Share

Bab 7

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-29 13:32:39

POV Duta



Kulihat Adnan hendak menuju kamar Mamanya. 


"Adnan! Kemari, Sayang," pintaku.


"Iya, Pa. Ada apa?" jawab Adnan menghampiriku.


"Adnan tadi pergi ke mana sama, Mama?" 


"Tadi Adnan dan Mama, pergi ke taman dekat rumah, di sana, kami bertemu Om tampan, dia tampan kayak Adnan, Papa," jawab anakku polos.


Jantungku berdesir, hatiku terasa panas. Sial, beraninya kamu Nita. Pantas saja, tidak bisa kuhubungi, rupanya sedang asyik, pantas  akhir-akhir ini sifatnya berubah, ternyata ….

Brengsek kamu Nita.


Aku sudah tidak bisa lagi menahan amarahku yang sedari tadi kupendam. Kali ini Nita sudah keterlaluan, dia sampai mematikan ponselnya. Tak bisa kubiarkan. Aku menghampiri Nita di kamarnya. 

Namun, aku tahu, Nita tidak akan membuka pintu jika aku yang mengetuknya. Aku melirik Adnan.


"Adnan! Ketuk pintu kamar Mama, bilang udah selesai," ucapku mengajari.


"Baik, Pa," jawabnya. Aku mengikutinya dari belakang.


"Mama! Aku udah selesai!" Adnan memanggil Mamanya, aku tepat berada dibelakangnya. Tak berapa lama, Nita membuka pintu kamar. Namun, ketika melihatku, dia mencoba menutup pintu kembali. Sayang tanganku sudah lebih sigap menghentikannya.


"Vira! bawa Adnan!" teriakku. Tak lama Vira muncul di depanku, mengajak Adnan bersamanya. Aku menutup pintu kamar Nita, dan menguncinya dari dalam. Aku yang sudah emosi, tidak tahan lagi meluapkan semua kekesalan yang terpendam.


Kudorong tubuhnya ketembok, kujambak rambutnya yang panjang.


"Apa maksudmu melakukan ini padaku, hah?" Aku memegang wajahnya, dia hanya diam.


"Jawab Nita! Jangan diam saja!" Tanganku yang satunya lagi semakin mencengkram kuat pergelangan tangannya. Namun, dia tidak merintih sedikit pun. Atau meminta untuk dilepasakan. Aku semakin emosi, kucekik lehernya, tetapi dia masih tidak bicara.


"Kau tuli? Kau bisu? Jawab aku Nita!"

Aku melepaskan cekikan dan gengaman tanganku. Dia masih tidak berbicara.

Benar-benar  sangat menguji kesabaranku.


Kalau dia tetap membisu, bagaimana aku tau kesalahanku? Aku sengaja mengucap kata kasar untuk memakinya agar dia mau berbicara.


"Oh, pantas kamu berubah seperti ini, rupanya sudah punya selingkuhan? Dasar murahan!" Aku menghinanya, berharap itu akan menyakitkan baginya.


Kulihat pergelangan tangannya yang putih itu memerah, pipi  bekas cengakaman tanganku juga sama. Namun, matanya tegar tanpa tetesan air mata. 


Aku menyesal melakukannya. Percuma, apa yang kulakukan sia-sia, tetap tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. 


Untuk meluapkan emosiku, kupukul kencang tembok di sampingnya, hingga jariku membiru. Aku membanting pintu dengan kencang dan meninggalkannya. Rasanya percuma, sekalipun aku membunuhnya, dia akan tetap pada kebisuannya.


Setelah puas meluapkan emosi, aku duduk di ruang tamu, lalu  menghampiri putraku yang sedang berbincang dengan Mama tirinya.


Tak berselang lama, Nita keluar dari kamar dengan riasan tipis di wajahnya. Tidak sedikit pun, terpancar aura kaesedihan wajah ayunya.


"Adnan, Sayang ... ayo Nak, kita jalan," lirih Nita sedikit serak

 Namun, tanpa tetesan air mata. Dia diam seribu bahasa tanpa menoleh ke arahku. Sakit sekali rasanya diperlakukan seperti ini. Apa salahku hingga membuatnya sudi menatap bahkan untuk sekedar menyapaku?


"Iya, Ma," jawab Adnan penuh semangat dan meraih tangan Mamanya.


"Tangan Mama Kenapa?" tanya putraku. Vira terbelalak ketika melihat tangan Nita. Aku hanya diam tanpa kata. Rasa bersalah seakan mencuak dibenakku. Sepuluh tahun pernikahan, baru kali ini aku mengasarinya.


"Mama, enggak apa-apa, Sayang," ucapnya menggandeng tangan Adnan, berjalan keluar meninggalkanku.


Bayangan Om tampan yang disebut Adnan, mampu meracuni pikiranku.

Siapa dia? Ada hubungan apa dengannya.

Arrrgh ... otakku pusing. Lima bulan sudah aku kehilangan kedekatan dengan istri pertamaku. Kehilangan senyumnya, cintanya, juga jiwanya. 


Aku takut kehilangan Nita. Teringat dengan senyum terakhir dan perkataan manis, ketika meminjam ponselku, itu pun untuk menghapus semua kenangan yang ada. Tidak ada satu pun wajah ayu yang dapat kulihat. Semua terhapus sudah.


Apa sebenarnya yang telah aku lakukan hingga membuatnya seperti ini? Aku hidup bersamanya, namun seperti orang yang asing. Jangan siksa aku Nita. Kembalilah seperti wanitaku yang dulu. 


Lebih baik, aku ke rumah Damar untuk menghilangkan kepenatan. Dengan sigap, kuambil jaket dan kunci mobil. Siap meluncur. Waktu baru pukul 8 malam.


"Mau kemana, Mas?" tanya Vira.


"Aku mau ke tempat Damar, tidak usah menunggu, aku tidak pulang malam ini," jawabku sedikit kesal.


"Lalu aku?" ucapnya pelan, tapi masih dapat kudengar.


"Kamu kan sudah dewasa! Kamu tidur duluan aja, Mas gak pulang malam ini."


"Iya, Mas ...." jawabnya.


Aku  bergagas ke mobil, memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Tak peduli apa yang akan terjadi, aku terus mengebut, ingin rasanya cepat sampai ke rumah Damar.


Waktu satu jam yang biasa kutempuh dari rumah ke rumah Damar, hanya memakan waktu lima belas menit. Bisa dibayangkan bagaimana aku mengendarai mobil.


Satpam di rumah Damar membuka pagar, langsung kupacu mobil di parkiran rumahnya yang luas.


Aku menekan bel, tak lama, muncul pemilik rumah. Tanpa dipersilahkan, aku langsung masuk ke dalam dan membaringkan tubuhku di sofa empuk miliknya.


"Kenapa lagi lo?" celetuknya.


"Gue pusing, Mar. Nita makin menjadi. Bayangkan, sekarang dia udah berani keluar rumah dengan lelaki lain," ujarku penuh emosi.


"Hahahaha ... mampos lo! Makanya jadi laki pandai bersyukur! Jangan kufur!" celetuknya membuatku terasa sesak.


Benar, salah tempat, bukan dapat solusi dapat makian. Punya kawan rada sableng begini, sabar Duta ... sabar.


"Kebangetan lo ya sama teman, pantes kaga laku. Rada gila," makiku kesal. Bukan marah yang kudapat, namun jawaban gila yang terlontar.


"Gue kan mau nunggu Nita jadi janda," ucapnya diikuti tawa menggelegar.


"Sialan ... lo! Gak akan pernah gue lepasin Nita!" sahutku kesal.


"Asik ... Nita jadi jandanya Duta," ucapnya dengan tawa melebar.


"Sialan lo!"

Kulempar bantal kewajahnya. Dia hanya tertawa terbahak, membayangkan menjadi suami Nita. Tidak akan pernah Damar!


Aku lelah, tak terasa mata ini semakin berat, entah apa yang dia lakukan selanjutnya karena aku sudah berada di pulau mimpi.

Bab terkait

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 8

    POV NitaAku merapikan wajah dan rambut yang tak beraturan akibat ulah Mas Duta. Kupoles wajah dengan sedikit riasan tipis.Baru kemudian aku akan menghampiri Adnan keluar.'Duta kamu saja bisa mengingkari janjimu, lantas mengapa tidak denganku. Kalau kau saja mampu berselingkuh di belakangku, kenapa tidak dengan aku. Masih saja kamu bertanya apa maksudku.Tidakkah kamu ingat s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 9

    POV ViraMas Duta dan Mba Nita, mereka tidak ada yang pulang ke rumah satu pun. Rasanya menyebalkan aku di rumah sendirian, lama-lama rasa ketidaksukaanku pada Mba Nita semakin bertambah. Kalau dia memang tidak menyukainya, kenapa dia mengijinkan pernikahan itu terjadi. Menyebalkan!"Bi, Nani …!" panggilku sedik

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 10

    POV DutaAku mengikuti Nita, masuk ke kamar. Nita terduduk lemas penuh kemarahan. Pintu kamar segera kukunci dari dalam. Rasa marah dan emosi meyulut ke dalam hati hingga aku tak mampu lagi untuk mengontrol diri.Banyak pertanyaan aku lontarkan. Aku tidak mau tahu, aku harus mendapat jawaban.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 11

    Pov NitaAku beranjak meninggalkan Duta yang masih terdiam di kamarku. Rasanya aku sudah lega meluapkan seluruh emosiku. Tanpa sadar aku mengingatkan kedudukannya, mengungkit masalalunya. Biar, yang terpenting aku merasa lega.Hal yang sangat kubenci darinya adalah, mengabaikanku dan asik berVC yang tak seronok. Menjijikan, d

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 12

    POV DutaKacau! Kacau! Otakku kacau. Nita tidak sedang menggeretaku. Dia benar-benar melakukannya. Tuhan … aku tidak mau kehilangan istriku. Bagaimana ini? Aku sangat mencintainya. Aku tak mau kehilangan Nita. 'Maafkan aku Nita, aku khilaf.'Pikiranku kalang kabut. Aku menyesal telah menghianatinya. Namun, percuma penyesalanku tidak akan merubah segalanya. Bagaimana ini? aku tidak mau kehilangan Nita. Nita harus tetap menjadi miliku

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 13

    Nita meninggalkan Duta dalam keadaan terpuruk. Air mata hampir tumpah, tapi dia tahan. Nita kasian melihat Mas Duta, tapi ini memang sudah jadi pilihan terbaik.Nita resmi meninggalkannya. Dia sudah resmi terlepas dari suaminya. Walaupun hari terasa sakit. Namun, dia tidak mampu menerima madunya. Seberapa pun kuat dia berusaha, tapi tetap tak bisa.Dari pada menambah banyak dosa karena hubungan rumah tangga yang tak sehat, lebih baik Nita melepaskannya."Adnan maafin, Mama ya?" ucap Nita sambil mengusap wajah putranya."Jangan sedih, Ma." Adnan memeluknya erat. Mengusap air matanya yang terjatuh.'Ya Allah anakku, aku tidak pernah menyesal menikah dengan Mas Duta. Aku bersyukur karena memiliki Adnan. Tanpa ada Mas Duta, tidak mungkin terlahir seorang Adnan,' batinnya."Ma, kita mau kemana?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 14

    Pov ViraMbak Nita pergi dari rumah, tidak membawa sedikit pun hartanya. Hanya membawa anak tiriku saja. Baguslah aku juga tidak menginginkannya. Lebih baik mengurus anak kandung sendiri. Siapa yang gak seneng, sebagai wanita kedua namun mampu memiliki suami seutuhnya, ditambah Mbak Nita tidak menuntut harta apa pun. Otomatis aku yang menguasainya, memang takdir baik ada pada diriku.Belakangan ini, Mas Duta hanya mengurung diri di kamar Mbak Nita, membuatku muak atas sikapnya. Dia seperti tidak menganggap aku ada. Isi otaknya hanya Nita, Nita, dan Nita. Rasanya aku seperti tidak dihargai. Walau bagaimanapun, aku ini juga istrinya, seharusnya dia memikirkan perasaanku juga, jangan hanya sibuk dengan mantan istrinya. Menyebalkan sekali, ingin rasanya menunjukkan sikap ketidaksukaan, tapi aku tahu diri, tidak mungkin menunjukkannya sekarang. Jenuh juga melihat sikap Mas Duta yang seperti itu.Aku mencoba mengetuk kamar Mba Nit

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAb 15

    POV DutaPembalasan yang setimpal dari Nita. Aku yang mengira akan mendapat maaf justru mendapat surat perpisahan. Entah kapan Nita mengurusnya. Pantas saja dia tidak mau kusentuh, ternyata dia telah menggugatku di pengadilan.Tiba-tiba seorang pengacara datang untuk mengantarkan surat perpisahan dari pengadilan. Nita tidak menuntut apa pun, dan memiliki bukti perselingkuhan dari aplikasi whtahsap yang di sadapnya, sehingga sidang tidak terlalu rumit. Ketika Adnan di tanya, dia memilih untuk ikut dengan mamanya.Smart Nita! Diam-mu penuh teka- teki.Tidak ada lagi yang mampu untuk kuucapkan, selain menerima perpisahan ini. Aku akan berusaha menjalani hidup dengan normal, semua sudah terlanjur. Nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya pasrah menjalani kehidupan dan berusaha menerima Vira. Semoga kamu bisa bahagia dengan caramu, Nita.Perpisahan ini memang menyakitkan, sakit yang tak bisa di ungkapkan dengan sebuah kata. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07

Bab terbaru

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 33

    Beberapa tahun kemudian.Allhamdullillah aku kini sedang mengandung anak keduaku dengan suamiku tercinta, Brata Atmaja. Kini aku sudah menjadi Ibu dari tiga orang anak walaupun yang satu masih dalam kandungan. Kehidupanku sangat bahagia.Bang Adnan sekarang sedang kuliah di luar negeri, tepatnya di Amerika. Semakin dewasa Adnan semakin tampan dan sangat mirip dengan Papanya dan berlesung Pipit seperti Ibunya. Sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia untuk berlibur. Hati ini rasanya sangat rindu dan tidak sabar menyambut kedatangannya. Putraku kini sudah besar dan berhasil menyelesaikan pendidikannya.Gama dan Nanda kini mereka sudah menikah. Nanda sendiri sedang mengandung anak pertamanya. Nanda ikut Gama tinggal di Bali mengurus hotelku di sana. Hotel itu

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 32

    POV NitaAkhirnya aku bisa menikah dengan orang yang benar-benar luar biasa. Baik dan penyayang. Semoga Allah menjaga pernikahan ini, dihindari dari yang namanya godaan wanita. Walau bagaimanapun aku pernah gagal, aku tidak mau gagal untuk kedua kalinya. Rasa trauma bekas penghianatan kemaren jujur masih terngiang dan menjadi ketakutan tersendiri. Memang tidak semua laki-laki sama. Namun, tetap saja masih ada rasa trauma. Terauma jika suamiku akan diambil perempuan lain."Ma … kasian, Papa," ucap anakku."Kenapa, Sayang?" Brata melirik kearahku."Papa sekarang tinggal di tempat Nenek. Tadi Adnan nelpon Papa, terus Papa bilang kalau

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 31

    POV Vira"Mas kamu bener-bener Kelewatan," ucapku pada Mas Damar tapi dengan tawa jahat.Aku dan dia berjalan- jalan menggunakan mobil baru. Masih belum terfikir kami mau kabur ke mana, sebab kalau bandara pasti di jaga polisi. Secara Mas Duta pasti sudah melapor polisi."Biar si bodoh itu tau rasa!" Beraninya dia menyia-nyiakan kamu!" ucapnya."Tadinya aku kira kamu tidak akan mengajaku pergi. Kamu tidak pernah datang ke rumah Duta, semenjak dia menikah denganku," lirihku."Iya aku gak bisa dong liat kamu dengan orang lain! Jika kamu bahagia dengan mereka mungkin aku akan mengikhlaskan kamu. Nyatanya mereka seenaknya sendiri memperlakukan kamu." Entah ben

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 30

    Dita kembali menelponku dia bilang ada kekacauan di kantor. Aku langsung bergagas ke sana. Kunyalakan mesin mobil dan kupacu secepat mungkin. Kalau untuk mengebut aku memang ahlinya bahkan aku mampu menempuh perjalanan dari rumah ke kantor hanya dalam waktu 15 menit.Aku melihat terjadi kericuhan di sana. Para karyawan berdemo meminta gajih bulanan mereka yang belum dibayarkan. Padahal masalah gajih sudah kuserahkan semua pada Damar. Dengan kesal aku mencari keberadaan Damar. Namun, tak kusangka Dita bilang Damar telah pergi."Brengsek Damar!""Dita kamu tenangkan dulu karyawan yang lain. Bilang saya akan membayar gajih mereka.""Siap, Pak"Aku bergegas ke ruangan Damar mencari apa pun yang dapat kutemukan. Namun, nihil, tidak ada yang kudapatkan. Akan tetapi ada sepucuk surat yang diletakan di meja. Dengan cepat aku membuka amp

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 29

    "Sudah rapi?" tanyaku pada Vira. Dia terus memegangi perutnya."Serius ini mau di bawa pulang?" tanya Damar."Dokter bilang bisa dirawat di rumah, Mar. Lo tau sendiri keuangan gue lagi gimana sekarang."Makanya cari istri jangan yang malah nyusahin, sial kan kamu nikah sama pelakor ini," cetus Ibu. Entah kapan Ibu datang tidak ada kabar berita kedatangannya tiba-tiba saja Ibu muncul sepagi ini."Sudah, Bu Nengsih, ini rumah sakit tidak enak ribut-ribut," ucap Damar."Halah ini kan ruang VIP, tidak ada yang dengar," sanggah Ibu. "Udah si, cerain aja istri begini bikin sial aja."Damar hanya menggeleng kepala. Pusing juga dengar Ibu ngomong cerai tiap hari."Bagus lah, Bu. Kalau Mas Duta mau cerain saya, suatu keberuntungan untuk saya," sahut Vira kesal.

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 28

    Setelah beberapa menit kami sudah sampai di rumah sakit. Aku langsung menuju ke ruangan Vira. Sedangkan Damar mampir ke kantin untuk membeli makanan. Sesampainya di depan pintu aku mendengar anakku menangis kencang. Langsung saja aku masuk. Kok tidak ada orang? Di mana Ibu? Mungkin Ibu sedang membeli makanan. Lalu, kenapa anakku berada di kasur Ibunya bukan di tempat bayi? "Cup … cup … cup, Sayang …" Aku langsung menggendong dan mendiamkannya. Sepertinya dia pup, jadi dia menangis. "Vir … !" panggilku. "Iya, Mas. Syukur Alhamdulillah Mas Duta sudah kembali," jawabnya terseok-seok keluar dari kamar mandi dan memegangi perutnya. "Masih sakit?" "Sedikit, Mas ... mungki efek triak-triak kemaren." "Ibu kemana?"

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 27

    POV DutaPagi ini adalah pagi yang akan menentukan nasibku nanti. Mungkinkah aku dapat melawan Nita? Nita sangat mengerti tentang pariwisata dan perhotelan. Bakat marketingnya tidak bisa dipungkiri. Saat dia membantuku menjalani bisnis itu, dengan sekejap hotelku mengalami kemajuan, bahkan hingga menjadi target investor untuk ikut menanam modalnya. Sehingga aku tidak perlu lagi bekerja dengan mertuaku. Mungkinkah Nita akan merebut segalanya?"Gimana, Mar? Siap?" tanyaku pada Damar."Siap. Lo yakin akan menangin kerja sama ini?" Ada raut panik diwajah Damar."Y

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   BAB 26

    Pov NitaMa … bangun ada tamu." Adnan beberapa kali mengetuk pintu kamarku. Kulihat waktu sudah pukul 21.00.Aku mengikat rambut, dengan riasan sisa tadi siang masih menempel di wajah."Iya, Mama keluar." Aku membuka pintu kulihat Adnan sudah tidak ada, mungkin di ruang tamu.Ada lima orang sedang berkumpul di sana. Satu wanita yang wajahnya tak asing sedang hangat berbicara dengan Papa dan Adnan. Aku menghampiri mereka."Nanda, hai akhirnya kamu ke sini juga. Maaf ya, aku baru bangun tidur," ucapku lalu duduk di sebelahnya."Dengan siapa?" tanyaku."Calon suamiku," jawabnya dengan menunjuk seseorang yang duduk di depannya. Pan

  • First wife's revenge (PEMBALASAN ISTRI PERTAMA))   Bab 25

    POV Vira Baru sehari aku ditinggal dengan mertuaku ampun deh! Bawel banget. Bisa-bisa aku gila kalau seperti ini. Mbak Nita kuat banget punya mertua kayak begini. Rasanya ingin kukasih racun tikus mertua gila ini. Ya Tuhan … seharian ini kerjanya ceramah terus, sampai kupingku terasa budeg. Ingin melawan tapi percuma, tenagaku sedang lemah, luka bekas jahitan juga belum terlalu kering. Sebegitu hinanya ternyata istri kedua dimata orang, bahkan dimata mertuaku. Mas Duta kenapa tidak menyuruh suster aja untuk membantuku, kenapa harus memanggil Ibunya yang kaya macan ini? Tidak pernah terbayang dalam hidupku aku akan berhubungan dengan mertua sadis. Sepertinya kalau terus seperti ini aku tidak akan kuat dengan Mas Duta. Kesung

DMCA.com Protection Status