tadi malam. Dalam hitungan detik aku suda

  • Fitnah Ibu Mertua   Bab 5 || Menceritakan semuanya

    05 || Awal kisahPOV AuthorPagi-pagi sekali, saat matahari masih tidak menampakkan dirinya. Adam, Nisa dan Raka, mereka bertiga harus angkat kaki dari rumah itu. Pantang bagi Adam mengemis belas kasihan, walaupun itu sama ibunya sendiri.Adam menatap jalanan yang masih gelap, ia pusing tujuh keliling. Uang tidak ada di tangannya, karena ia belum berkerja. “Maafkan Mas, Sayang. Mas harus membawa kamu dalam kesusahan, Mas akan berusaha kembali seperti dulu,” ucap Adam seraya menggenggam jemari istrinya. “Mas merasa semakin gagal.”Nisa diam, dan tidak menanggapi ucapan suaminya. Dia merasa senang dan juga sedih, senang berhasil keluar dari rumah bak neraka itu, dan sedih karena terusir secara tak terhormat. “Mas, kita cari ATM terdekat yuk,” ajak Nisa.Adam hanya mengangguk, dan ikut berjalan dari belakang. Adam kualahan, ia lelah batin. Ingin sekali ia menjerit dan mengeluarkan semua unek-unek dalam dirinya. Ia butuh pelampiasan, namun ia tak mendapatkan itu.Yang sekarang bisa ia lak

  • Fitnah Ibu Mertua   04 || Angkat kaki

    04 || Angkat kakiAku menatap tak percaya. Jam yang menunjukkan pukul setengah empat, membuat aku sujud syukur. Uang baru saja aku terima dari kampung dengan jumlah yang fantastis. Satu milyar baru saja masuk kerekeningku, hasil penjualan beberapa hektar tanah di kampung, membuat aku seketika menjadi jutawan dalam semalam. Sebenarnya sudah lama aku menjualnya, tapi tidak ada yang menawar dengan harga sefantastis ini. Aku berulang kali mengucapkan syukur, mungkin dengan uang ini aku bisa pergi dari rumah ini, dan memulai usaha baru bersama mas Adam.Aku juga tak rela, kalau setiap hari mas Adam dihina sama keluarganya karena tak kunjung dapat kerja. Apa lagi ibu mertua yang selalu menyindir mas Adam dengan berbagai dalih, kadang dari uang listrik, bahan dapur, dan banyak lagi lah. Mungkin pas sarapan saja aku bilang sama mas Adam nanti.Tok .... Tok .... Tok ....“NISA KELUAR KAMU! DASAR MENANTU KURANG AJAR!”Aku yang terduduk, langsung berdiri. Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantun

  • Fitnah Ibu Mertua   03 || Merasa bersalah

    03 || Merasa bersalahPOV AdamDemi Allah, aku nggak bermaksud meminta uang itu kembali, nggak sama sekali terbesit di hatiku. Aku ikhlas memberikan semuanya, apapun untuk keluargaku, asal Mama sama Mas senang. Tapi entah kenapa, mulut ini dengan mudah mengeluarkan kata-kata itu.Maafkan aku, Ma .... Sepanjang hari aku berpikiran itu terus, hatiku gelisah dan di mana aku melangkah, aku merasa was-was. Ucapan Nisa juga mengiang di kepalaku.‘Mas, apapun yang dikatakan Ibu patuhi lah. Dia Ibu kamu, surga ada di telapak kakinya, dia sumber ridho Allah untukmu. Kalau Ibumu tidak ridho padamu Mas, yakinlah kalau Allah enggak ridho juga sama kamu. Jangan pernah menyela ucapannya, Mas.’‘Berbaktilah pada Ibumu Mas, Kalau sudah nggak ada, baru menyesal. Walaupun aku hidup dalam keadaan yatim piatu, aku paham semuanya. Andai Ibu sama Ayahku masih ada Mas, aku akan berbakti pada mereka.’Aku semakin kalut, rasa bersalah semakin mengukung jiwaku. Hingga kini, malam telah menyambut, bulan semakin

  • Fitnah Ibu Mertua   02 || Unek-unek

    02 || Unek-unekAku memejamkan mata kala tangan Mbak Sri bergerak ingin menamparku. Satu detik, dua detik, tiga detik. Aku tak merasakan apa pun. “Jangan sesekali kamu menyentuh istriku kalau kamu ingin terus hidup, Mbak.”Eh, suara itu tidak asing. Saat aku membuka mata, pemandangan pertama Kali Aku lihat adalah mas Adam. Kulihat tangan mas Adam menahan pergerakan Mbak Sri. “Lepaskan 'kan aku, brengsek!” umpatnya.Mas Adam malah menguatkan tenaganya, sampai aku dapat melihat pergelangan tangan mbak Sri memerah. Aku menelan saliva, ini benar-benar di luar perkiraan ku, aku juga lupa kalau waktu subuh sudah selesai.“Jangan kurang ajar kamu, Adam.” Bogem mentah hampir saja mendarat di pipi mas Adam. BugAku melongo, mas Adam malah menumbuk perut mas Ronal dengan keras. “Sudah aku bilang tadi malam bukan? Siapa saja yang mengusik keluarga kecilku, akan kuhajar, walaupun itu keluargaku sendiri!” ucap mas Adam dengan suara tinggi.“Heh, apa-apaan kamu ini Adam!” pekik Ibu mertua dengan m

  • Fitnah Ibu Mertua   01 || Pembelaan dari suami

    01 || Pembelaan dari suami“Mas, aku beneran nggak melakukan itu. Aku berani sumpah,” ucapku dengan parau, kala mas Adam masuk ke dalam kamar.Mas Adam tidak banyak bicara, ia berjalan pelan ke arahku. Tatapannya yang datar membuat aku merasa takut, perasaan aneh mulai membuat aku berpikir buruk. Nggak mungkin ‘kan mas 'Adam melakukan hal kasar padaku?GrebAku terdiam, tubuhku dipeluk erat sama mas Adam. Tangannya bergerak mengelus kepalaku dengan lembut. “Maafkan Mas yang belum bisa menjaga kamu, Dek,” tutur mas Adam yang membuat aku terbelalak kaget.“Jangan menyalahkan diri kamu, Mas.” Aku membiarkan pria yang berstatus suamiku ini memeluk dengan erat. Aku merasakan detak jantungnya, berdetak lebih cepat. Bahuku mulai terasa basah, mas Adam menangis ….“Berhentilah menangis, Mas.” Mas Adam membalas dengan gelengan kapala.“Mas sudah gagal jadi suami kamu,” ucapnya pelan. “Bukan hanya itu, Mas gagal menjadi ayah yang baik untuk Raka,” lanjut mas Adam.“Kamu nggak gagal, Mas. Kamu ud

DMCA.com Protection Status