Prevkaya, 2013
Telingaku mantap mendengar pekikan dan di detik yang sama, sudut mataku menangkap penyebabnya, sepasang tangan nakal menampar dan meremas bokong gadis yang barusan mengerang dengan gerakan kencang bernafsu.
Secara naluriah insting ingin tahuku memerintahkan kepalaku menoleh.
Sialnya, hal pertama yang dihadiahi pada rasa ingin tahuku adalah seringai mesum sipelaku ke arahku. "Selamat pagi, sayang"
Sedang si gadis korban yang memerah malu tidak melakukan apa-apa, hanya tersenyum penuh arti kepada pelaku ketika ia tahu siapa si pelaku, tidak lain adalah si sinting mesum Kristopher Kristoff yang berjas dan bercelana flanel amat mahal. "Pagi juga Kristof"
Kristopher Kristoff begitu terkenal di jurusanku, sebab ia telah meniduri sebagian besar gadis di sana, dia kaya dan lumayan tampan, membuat gadis-gadis bergelantungan padanya seperti monyet, hanya dengan senyumnya ia membuat gadis-gadis klepek-klepek tapi tak berarti berpengaruh juga terhadapku.
"Kau sudah memikirkan malam yang tepat untuk bercinta denganku, Ella sayang?" tanya pelaku pelecehan seksual barusan dengan menggerakkan tubuh bagian bawahnya maju mundur tidak senonoh.
"Mimpi" gerutuku.
Diantara jutaan penduduk Imakurga, mengapa tuhan harus mempertemukanku dengan laki-laki pantang menyerah yang selalu mengganggu waktuku agar setuju berada di bawahnya sambil mengangkang.
"Aku selalu memimpikan mu Sayang"
Dan diantara milyaran detik waktuku yang luar biasa berharga, mengapa ia malah memilih hari ini untuk berbicara denganku.
Aku sudah cukup dipusingkan oleh ayahku yang pagi ini baru pulang dalam keadaan mabuk berat, berceloteh tentang uang, uang, dan uang, lalu dimulai lagi kutukannya tentang menjualku, dan tentu saja lagi-lagi harus bertengkar habis-habisan dengan ibuku.
Hampir semua perangkat rumah mendadak punya sayap dan melayang.
Belum lagi melerai dua adik laki-lakiku yang nakalnya minta ampun, James dan Hewitt, mereka tahu orang tua kami tengah bermain lempar tangkap barang, tapi mereka lebih mempedulikan egoisme masing-masing tentang siapa yang berhak memakai sepatu baruku.
Harusnya aku tidak menawari mereka dengan sepatu yang baru kubeli online dan ternyata kebesaran, dan aku tidak menyangka mereka bakal bertengkar memperebutkannya pagi ini. Padahal semalam dua-duanya tampak acuh tak acuh dan tidak tertarik.
Aku memutar bola mataku "Hari yang sial" gerutuku kecil, sehingga menimbulkan kerutan samar di kening Kristopher. Ia menatap menelanjangiku meski aku sudah mengunakan pakaian longgar, bahkan bisa dibilang kedodoran, menghindari mata keranjang seperti mata Kristopher contohnya.
Aku mencoba berpaling dan mengabaikannya, kembali pada tujuan awalku untuk tenggelam dalam aroma roti panggang.
Tapi Kristopher Kristoff si penjahat kelamin tidak bakal mau melepaskanku begitu saja, sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Aku tahu sebenarnya kau amat menyukaiku, hanya saja kau sok jual mahal. Berulang kali aku harus mengatakan padamu, sayang, jika kau mau jadi pacarku, jangankan tas mahal, universitas ini saja bisa kubelikan untukmu" Tawarnya begitu sombong amat luar biasa. Terlalu yakin aku bakal luluh dengan tawarannya.
Bagus, ini tahun ketujuh dia ia berhasil membuatku pusing dan mesti memutar otak untuk menghindarinya. "Kalau kau memang kaya, seharusnya kau sumbangkan saja hartamu pada kaum yang membutuhkan" kataku menyarankan.
Dia mungkin saja tuli, buta dan luar biasa tolol, jelas-jelas aku sudah menolaknya dengan tegas ribuan bahkan jutaan kali, tapi memang dasar dia sangat gigih membuatku telanjang dihadapannya.
"Tapi aku lebih suka menghabiskannya untuk membahagikanmu, Sayang. Kau sebenarnya hanya sok jual malah padaku kan? Mengaku saja" balas Kristopher masih dengan sangat percaya diri dan seringai menjijikannya.
Aku membuka mulut bakal membalas pernyataan spekulatifnya barusan.
"Kukira kau tidak bakal kekurangan pasokan selengkangan, Kris" balas sebuah suara.
Bukan suaraku.
Ketika aku menoleh ke balik bahu, ternyata suara itu berasal dari Camilla Mckena, dewi penyelamatku, yang begitu lantang mencemooh, membuat beberapa orang yang berada di daerah suara itu bisa terdengar cekikan.
"Camilla" pekikku amat bahagia, berusaha keras tidak melompat kegirangan seperti anak kecil.
Sebab aku tahu seseorang telah membunyikan gedebuh perang dengan menembak mati sang raja mesum.
"Selamat pagi juga, nona tunangan kakek reot" kata kristopher.
Tapi emang dasar Kristopher Kristoff tidak punya urat malu sama sekali.
Meski wajahnya nampak kesal, tapi jejak ekspresi mesumnya tidak mau tanggal.
"Syal yang bagus untuk musim panas nona tunangan kakek-kakek jompo. Apakah tunanganmu yang tua itu masih kuat membuat bekas noda di lehermu, atau kau terserang flu musim panas?" tanyanya dengan nada amat merendahkan "Aku rasa itu opsi kedua"
Meski kutahu ucapan Kristopher Kristoff barusan telah menyinggung bagian terdalam kemurkaan Camilla Mckena, tapi gadis berambut pirang panjang bergelombang itu tetap dalam kontrolnya, tetap tenang pantang mundur, bertolak belakang dengan diriku yang mendadak gugup dan merasakan suhu udara tiba-tiba meningkat di sekitarku.
Camilla Mckena memang sudah punya tunangan saat ia baru merangkak, seseorang pengusaha pendiam dan kaku, bertolak belakang dengannya yang begitu ekspresif.
Tunangannya baru berusia tiga puluh lima tahun, tidak setua yang dilontarkan Kris, tapi memang manusia punya pandangan aneh pada manusia lain, memaksakan kehendak mereka yang tak terima dengan pilihan orang lain yang tak sesuai dengan pemikirannya.
"Meski dia tua, dia tidak perlu mengemis-ngemis minta dijepit seorang gadis" balas Camilla menampar tempat di tempat yang seharusnya.
Kristopher tertawa pura-pura "Aku angkat tangan. Kau menang nona tunangan kakek jompo" Dewi kebaikan pasti sedang berada di dekatku, sebab Kristopher yang marah dan tahu diri dia bakal selalu kalah berhadapan dengan Camilla memilih berlalu "Dan sampai jumpa, Ella sayang. Aku menunggu panggilanmu, Bye Ella sayang" katanya sebelum meninggalkan kami menuju entahlah, aku tidak peduli.
"Kau menyelamatkanku Camy" aku langsung menghambur memeluk Camilla, begitu senang, begitu lega. Dia benar-benar datang diwaktu yang genting, menyelamatkanku setidaknya hari ini dari penjahat kelamin bersetelan rapi itu.
"Kau bisa membunuhku, Kaella" ringisnya sambil mencoba melepaskan diri dari pelukanku yang teramat kuat tanpa sadar.
"Kau berhutang cerita padaku" kataku mengaju pada syalnya ketika ia sudah berhasil melepaskan diri dan mengatur pernapasan.
Tatapan jengkel adalah hal pertama yang ia layangkan padaku, tapi aku tak peduli. Ia juga punya jejak kebahagian samar di wajahnya.
Camilla mendadak cemberut dan berjalan berusaha menjauh, dan itu membuatku makin penasaran. Terpogoh-pogoh aku mencoba mengiringi langkahnya yang lebar dan ringan.
"Ayolah Camy, kau tahu aku butuh asupan romantisme untuk menyegarkan otakku yang kacau balau. Aku tak punya cukup waktu untuk menonton film romantis, jadi kau harus menceritakan pengalaman luar biasa romantismu akhir pekan ini" rengekku.
Camilla memang tidak pernah menyetujui pertunangannya, sebab ia hampir sama dengan Kris, seorang penjelajah yang bebas. Tapi akhir-akhir ini mereka jadi sering bertemu, dan syalnya hari ini cukup menjelaskan sesuatu.
Camilla berhenti melarikan diri, melipat kedua tangannya didepan dada dan memandangku begitu serius "Tapi ada seseorang yang benar-benar berhutang cerita padaku" sindirnya dengan begitu tegas mengintimidasi.
Meniduri suami orang tentu Camilla McKena tahu aku tak bakal melakukannya, tapi entah mengapa perasaan aneh itu malah bersarang disudut hatiku.Meski beberapa waktu selintas pikiran tentang menjual diri bertumpu di benakku."Aku baik-baik saja, sungguh" kataku dengan nada riang mencoba menyakinkan "Jangan bilang kau sudah b*rcinta sepanjang akhir minggu dengan tunanganmu?""Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan. Yui bilang akhir-akhir ini kau tampak murung, Kaznov" komentar Camilla McKenna tanpa basa-basi lagi."Yui? Aku belum bertemu dengannya sepanjang minggu" kataku. Aku mendadak gugup dan gusar dibawah tatapan menuntut penjelasannya.Camilla McKenna tidak mungkin bisa membaca pikiran kotorku!Mungkinkah terlalu kentara sekali di wajahku bahwa pemiliknya membawa segunung permasalahan sehingga Camilla McKena tukang selidik bisa mendeteksi?Semoga saja tidak, aku berharap."Jangan alihkan pembicaraan lagi!
"Miss Kaznov" percakapan kami terhenti karena di interupsi oleh suara seorang laki-laki berperawakan menyeramkan, tubuhnya kokoh tinggi besar dan bersetelan rapi serba hitam. Sebuah bekas luka dalam dari pangkal telinganya hingga rahang, membuat ia makin terlihat sangar."Ya" jawabku bergidik ngeri sambil menoleh pada Camilla McKenna berharap mendapatkan jawaban, tapi hanya di balasnya dengan mengangkat bahu tanda ia sama bingungnya denganku."Bisa bicara sebentar?" lanjut laki-laki yang barusan keluar dari Audi Q7 SUV berwarna gelap, terparkir mewah dipinggir jalan tak jauh dari tempat kami berada.Mobil semahal itu setahuku hanya mampu dimiliki kakekku dari keluarga sebesar Hime dan orang-orang sekaya dirinya.Aku menoleh pada Camilla meminta pendapat yang dibalas dengan anggukan "Tentu" kataku. Aku menelan ludah, perasaanku menjadi awas dan tak karuan ketakutan. Mungkin saja dia salah satu penagih hutang ayahku.Lak
Pekerjaan yang ditawarkan Sharon Sykes terdengar cukup mudah, hanya membuktikan anak laki-lakinya masih normal sebagai laki-laki.'Astaga,sungguh tak bisa dipercaya' desahku dalam hati.Aku tidak menyangka masih ada laki-laki yang tidak memiliki hasrat terhadap wanita.Tapi itu wajar saja sih, laki-laki seperti anaknya mungkin terlalu tengelam dalam pekerjaan, terlalu cinta dengan pekerjaan dan dirinya sendiri atau alasan lain, Ia tidak tertarik pada wanita, malah sebaliknya.Wanita itu mengatakan sesuatu yang benar adanya, meskipun tidak melakukan apapun aku bisa saja membangunkan sesuatu pada seorang laki-laki.Tapi, lain perkaranya jika anak tertua wanita itu penyuka sesama, Ia pasti tidak meneteskan air liur melihatku telanjang atau menari erotis sekalipun.Kenyataan lainnya, aku tidak pernah terlibat dengan penyuka sesama, teman atau keluarga, tak satupun dari mereka yang ku kenal menyimpang.Aku langsung
Aku duduk dan menyandarkan punggungku ke kepala tempat tidur, lalu menutupi dadaku dengan selimut, ya, satu kenyataan bahwa aku masih telanjang di bawah selimut."Lewat pintu" kataku sambil berharap wajah datarnya menyingkir, tapi ternyata aku berharap pada kemustahilan. Wajahnya masih sama tenangnya sejak aku pertama kali melihatnya "Aku tidak mungkin menembus tembok, kan, atau tiba-tiba berada di rumahmu melewati lorong waktu, yang benar saja!" lanjutku."Aku bukan orang yang bisa kau ajak bercanda" balas Jay Sykes tajam dan dingin. Rahangnya yang sempurna bagai pahatan itu mengeras, sorot mata abu-abunya memandang penuh kesuraman."Aku juga tidak sedang ingin bercanda dengan Anda tuan wajah datar. Aku benar-benar masuk lewat pintu depan sana" Jelasku lagi.Aku tidak berbohong.Ia menatapku dengan tatapan kejam, berusaha keras menahan kemarahannya "Aku juga tahu, jejak sepatu kotormu itu mengotori lantai mahal dan sofa kesayanga
Aku ingin mengeluarkan suara, tapi menjadi "Hmmp" karena tertahan mulutnya yang agresif membabi buta sehingga yang terdengar hanya gumaman tak jelas bercampur desahan.Lidahnya memaksa untuk masuk, meski aku menolaknya, namun tubuhku terlalu hanyut di dalamnya.Permainan lidahnya yang handal, tangan kokoh yang dengan kuat menahan tekukku, membuatku tidak bisa berbuat apa-apa.Meski tanganku yang bebas terus memukul, mendorong, mencakar, atau melakukan apa saja agar ia menghentikan tindakan brutalnya, tak satupun usahaku membuahkan hasil.Bahkan malah membuatnya makin tertantang menaklukkan ku dalam belaian lidahnya di lidahku.Kakiku mulai kehilangan pijakan, aku merasa melayang dan tulang-tulang kehilangan fungsinya.Sekuat tenaga aku mencoba memposisikan diri agar tidak merosot kelantai dengan mencengkram lengannya ketika ciuman itu makin dalam dan intens, memberikan kesempatan padanya untuk meremas dua
"Bagaimana kau masuk ke rumahku?" tanya serius.Lagi-lagi pertanyaan itu.Aku tidak tahu harus menjawab apa, mana mungkin aku mengatakan bahwa ini semua pekerjaan rapi ibunya, mengantarkan aku kesini dengan segala peringatannya.Aku menelan makanan di mulutku dan menjawab "Soal itu, hmm, entahlah" aku melirik kesamping menghindari matanya.Ia menatap dengan tatapan kejam itu lagi, matanya menatap tepat ke mataku dengan kemarahan besar dan aku benar-benar gemetaran menelan ludah panik ketika bersirobok dengan tatapannya.Kucoba berpaling dari tatapannya, tapi tidak bisa.Kucoba berdiri dan melarikan diriku keluar dari sana, tapi aku tidak bisa juga.Matanya seolah menawan dan melumpuhkan dengan kilatan kejam membelenggu.Semakin aku mencoba melawan, semakin kusadari betapa sia-sia upayaku.Sendok dan garpu dengan kuat ku cengkram tanpa kusadari "Baiklah... Baiklah... Aku hanya turun di pember
Sesuai janjinya, Nyonya Sykes menepati membayar jika aku sudah selesai melakukan pekerjaan kotor itu, ia langsung mentransfer kerekeningku bahkan membayar lebih banyak dari kesepakatan beberapa jam setelah aku sampai di rumah."Terima kasih, Nyonya Sykes" kataku berat. Aku merasa di rugikan, tapi demi kesopanan aku tetap meminta terima kasih.Tapi setelahnya, aku terus merasa takut, entah mengapa. Ayahku di bebaskan setelah membayar semua hutang judinya, dan di kembalikan utuh karena aku membayar Im$ 50.000 dimuka."Ada apa denganmu Ella?" tanya Camilla McKenna ketika aku menemaninya berbelanja "Kau tampak sangat terganggu, bukankah masalahmu sudah terselesaikan""Ada beberapa masalah dengan toko kueku" jawabku tersenyum pahit dan berbohong jadi aku pura-pura melihat-lihat gaun yang tak mungkin kubeli."Oh, jika itu masalahnya, kau tanya saja Yui. Dia sudah terbiasa mengurus banyak masalah bisnis" Saran Camilla sambil memilih baju-baju yang t
Aku pulang sangat terlambat dengan mata sembab, merah dan bengkak, aku tidak ingin pulang sejujurnya dan tidak ingin menghadapinya semuanya.Aku ingin melarikan diri.Tapi pada akhirnya kakiku masih melangkah pulang, ke rumah, hanya ibuku yang berada di sana dan adik-adikku belum pulang dari bermain dengan teman-temannya.Soal ayahku, aku tahu ia tidak akan berada di rumah sebelum fajar terbit, bangka tua itu pasti sedang bersenang-senang di rumah bordil lagi atau kasino.Aku sudah membayar semua hutangnya, dan sekarang dia kembali kejalan lamanya. Aku tahu rentenir itu memang nyata dan ibuku tidak mau mengeluarkan uang untuk ayahku.Dan aku yang mesti harus berkorban. Sayang, pengorbananku sia-sia dan tidak ada harganya."Kau dari mana saja Kay?" tanya ibuku marah, kedua tangannya bersidekap di depan dada dan ia seperti sengaja menungguku.Untuk ukuran ibuku yang jarang berada di rumah di siang hari, aku tahu ada ha
Wanita itu, Yui Kito, hanya berdiri menonton, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, saat aku menumpahkan uang yang kubawa dengan jumlah fantastis tepat dihadapannyaSenyum aneh terbit diwajahnya "Kau pikir semua hanya tentang uang, Kaella?" tanyanya dengan santai, lalu menengguk susu dalam gelas tinggi di tangannya sedikit dan menatapku yang kesetanan dengan iba."Ambil uang ini dan jangan ganggu kehidupan kami!!! Uangmu kukembalikan dengan lunas" teriakku menunjuk-nunjuk uang yang menggunung dan berserakan dilantai penthouse baru miliknya. Aku tidak butuh tatapan kasihan darinya, aku hanya ia enyah dan pergi, meninggalkanku sendiri.Yui Sykes, Nyonya baru yang menyandang nama Sykes itu terkekeh, seolah-olah yang kukatakan hanya lelucon baginya. "Aku menganggu kehidupanmu? Apa aku salah dengar?" tanyanya dan tertawa lagi "Kalian yang lebih dahulu menganggu kehidupanku, bukan aku. Kau ingin membayar lunas? Kau pikir dengan uan
Wajah Jay Sykes berkabut asing, kekesalan, kemarahan dan kejengkelan aku melihat semua dari matanya "Dia mengandung anakku, Ella. Ku harap kau mengerti posisiku sekarang" katanya tegas dan menaikkan nada bicaranya seakan aku terlalu cerewet dan terlalu mengekangnya."Pergilah" kataku.Lihat, bahkan ia langsung pergi begitu saja tanpa penjelasan lebih, tanpa menoleh lagi kebelakang. Jiwaku merintih kesakitan berusaha keras membebaskan diri dari serangan perih disudut dadaku.Saat Jay menjauh aku ambruk kelantai. Yui Kito mengandung anak suamiku? Apa lagi yang harus aku ketahui setelah ini?Dia hamil sekarang! Dan anak itu adalah milik Jay! Dan aku masih pengantin baru dengan Jay!Kapan mereka bermain di belakangku? Kapan mereka mempermainkan aku seperti orang bodoh!Jay Sykes mengucapkan kalimat manis, perhatian dan kelembutannya, yang membuatku lupa bahwa pernikahan kami hanyalah sebuah kontrak, bahwa pernikahan kami
Aku berada di dada Jay di gazebo tepi danau belakang rumah kami dengan sekotak es krim vanilla di tangan.Minggu yang indah, pikirku.Selain hari minggu Jay tidak mungkin bisa bersantai di rumah. Karena mengurusku beberapa hari menjadi imbas akan kesibukannya yang menggunung.Nicholas Sykes benar-benar membuktikan perkataannya. Ia telah berusaha menjauhkan Yui dari Jay. Mereka telah pergi ke negara tropis untuk bulan madu yang lama. Setidaknya sudah sebulan lebih tanpa kehadiran mereka."Mau lagi?" tanyaku dengan mengangkat sendok yang sudah terisi penuh dengan es krim.Jay Sykes menyeringai kecil "Ya" aku mendengar harapan dalam nada bicaranya "Tapi, singkirkan sendok itu"Aku mengerutkan kening pura-pura tidak mengerti dengan ucapannya "Maksudmu pakai tangan?" tanyaku.Jay Sykes segera bangkit sehingga kami berdua sama-sama duduk berhadapan dengan aku di atas pangkuannya "Jangan pura-pura tidak ta
Aku menatap Goodie bag pernikahan Nicholas dan Yui yang khusus dikirim untuk tamu VIP mengunakan kotak kardus dua hari sebelum pernikahan mereka.Didalamnya terdapat undangan yang sebenarnya, satu botol ekslusif wine, voucher spa dan menginap tiga malam di Sykes Hotel dan beberapa produk kecantikan lainnya.Temanku yang penuh dendam itu memang sengaja mengunjungiku hari itu. Aku ingin berbicara dengannya, ingin meluruskan segala hal yang terjadi diantara kami. Aku ingin mengatakan bahwa bukan salah keluarganya perkebunan teh utara keluarga Kito, tapi entah mengapa aku tidak bisa mengatakannya, bukankah dia harus melepaskan kami karena dia sudah mendapatkannya kembali. Tapi disisi lain aku takut banyak hal bakal berubah setelah aku berbicara dengannya.Aku telah berpikir keras selama dua hari, takut menyakiti diriku sendiri jika menghadiri pesta pernikahan mereka. Jika aku tidak hadir, Jay Sykes bakalan menanggung malu karena salah satu menantu Sykes
"Kau masih terlalu cepat seratus tahun untuk menantangku" dengus ibuku dengan tawa kecil. Seolah-olah dialah pemenang diantara mereka."Jangan terlalu cepat bahagia, Anyane. Sebentar lagi aku bakal menjadi bagian dari keluarga Sykes, kau tahu apa artinya itu? Ah, kau sangat mengerti akan hal itukan? Itu sebabnya kau mencoba berbagai cara kotor, memutar otak untuk menikahkan putrimu dengan keluarga Sykes. Mendekati Sharon dan mengungkapkan hubungan kami. Kau pikir jika aku tidak ingin anakmu menikah, Apa kah kau masih memiliki kesempatan untuk menjadi besanan keluarga Sykes? Kau bahkan tidak tahu siapa diantara Jay dan Nicholas lebih baik, siapa yang lebih berkuasa di dalam keluarga Sykes. Sudahlah, aku masih punya urusan penting untuk pernikahanku. Sampai berjumpa di neraka Anyane" balas Yui Kito. Aku belum pernah mendengar Yui berbicara dengan nada penuh penekanan dan kebencian.Sebab ibuku menikahkan dengan keluarga Sykes? Semuanya tidak hanya tentang proyek Pr
"Nona Kito, Aku ikut bahagia dengan pernikahanmu" komentar Aime yang baru saja datang dari arah belakang Yui, langsung memeluk wanita itu seperti sangat merindukan kehadirannya.Yui balas memeluk Aime dan mulai mengomel seperti yang sering ia lakukan kepada semua orang "Aime, berapa kali aku harus mengatakan padamu, panggil aku Yui. Kau itu sudah seperti keluargaku, hilangkan kesopanan yang memisahkan kita itu. Ah, ini, aku juga punya undangan untukmu" katanya menyerahkan undangan yang sama denganku."Tapi saya tidak pantas berada di sana, Nona Kito. Ah, Nyonya Sykes" kata Aime malu-malu. Wanita itu selalu kaku padaku dan menjadi begitu ekspresif pada Yui. Apakah kesalahan memang ada padaku? Mengapa semua orang begitu akrab dengan Yui sedangkan padaku begitu kaku."Yui" kata Yui Kito psekali lagi mengingatkan Aime "Aku bakal mematahkan kaki siapapun yang bakal merendahkanmu di sana. Kalau kau tidak nyaman di sana, datanglah pada pernikahan keduaku di
"Siapa mereka? Kenapa mereka menembakku?" tanyaku masih dalam dekapan Jay Sykes.Ia melepaskanku, dan aku merasa kehilangan meski ia masih memegang bahuku. Mata abu-abunya nampak menimbang-nimbang. Dia bakal mengalihkan lagi, pikirku. Karena itulah yang terjadi hari-hari sebelumnya.Jay Sykes menarik nafasnya dan menghembuskan dengan tenang "Tenang, Kristopher sudah ditangkap polisi dan ia tidak bakal pernah keluar dari penjara" katanya pada akhirnya.Tubuhku bergetar lagi, diikuti isakku "Bukankah ia mendekam di penjara?" tanyanya. Namanya saja membuatku mengingat sejumlah kejadian buruk yang menghampiriku dan aku berakhir dalam dekapan suamiku lagi "Pacarnya Riley menjaminnya keluar, tapi ia berulah lagi. Sebelum menembakmu, dia membuat Riley babak belur karena tak mau memberinya uang. Sekarang kau aman"Mendengar perkataan Jay aku ikut merasa kasian dengan Riley, ia pasti mendapat lebih banyak luka dariku, penganiayaan yang lebih bera
"Walaupun hanya non-fans, harusnya ia melaporkan ke polisi" gumam asisten berambut pendek membawaku kembali pada dunia nyata.Kristopher Kristoff sudah mendekam dipenjara dan dia tidak bakal bisa mengangguku lagi. Aku harus menjalani kehidupan ini dengan tenang. Fokusku saat ini hanya berusaha keras memenangkan hati Jay Sykes."Ehm" aku berdeham tidak bisa menahan rasa penasaranku lebih lama lagi "Maksud kalian Riley model dari HME itu?" tanyanya."Nyonya mengenalnya?" tanya penata rias berambut pendek."Tidak bisa juga dikatakan saling kenal. Tapi kami pernah sekali bertemu di pesta" jawabku. Mengenalnya? Jangan bercanda. Aku sama sekali tidak sudi mengenal wanita kurang ajar itu."Lihat, parah sekali"Aku melihat foto yang di tunjukkan asisten penata rias itu. Wajah Riley benar-benar hancur, sejumlah memar di wajahnya, hidungnya seperti patah. Orang yang menghajarnya brutal sekali. Pasti Riley sudah berbuat sesuatu
"Oh ya? Apa yang bisa kubantu?" Tanyaku pada Nicholas Sykes."Kau kenal Yui, kan?" tanya Nicholas Sykes, wajahnya nampak lebih lembut mengucapkan nama itu.Yui? Aku kilatan kasih sayang dalam mata abu-abu Nicholas Sykes saat menyebut nama Yui. Dan aku merasa sedikit cemburu.Aku mengangguk "Yui? maksudmu Yui Kito-kan? Bisa di katakan kami teman dekat" Kataku mencoba mengepalkan tangan, tenggorokanku agak berat mengeluarkan kata teman.Siapapun wanita, akan menjadi pembenci wanita yang pernah menjadi masa lalu prianya. Begitu pula aku. Meski Yui adalah teman paling dekatku, meski dia sering membantuku dan meski akulah yang menjadi pihak ketiga, entah mengapa aku tetap tidak bisa menyukainya."Aku senang mendengarnya. Aku mencintai Yui, sangat. Tapi Yui pernah punya hubungan dengan Jay selama empat tahun, kau mungkin pernah dengar hal itu" kata Nicholas.Benarkan! Nicholas tahu hubungan mereka. Hanya aku seorang yang begitu d