Meniduri suami orang tentu Camilla McKena tahu aku tak bakal melakukannya, tapi entah mengapa perasaan aneh itu malah bersarang disudut hatiku.
Meski beberapa waktu selintas pikiran tentang menjual diri bertumpu di benakku.
"Aku baik-baik saja, sungguh" kataku dengan nada riang mencoba menyakinkan "Jangan bilang kau sudah b*rcinta sepanjang akhir minggu dengan tunanganmu?"
"Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan. Yui bilang akhir-akhir ini kau tampak murung, Kaznov" komentar Camilla McKenna tanpa basa-basi lagi.
"Yui? Aku belum bertemu dengannya sepanjang minggu" kataku. Aku mendadak gugup dan gusar dibawah tatapan menuntut penjelasannya.
Camilla McKenna tidak mungkin bisa membaca pikiran kotorku!
Mungkinkah terlalu kentara sekali di wajahku bahwa pemiliknya membawa segunung permasalahan sehingga Camilla McKena tukang selidik bisa mendeteksi?
Semoga saja tidak, aku berharap.
"Jangan alihkan pembicaraan lagi! Kau ada masalah apa?" tanya Camilla makin mendesak.
Keingintahuanku tentang akhir pekan panasnya jadi urung, sebab aku butuh cara menjelaskan segunung permasalahanku.
Tak mungkin aku libatkan Camilla dengan mengatakan bahwa ayahku punya hutang pada lintah darat dan sudah berkali-kali mengunjungi rumahku, mengancam, dan memporak-porandakannya.
Terakhir mereka datang dengan ancaman mematahkan seluruh tulang ayahku, dan tak segan-segan memakukan kaki dan tangan adik-adikku, lebih parah mereka mengancam bakal memperkos*ku di depan seluruh anggota keluarga.
Aku juga tak mungkin juga mengatakan padanya bahwa dua adikku sudah mendapat surat peringatan karena belum bayar uang sekolah.
Dan lebih tak mungkin juga aku mengungkapkan bahwa bulan depan keluargaku mungkin sudah tidur di jalanan karena tak punya uang untuk bayar sewa.
Aku butuh banyak uang. Sangat sangat banyak. Pekerjaan sampingan dan toko roti yang kujalankan, dimodali oleh sahabatku ,Yui Kito, tak berjalan baik. Aku sudah mengajukan beberapa pinjaman namun di tolak dan yang ada di benakku saat ini adalah menjual diri.
Jika Camilla McKenna tahu apa yang tengahku rencanakan, tentu sekarang ia bakal jadi sosok yang berbeda, memandangku jijik dan hina.
Kaella Kaznov yang selama ini ia kenal bagai perawan suci, tidak pernah tersentuh laki-laki ternyata seorang pel*cur.
Ya, aku memang masih perawan.
Aib bagi teman-temanku, tapi siapa peduli.
Meski aku sudah resmi di tendang dari keluarga besar Hime, tapi beberapa pengajaran dasar masih tertanam di jiwaku bagai pondasi, kokoh dan menentukan bentuk rumah yang bakal dibangun diatasnya.
Aku makin merasa tersiksa, ketakutan dan amat putus asa.
"Aku butuh uang" kataku pahit akhirnya, "Kau tahukan, selalu hanya uang yang menjadi masalahku dan mungkin kau sudah bosan mendengarnya" kataku gentir.
Kucoba tolehkan wajahku kearah jalanan yang ramai oleh mahasiswa berlalu lalang, berharap bisa menyegarkan kepala atau menahan air mata yang perlahan mengenang di pelupuk mataku, tapi yang kudapatkan hanya pandangan ingin menyerang beberapa makhluk sejenis Kristopher.
Camilla Mckenna satu-satunya teman yang bisa aku taruh rasa percaya, setelah Yui Kito. Ia bukan orang yang gampang menilai buruk orang lain, tidak sombong meski ia hidup bak putri raja.
Pertama kali berjumpa dengannya kurasa itu diusia lima belas atau enam belas tahun, tahun terakhir aku berada di keluarga besar Hime, di sebuah pesta penggalangan dana.
"Lihat. Kau punya masalah dan kau selalu saja menyembunyikannya dari kami berdua" tegur Camilla. Meski sekarang Camilla tahu dan mungkin sebagian orang tahu aku sudah jatuh miskin, tapi ia tetap jadi sahabat yang baik. Tak pernah meninggalkanku meski semua orang telah melakukannya. "Jika kau tidak cerita, bagaimana kami akan membantu, Kaznov" desahnya terdengar frustasi.
Camilla McKenna gadis terkaya di jurusanku. Ayahnya punya perusahan besar. Keluarganya tinggal di rumah yang besar sekali di Shade Hills, lengkap dengan para penjaga dan pagar tinggi tentu saja.
"Aku punya 50.000 di tabungan, itupun jika kau mau. Aku tidak masalah, kau bisa menggantinya tahun depan" katanya santai, terlalu santai malah, membuat aku merasa iri.
(50.000 = 706.250.000 rupiah indonesia)
"Mudah bagimu mengatakan, tapi tidak untukku. Kau punya segalanya, tidak perlu berpusing-pusing memikirkan uang, bahkan kau sekarang sudah punya tunangan yang menjamin kehidupanmu di masa depan. Sedangkan aku masih memikirkan keselamatanku di hari esok" desahku. Tapi melihat raut Camilla setelah mendengar perkataanku, aku menyesalinya.
"Jangan mulai membandingkan kau denganku. Disisi lain aku tak lebih baik darimu, dan biarkan aku membantumu kali ini" katanya sambil berjalan di sampingku, ia bisa saja meninggalkanku pulang dengan mobil sport super mewah yang sering ia gonta-ganti, tapi ia bukan orang yang mengabaikanku begitu saja.
"50.000 ya? Itu tidak cukup, Camy" aku mendesah keras. Menatap Camilla yang berjalan di sisiku, membuatku merasa rendah diri. Rambut pirangnya di sanggul asal, make up-nya yang elegan membingkai paras cantik tegasnya, tapi bukan Camilla namanya jika ia tidak bisa terlihat sempurna. Hari ini ia mengenakkan pakaian mahal yang tentu saja di rancang khusus para ahli hanya untuknya.
"Apa?" Camilla McKenna nampak kaget meski hanya sesaat "Tidak cukup" suaranya meninggi dan mengundang beberapa orang menoleh pada kami. Ia memang sahabat yang bisa kuandalkan "Kau butuh berapa? Mungkin aku bisa berbicara dengan ayahku" mudah baginya mengatakan, sebab jika ia perlu uang ayahnya tinggal memberinya selembar cek, dan silahkan isi sendiri.
"Tidak Camy, tidak perlu. Aku akan memikirkan jalan lain" tolakku makin tidak enak hati.
"Ayolah Kaznov, kau selalu saja mencoba menyelesaikan sendiri. Kau butuh berapa?" bujuk Camilla, aku sudah terlalu sering terbantu oleh kebaikannya dan itu membuatku tidak enak hati.
"Empat kali lipat, dan aku hanya punya waktu sepuluh hari" kataku ragu-ragu.
"Apa?" kali ini Camilla tidak menutupi keterkejutannya "Uang sebanyak itu kau akan dapatkan dari mana? Meskipun kau menjual dirimu, kau mungkin bakal butuh waktu yang lama, itupun jika kau menjual diri pada laki-laki kelas atas"
Menjual diri ya?
Tuh kan, Camilla pasti bisa membaca pikiran tak logisku.
Memang menjual diri sempat terbesit di benakku dan itu hanya satu-satunya jalan paling cepat yang ku temui, tapi bagaimana? Siapa?
Laki-laki kelas atas? Kristopher sudah menjalankan salah satu anak perusahaan keluarganya, meski ia belum juga tamat dari universitas, dengan alasan menungguku. Cih.
Kristopher yang kaya raya dan selalu mengangguku mungkin saja mau, tapi itu merendahkan ego dan harga diriku. Aku sudah menolaknya terlalu sering dan dia tak mungkin dengan mudah memberiku uang sebanyak itu.
Apakah aku harus pergi ketempat-tempat terkutuk itu, menawarkan diri, tidur dengan laki-laki hidung belang atau para laki-laki beruang yang tak puas dengan istri mereka.
Aku tidak mungkin bisa, aku tidak ingin begitu. Itu bukan jalan yang harus kupilih tapi sebagian diriku mengatakan toh itu cuma tidur.
Tidak lebih.
Toh teman-temanku banyak yang melakukannya dan mereka baik-baik saja.
Apakah aku benar-benar akan terjerumus ke sana?
Apa harga yang harus kubayar dari semua itu? Mendapatkan uang dengan instan begitu tentu aku harus mengorbankan sesuatu yang sangat besar pula.
Harga diriku.
Harga kehormatan keluargaku.
Harga akan masa depanku.
"Miss Kaznov" percakapan kami terhenti karena di interupsi oleh suara seorang laki-laki berperawakan menyeramkan, tubuhnya kokoh tinggi besar dan bersetelan rapi serba hitam. Sebuah bekas luka dalam dari pangkal telinganya hingga rahang, membuat ia makin terlihat sangar."Ya" jawabku bergidik ngeri sambil menoleh pada Camilla McKenna berharap mendapatkan jawaban, tapi hanya di balasnya dengan mengangkat bahu tanda ia sama bingungnya denganku."Bisa bicara sebentar?" lanjut laki-laki yang barusan keluar dari Audi Q7 SUV berwarna gelap, terparkir mewah dipinggir jalan tak jauh dari tempat kami berada.Mobil semahal itu setahuku hanya mampu dimiliki kakekku dari keluarga sebesar Hime dan orang-orang sekaya dirinya.Aku menoleh pada Camilla meminta pendapat yang dibalas dengan anggukan "Tentu" kataku. Aku menelan ludah, perasaanku menjadi awas dan tak karuan ketakutan. Mungkin saja dia salah satu penagih hutang ayahku.Lak
Pekerjaan yang ditawarkan Sharon Sykes terdengar cukup mudah, hanya membuktikan anak laki-lakinya masih normal sebagai laki-laki.'Astaga,sungguh tak bisa dipercaya' desahku dalam hati.Aku tidak menyangka masih ada laki-laki yang tidak memiliki hasrat terhadap wanita.Tapi itu wajar saja sih, laki-laki seperti anaknya mungkin terlalu tengelam dalam pekerjaan, terlalu cinta dengan pekerjaan dan dirinya sendiri atau alasan lain, Ia tidak tertarik pada wanita, malah sebaliknya.Wanita itu mengatakan sesuatu yang benar adanya, meskipun tidak melakukan apapun aku bisa saja membangunkan sesuatu pada seorang laki-laki.Tapi, lain perkaranya jika anak tertua wanita itu penyuka sesama, Ia pasti tidak meneteskan air liur melihatku telanjang atau menari erotis sekalipun.Kenyataan lainnya, aku tidak pernah terlibat dengan penyuka sesama, teman atau keluarga, tak satupun dari mereka yang ku kenal menyimpang.Aku langsung
Aku duduk dan menyandarkan punggungku ke kepala tempat tidur, lalu menutupi dadaku dengan selimut, ya, satu kenyataan bahwa aku masih telanjang di bawah selimut."Lewat pintu" kataku sambil berharap wajah datarnya menyingkir, tapi ternyata aku berharap pada kemustahilan. Wajahnya masih sama tenangnya sejak aku pertama kali melihatnya "Aku tidak mungkin menembus tembok, kan, atau tiba-tiba berada di rumahmu melewati lorong waktu, yang benar saja!" lanjutku."Aku bukan orang yang bisa kau ajak bercanda" balas Jay Sykes tajam dan dingin. Rahangnya yang sempurna bagai pahatan itu mengeras, sorot mata abu-abunya memandang penuh kesuraman."Aku juga tidak sedang ingin bercanda dengan Anda tuan wajah datar. Aku benar-benar masuk lewat pintu depan sana" Jelasku lagi.Aku tidak berbohong.Ia menatapku dengan tatapan kejam, berusaha keras menahan kemarahannya "Aku juga tahu, jejak sepatu kotormu itu mengotori lantai mahal dan sofa kesayanga
Aku ingin mengeluarkan suara, tapi menjadi "Hmmp" karena tertahan mulutnya yang agresif membabi buta sehingga yang terdengar hanya gumaman tak jelas bercampur desahan.Lidahnya memaksa untuk masuk, meski aku menolaknya, namun tubuhku terlalu hanyut di dalamnya.Permainan lidahnya yang handal, tangan kokoh yang dengan kuat menahan tekukku, membuatku tidak bisa berbuat apa-apa.Meski tanganku yang bebas terus memukul, mendorong, mencakar, atau melakukan apa saja agar ia menghentikan tindakan brutalnya, tak satupun usahaku membuahkan hasil.Bahkan malah membuatnya makin tertantang menaklukkan ku dalam belaian lidahnya di lidahku.Kakiku mulai kehilangan pijakan, aku merasa melayang dan tulang-tulang kehilangan fungsinya.Sekuat tenaga aku mencoba memposisikan diri agar tidak merosot kelantai dengan mencengkram lengannya ketika ciuman itu makin dalam dan intens, memberikan kesempatan padanya untuk meremas dua
"Bagaimana kau masuk ke rumahku?" tanya serius.Lagi-lagi pertanyaan itu.Aku tidak tahu harus menjawab apa, mana mungkin aku mengatakan bahwa ini semua pekerjaan rapi ibunya, mengantarkan aku kesini dengan segala peringatannya.Aku menelan makanan di mulutku dan menjawab "Soal itu, hmm, entahlah" aku melirik kesamping menghindari matanya.Ia menatap dengan tatapan kejam itu lagi, matanya menatap tepat ke mataku dengan kemarahan besar dan aku benar-benar gemetaran menelan ludah panik ketika bersirobok dengan tatapannya.Kucoba berpaling dari tatapannya, tapi tidak bisa.Kucoba berdiri dan melarikan diriku keluar dari sana, tapi aku tidak bisa juga.Matanya seolah menawan dan melumpuhkan dengan kilatan kejam membelenggu.Semakin aku mencoba melawan, semakin kusadari betapa sia-sia upayaku.Sendok dan garpu dengan kuat ku cengkram tanpa kusadari "Baiklah... Baiklah... Aku hanya turun di pember
Sesuai janjinya, Nyonya Sykes menepati membayar jika aku sudah selesai melakukan pekerjaan kotor itu, ia langsung mentransfer kerekeningku bahkan membayar lebih banyak dari kesepakatan beberapa jam setelah aku sampai di rumah."Terima kasih, Nyonya Sykes" kataku berat. Aku merasa di rugikan, tapi demi kesopanan aku tetap meminta terima kasih.Tapi setelahnya, aku terus merasa takut, entah mengapa. Ayahku di bebaskan setelah membayar semua hutang judinya, dan di kembalikan utuh karena aku membayar Im$ 50.000 dimuka."Ada apa denganmu Ella?" tanya Camilla McKenna ketika aku menemaninya berbelanja "Kau tampak sangat terganggu, bukankah masalahmu sudah terselesaikan""Ada beberapa masalah dengan toko kueku" jawabku tersenyum pahit dan berbohong jadi aku pura-pura melihat-lihat gaun yang tak mungkin kubeli."Oh, jika itu masalahnya, kau tanya saja Yui. Dia sudah terbiasa mengurus banyak masalah bisnis" Saran Camilla sambil memilih baju-baju yang t
Aku pulang sangat terlambat dengan mata sembab, merah dan bengkak, aku tidak ingin pulang sejujurnya dan tidak ingin menghadapinya semuanya.Aku ingin melarikan diri.Tapi pada akhirnya kakiku masih melangkah pulang, ke rumah, hanya ibuku yang berada di sana dan adik-adikku belum pulang dari bermain dengan teman-temannya.Soal ayahku, aku tahu ia tidak akan berada di rumah sebelum fajar terbit, bangka tua itu pasti sedang bersenang-senang di rumah bordil lagi atau kasino.Aku sudah membayar semua hutangnya, dan sekarang dia kembali kejalan lamanya. Aku tahu rentenir itu memang nyata dan ibuku tidak mau mengeluarkan uang untuk ayahku.Dan aku yang mesti harus berkorban. Sayang, pengorbananku sia-sia dan tidak ada harganya."Kau dari mana saja Kay?" tanya ibuku marah, kedua tangannya bersidekap di depan dada dan ia seperti sengaja menungguku.Untuk ukuran ibuku yang jarang berada di rumah di siang hari, aku tahu ada ha
Malam telah membekap kawasan Mokswa, di jantung kota Prevkaya. Jarum jam di patung naga taman kota sudah menunjuk angka 01.08, sudah lewat tengah malam dan aku masih berada di jalanan menyandang ransel berat di punggung.Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ibuku telah menjebakku dalam sebuah konspirasi terencana, membuatku tidur dengan seorang Jay Sykes.Begitu tidak berperasaan ia terhadapku. Apakah ia menghukumku? Atau penebusan akan kesalahanku dimasa lalu? Karena dia selalu menyalahkanku.Menikah dengan keluarga Sykes? Membuatku terkurung kehidupan keras keluarga kaya itu? Apakah itu yang diinginkan ibu? Aku tidak mungkin bisa hidup seperti itu.Meski pagi hampir menjelang dan aku sudah merasa letih teramat sangat berjalan tanpa henti, aku belum menentukan tempat yang kutuju. Entah dimana aku akan tidur malam ini. Ponsel dan dompet sengaja ku tinggal."Hey, apa yang kau lakukan disini tengah malam begini?" tany
Wanita itu, Yui Kito, hanya berdiri menonton, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, saat aku menumpahkan uang yang kubawa dengan jumlah fantastis tepat dihadapannyaSenyum aneh terbit diwajahnya "Kau pikir semua hanya tentang uang, Kaella?" tanyanya dengan santai, lalu menengguk susu dalam gelas tinggi di tangannya sedikit dan menatapku yang kesetanan dengan iba."Ambil uang ini dan jangan ganggu kehidupan kami!!! Uangmu kukembalikan dengan lunas" teriakku menunjuk-nunjuk uang yang menggunung dan berserakan dilantai penthouse baru miliknya. Aku tidak butuh tatapan kasihan darinya, aku hanya ia enyah dan pergi, meninggalkanku sendiri.Yui Sykes, Nyonya baru yang menyandang nama Sykes itu terkekeh, seolah-olah yang kukatakan hanya lelucon baginya. "Aku menganggu kehidupanmu? Apa aku salah dengar?" tanyanya dan tertawa lagi "Kalian yang lebih dahulu menganggu kehidupanku, bukan aku. Kau ingin membayar lunas? Kau pikir dengan uan
Wajah Jay Sykes berkabut asing, kekesalan, kemarahan dan kejengkelan aku melihat semua dari matanya "Dia mengandung anakku, Ella. Ku harap kau mengerti posisiku sekarang" katanya tegas dan menaikkan nada bicaranya seakan aku terlalu cerewet dan terlalu mengekangnya."Pergilah" kataku.Lihat, bahkan ia langsung pergi begitu saja tanpa penjelasan lebih, tanpa menoleh lagi kebelakang. Jiwaku merintih kesakitan berusaha keras membebaskan diri dari serangan perih disudut dadaku.Saat Jay menjauh aku ambruk kelantai. Yui Kito mengandung anak suamiku? Apa lagi yang harus aku ketahui setelah ini?Dia hamil sekarang! Dan anak itu adalah milik Jay! Dan aku masih pengantin baru dengan Jay!Kapan mereka bermain di belakangku? Kapan mereka mempermainkan aku seperti orang bodoh!Jay Sykes mengucapkan kalimat manis, perhatian dan kelembutannya, yang membuatku lupa bahwa pernikahan kami hanyalah sebuah kontrak, bahwa pernikahan kami
Aku berada di dada Jay di gazebo tepi danau belakang rumah kami dengan sekotak es krim vanilla di tangan.Minggu yang indah, pikirku.Selain hari minggu Jay tidak mungkin bisa bersantai di rumah. Karena mengurusku beberapa hari menjadi imbas akan kesibukannya yang menggunung.Nicholas Sykes benar-benar membuktikan perkataannya. Ia telah berusaha menjauhkan Yui dari Jay. Mereka telah pergi ke negara tropis untuk bulan madu yang lama. Setidaknya sudah sebulan lebih tanpa kehadiran mereka."Mau lagi?" tanyaku dengan mengangkat sendok yang sudah terisi penuh dengan es krim.Jay Sykes menyeringai kecil "Ya" aku mendengar harapan dalam nada bicaranya "Tapi, singkirkan sendok itu"Aku mengerutkan kening pura-pura tidak mengerti dengan ucapannya "Maksudmu pakai tangan?" tanyaku.Jay Sykes segera bangkit sehingga kami berdua sama-sama duduk berhadapan dengan aku di atas pangkuannya "Jangan pura-pura tidak ta
Aku menatap Goodie bag pernikahan Nicholas dan Yui yang khusus dikirim untuk tamu VIP mengunakan kotak kardus dua hari sebelum pernikahan mereka.Didalamnya terdapat undangan yang sebenarnya, satu botol ekslusif wine, voucher spa dan menginap tiga malam di Sykes Hotel dan beberapa produk kecantikan lainnya.Temanku yang penuh dendam itu memang sengaja mengunjungiku hari itu. Aku ingin berbicara dengannya, ingin meluruskan segala hal yang terjadi diantara kami. Aku ingin mengatakan bahwa bukan salah keluarganya perkebunan teh utara keluarga Kito, tapi entah mengapa aku tidak bisa mengatakannya, bukankah dia harus melepaskan kami karena dia sudah mendapatkannya kembali. Tapi disisi lain aku takut banyak hal bakal berubah setelah aku berbicara dengannya.Aku telah berpikir keras selama dua hari, takut menyakiti diriku sendiri jika menghadiri pesta pernikahan mereka. Jika aku tidak hadir, Jay Sykes bakalan menanggung malu karena salah satu menantu Sykes
"Kau masih terlalu cepat seratus tahun untuk menantangku" dengus ibuku dengan tawa kecil. Seolah-olah dialah pemenang diantara mereka."Jangan terlalu cepat bahagia, Anyane. Sebentar lagi aku bakal menjadi bagian dari keluarga Sykes, kau tahu apa artinya itu? Ah, kau sangat mengerti akan hal itukan? Itu sebabnya kau mencoba berbagai cara kotor, memutar otak untuk menikahkan putrimu dengan keluarga Sykes. Mendekati Sharon dan mengungkapkan hubungan kami. Kau pikir jika aku tidak ingin anakmu menikah, Apa kah kau masih memiliki kesempatan untuk menjadi besanan keluarga Sykes? Kau bahkan tidak tahu siapa diantara Jay dan Nicholas lebih baik, siapa yang lebih berkuasa di dalam keluarga Sykes. Sudahlah, aku masih punya urusan penting untuk pernikahanku. Sampai berjumpa di neraka Anyane" balas Yui Kito. Aku belum pernah mendengar Yui berbicara dengan nada penuh penekanan dan kebencian.Sebab ibuku menikahkan dengan keluarga Sykes? Semuanya tidak hanya tentang proyek Pr
"Nona Kito, Aku ikut bahagia dengan pernikahanmu" komentar Aime yang baru saja datang dari arah belakang Yui, langsung memeluk wanita itu seperti sangat merindukan kehadirannya.Yui balas memeluk Aime dan mulai mengomel seperti yang sering ia lakukan kepada semua orang "Aime, berapa kali aku harus mengatakan padamu, panggil aku Yui. Kau itu sudah seperti keluargaku, hilangkan kesopanan yang memisahkan kita itu. Ah, ini, aku juga punya undangan untukmu" katanya menyerahkan undangan yang sama denganku."Tapi saya tidak pantas berada di sana, Nona Kito. Ah, Nyonya Sykes" kata Aime malu-malu. Wanita itu selalu kaku padaku dan menjadi begitu ekspresif pada Yui. Apakah kesalahan memang ada padaku? Mengapa semua orang begitu akrab dengan Yui sedangkan padaku begitu kaku."Yui" kata Yui Kito psekali lagi mengingatkan Aime "Aku bakal mematahkan kaki siapapun yang bakal merendahkanmu di sana. Kalau kau tidak nyaman di sana, datanglah pada pernikahan keduaku di
"Siapa mereka? Kenapa mereka menembakku?" tanyaku masih dalam dekapan Jay Sykes.Ia melepaskanku, dan aku merasa kehilangan meski ia masih memegang bahuku. Mata abu-abunya nampak menimbang-nimbang. Dia bakal mengalihkan lagi, pikirku. Karena itulah yang terjadi hari-hari sebelumnya.Jay Sykes menarik nafasnya dan menghembuskan dengan tenang "Tenang, Kristopher sudah ditangkap polisi dan ia tidak bakal pernah keluar dari penjara" katanya pada akhirnya.Tubuhku bergetar lagi, diikuti isakku "Bukankah ia mendekam di penjara?" tanyanya. Namanya saja membuatku mengingat sejumlah kejadian buruk yang menghampiriku dan aku berakhir dalam dekapan suamiku lagi "Pacarnya Riley menjaminnya keluar, tapi ia berulah lagi. Sebelum menembakmu, dia membuat Riley babak belur karena tak mau memberinya uang. Sekarang kau aman"Mendengar perkataan Jay aku ikut merasa kasian dengan Riley, ia pasti mendapat lebih banyak luka dariku, penganiayaan yang lebih bera
"Walaupun hanya non-fans, harusnya ia melaporkan ke polisi" gumam asisten berambut pendek membawaku kembali pada dunia nyata.Kristopher Kristoff sudah mendekam dipenjara dan dia tidak bakal bisa mengangguku lagi. Aku harus menjalani kehidupan ini dengan tenang. Fokusku saat ini hanya berusaha keras memenangkan hati Jay Sykes."Ehm" aku berdeham tidak bisa menahan rasa penasaranku lebih lama lagi "Maksud kalian Riley model dari HME itu?" tanyanya."Nyonya mengenalnya?" tanya penata rias berambut pendek."Tidak bisa juga dikatakan saling kenal. Tapi kami pernah sekali bertemu di pesta" jawabku. Mengenalnya? Jangan bercanda. Aku sama sekali tidak sudi mengenal wanita kurang ajar itu."Lihat, parah sekali"Aku melihat foto yang di tunjukkan asisten penata rias itu. Wajah Riley benar-benar hancur, sejumlah memar di wajahnya, hidungnya seperti patah. Orang yang menghajarnya brutal sekali. Pasti Riley sudah berbuat sesuatu
"Oh ya? Apa yang bisa kubantu?" Tanyaku pada Nicholas Sykes."Kau kenal Yui, kan?" tanya Nicholas Sykes, wajahnya nampak lebih lembut mengucapkan nama itu.Yui? Aku kilatan kasih sayang dalam mata abu-abu Nicholas Sykes saat menyebut nama Yui. Dan aku merasa sedikit cemburu.Aku mengangguk "Yui? maksudmu Yui Kito-kan? Bisa di katakan kami teman dekat" Kataku mencoba mengepalkan tangan, tenggorokanku agak berat mengeluarkan kata teman.Siapapun wanita, akan menjadi pembenci wanita yang pernah menjadi masa lalu prianya. Begitu pula aku. Meski Yui adalah teman paling dekatku, meski dia sering membantuku dan meski akulah yang menjadi pihak ketiga, entah mengapa aku tetap tidak bisa menyukainya."Aku senang mendengarnya. Aku mencintai Yui, sangat. Tapi Yui pernah punya hubungan dengan Jay selama empat tahun, kau mungkin pernah dengar hal itu" kata Nicholas.Benarkan! Nicholas tahu hubungan mereka. Hanya aku seorang yang begitu d