Darah berlumuran di lantai, tubuh pemuda itu jatuh tersungkur dengan tatapan sendu memandangi wanita cantik di sampingnya. Wanita itu terlihat syok, tubuhnya ambruk lemas menangis keras sambil menahan aliran darah terus mengalir pada tubuh pemuda itu. Tidak bisa berkata apapun, pemuda itu hanya bisa tersenyum padanya, matanya perlahan terpejam.
Sontak wanita berdarah bangsawan itu terbangun dari dunia mimpi menyeramkannya hingga dadanya terasa sesak sekarang dan keringat dingin terus bercucuran pada lehernya. Mengingat beberapa saat lalu sempat bertengkar dengan pemuda di dalam mimpinya adalah seorang pangeran dicintainya, membuatnya merasa sangat bersalah atas perbuatan kasarnya. Apalagi takut mimpinya berubah menjadi kenyataan.
Kebetulan sekali hari ini wanita cantik itu bertemu dengan kekasihnya di taman istana untuk meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya. Seketika tiba di taman, ia menduduki bangku taman sambil menarik napas panjang mempersiapkan mentalnya. Berusaha melupakan mimpi buruknya juga, mengurungkan niat memberitahu kekasihnya.
Tak lama kemudian, sang Pangeran tampan berpenampilan gagah menghampirinya, menundukkan kepala lesuh.
“Maafkan aku, Charlotte.”
“Kenapa kau meminta maaf padaku? Kau tidak berbuat salah apapun padaku.” Wanita berdarah bangsawan itu menggenggam tangannya, mengulum senyuman tipis. Sebenarnya sedikit terkejut mendengar permintaan maafnya.
“Hatimu hingga sekarang pasti rasanya masih sakit karena aku menyakiti perasaanmu sebelumnya.”
Charlotte menggeleng pelan, senyuman tulus terpancar pada wajahnya.“Masa lalu, sebaiknya kita lupakan saja. Walaupun kejadian saat itu kau sempat menyakiti perasaanku, namun untuk saat ini aku sudah melupakannya.”
“Charlotte…”
“Kau tidak perlu mencemaskan masalah itu lagi. Memang ini semua salahku, karena keegoisanku, hubungan kita menjadi sempat rumit. Maafkan aku, Gabriel.”
“Tidak, Charlotte. Ini semua karena aku tidak menjelaskannya padamu. Karena hal itu, sangat wajar kau marah padaku sampai tidak ingin bertemu denganku.”
Helaan napas kasar dihembuskan dari rongga mulut Charlotte. Mengingat perkataan yang dilontarkan Gabriel sempat menyakitinya sebelumnya, namun dalam batinnya terdalam, kini ia sudah melupakannya begitu saja apalagi mengingat mimpinya.
Memandangi manik mata sang kekasih yang terlihat lesuh, membuat Charlotte semakin bersalah.
“Lain kali aku tidak akan memarahimu lagi.”
“Lebih tepatnya aku tidak akan membuatmu kecewa seperti sebelumnya. Karena aku tidak ingin hatimu retak bagaikan kaca pecah akibat kesalahan yang telah kuperbuat terhadapmu,” ungkap Gabriel tulus.
Sang Pangeran tampan mendaratkan kecupan manisnya pada puncak kepala sang pujaan hati mendalam dalam durasi beberapa detik sambil memejamkan matanya.
“Aku mencintaimu, Charlotte,” ungkapnya tulus.
“Aku juga mencintaimu, Gabriel.”
Gabriel beranjak dari kursi mengulurkan tangan kanan pada Charlotte.
“Ayo kita pergi sekarang!”
“Kita akan pergi ke mana?”
“Terserah padamu. Kau ingin pergi ke manapun, aku pasti akan mengantarkanmu ke tempat yang kau inginkan,” lontar Gabriel santai.
Charlotte mengulum senyuman hangat, menggenggam tangan sang kekasih lalu beranjak dari kursinya.
“Aku hanya ingin berjalan berdua denganmu di sini. Aku tidak ingin pergi ke tempat yang jauh karena itu sangat melelahkan bagiku.”
“Baiklah, kalau begitu aku akan menuruti keinginanmu saja,” balas Gabriel mengukir senyuman hangatnya sambil membelai rambut Charlotte lembut.
Mendengar kata yang tidak sepantasnya dilontarkan sang pangeran membuat Charlotte kembali berkeluh kesah, melepaskan genggaman tangannya langsung. Memandangi sang tunangan tiba-tiba bereaksi seperti itu, tangan kekarnya mendekapnya hangat.
“Aku tidak suka kau selalu berkata ‘menurut’ di hadapanku,” ujar Charlotte mendesah lesuh.
“Memangnya kenapa? Apa mungkin karena aku adalah seorang pangeran, jadinya kau tidak nyaman mendengar perkataan itu?” tanya Gabriel terheran.
“Seorang pangeran harus memiliki pendirian yang teguh. Aku sudah beberapa kali memperingatkanmu sejak dulu, tapi kau tetap saja tidak mendengar perkataanku sama sekali. Rasanya percuma sekali aku memberimu sebuah nasihat yang sama berulang kali.”
Gabriel menggeleng pelan, menggenggam kedua tangan Charlotte mengukir senyuman santai terpancar pada wajahnya.
“Lihat aku, Charlotte.”
Kepala Charlotte terangkat ringan, sorot matanya terfokus pada pesona ketampanan sang pangeran yang membuat dirinya selalu semakin cinta padanya. Tanpa ia sadari, senyuman bahagia terukir pada wajahnya tiba-tiba lalu tangan kanannya spontan menyentuh pipi sang kekasih.
“Setiap kali kau menyuruhku untuk melihatmu, pasti aku selalu kalah karena wajah tampanmu. Memang wajahmu ini sungguh menggodaku setiap saat.”
“Charlotte, aku tidak peduli jika aku mengucapkan kata yang tidak sepantasnya dilontarkan bagi keluarga kerajaan. Bagiku, semua manusia memiliki derajat yang sama, tidak ada yang namanya diskriminasi kasta. Walaupun kau bukanlah seorang putri kerajaan, melainkan wanita berdarah bangsawan keluarga Viscount, tapi derajat kita tetaplah sama. Aku paling benci ketika ada orang kerajaan yang membedakan kasta, walaupun kita tetap sesama umat manusia.”
Yang dimaksud Viscount di sini adalah nama keluarga Charlotte. Bukanlah sebuah gelar bangsawan di kerajaan lain.
“Maka dari itu, jangan pernah melarangku lagi. Aku ingin hidup seperti manusia biasa lainnya yang berbicara sesuka hati mereka tanpa adanya aturan yang ketat. Apakah kau mengerti, Charlotte?”
Charlotte mengangguk pelan sebagai respon menandakan bahwa ia menyetujuinya. Tanpa perlu berlama, Gabriel merangkul tangan tunangannya melanjutkan berjalan santai mengelilingi taman istana.
“Charlotte,” panggil Gabriel lembut.
“Iya, ada apa?”
“Pernikahan kita akan digelar dua hari lagi, apakah kau sudah siap menikah denganku?”
“Aku tidak ingin menjawabnya,” kata Charlotte datar.
“Ada apa denganmu? Apakah terjadi suatu masalah padamu?”
Sementara di sisi lain, sang Raja dan Ratu kerajaan Godnation yang merupakan kedua orang tua Gabriel memandangi perlakuan putra mereka sangat manis terhadap tunangannya dari dalam istana. Sang Raja Arthur terlihat santai dan lega memandanginya dari jendela sambil merangkul pundak istrinya mesra.
“Syukurlah putra kita kembali tersenyum lagi,” lontar Raja Arthur.
“Melihat mereka seperti ini, mengingat kita sewaktu sebelum menikah dulu.”
“Untung saja kita tidak menjodohkannya dengan wanita lain. Aku yakin sekali dia pasti tidak akan terlihat bahagia seperti ini, walaupun wanita itu cantik atau baik hati.”
Mendengar perkataan dari sang Raja, sang Ratu menghembuskan napasnya lesuh, kepalanya menunduk.
“Kenapa kau menundukkan kepalamu tiba-tiba, Evelyn?” Dahi Raja Arthur mengernyit.
“Aku jadi teringat kita bahkan hampir menjodohkan Gabriel dengan Perdana Menteri Agnes.”
“Oh, masalah itu. Memang karakternya dengan karakter Gabriel sangat berbeda. Jika mereka disatukan, aku yakin sekali mereka pasti tidak akan pernah mencintai satu sama lain.”
“Maka dari itu, sudah kukatakan sejak awal padamu bahwa kita tidak pernah menjodohkannya. Karakter Agnes yang keras kepala dan karakter Gabriel yang lemah lembut, sangatlah berbeda jauh. Jika berbeda pendapat, mungkin akan terjadi konflik terus,” tambah Ratu Evelyn.
Di tengah perbincangan mereka, sebenarnya dibalik sebuah pilar terdapat seseorang yang sedang mendengar perbincangannya sejak awal. Orang misterius tersebut tidak terlihat jelas, hanya saja senyuman licik terukir pada wajahnya, lalu dengan sigap berjalan menuju suatu tempat.
Sang Pangeran dan kekasihnya sedang melakukan perbincangan serius di taman istana. Helaan napas lesuh dihembuskan dari mulut sang pangeran, spontan ia mendekapnya dengan hangat sambil mengusap kepalanya lembut.
“Apakah mungkin kau belum siap menikah, maka dari itu kau tidak membalas perkataanku tadi?” tanya Gabriel ragu.
“Bukan begitu.”
“Lalu apa? Apakah mungkin kau masih belum siap bergabung menjadi anggota keluarga kerajaan?”
“Bukan karena itu juga.”
“Kalau kau selalu membantahnya, lalu alasan apa sampai kau ragu menjawabku?” Gabriel mengulang kembali pertanyaannya untuk meyakinkan tunagannya.
“Sebenarnya aku siap menikah denganmu. Tapi apakah kau sungguh siap?”
“Kenapa kau menanyakanku seperti itu? Tentu saja aku pasti siap menikah denganmu. Sejak dulu, impianku adalah menikah dengan wanita yang kucintai seumur hidupku,” ungkap Gabriel lantang.
“Aku tahu kau pasti siap menikah, tapi apakah Raja dan Ratu siap menerimaku sebagai menantunya?”
Gabriel tertawa kecil sambil menggelengkan kepala membuat Charlotte terheran padanya.“Kenapa kau malahan menertawaiku?”
“Itu karena barusan kau melontarkan perkataan konyol bagiku,” balas Gabriel masih tertawa terbahak.
“Maksudmu apa?”
“Tentu saja, kedua orang tuaku pasti menerimamu sebagai istriku. Lagipula sejak dulu juga mereka sangat menyukai karaktermu yang baik hati dan kuat.”
“Oh, begitu rupanya.” Senyuman tipis kembali terukir pada wajah Charlotte.
“Kau tidak perlu mencemaskan masalah itu lagi. Yang terpenting sekarang, kita fokus saja dengan pernikahan kita nantinya. Kau cukup mendoakan semoga di hari pernikahan kita, tidak ada suatu tembok penghalang yang bisa menghancurkan acara pernikahan.”
“Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan berpikir yang aneh lagi.”
“Ini baru Charlotte yang kukenal selalu terlihat percaya diri di mataku,” lontar Gabriel sambil mengelus kepala Charlotte.
“Selain karakterku baik hati dan kuat, apa ada hal lain yang kau suka dariku?”
“Apapun yang kau lakukan selalu manis di hadapanku. Terutama, kita memiliki bakat yang sama yaitu pandai merancang pakaian dan bermain piano.”
“Jadinya, karena kita memiliki bakat yang sama, kita bisa melakukannya bersama supaya terkesan lebih romantis.”
“Kau memang selalu peka dan cerdas padaku.” Gabriel mencium pipi kekasihnya dengan penuh cinta.
“Gabriel, yang aku sukai darimu sebenarnya banyak sekali sampai aku bingung ingin menyebutkannya seperti apa.”
“Kau pernah mengatakannya padaku sebelumnya, kalau kau sebut semuanya sampai mulutmu pegal, aku pasti mendengarnya dengan senang hati.”
“Aish, nanti aku haus, kau harus bertanggung jawab!”
Gabriel menyunggingkan senyuman nakal, semakin mendekati wajahnya dan menyentuh pipi lembutnya.
“Kalau kau haus, kau bisa memintaku.”
Pikiran Charlotte sudah berkelana entah kemana, sorot matanya malahan terfokus pada bibir kekasihnya.
“Mengenai itu, aku tarik ucapanku deh.”
“Kau tidak ingin mendapat ciuman dariku?” Jempol Gabriel terus mengusap bibir cantik kekasihnya pelan.
“Hmm kalau itu sih…kita tidak mungkin…melakukannya di sini. Nanti kalau sampai ada yang ganggu kita, gimana?”
“Tenang saja, kalau seandainya ada yang ganggu, kepala orang itu siap-siap akan kupenggal.” Gabriel tertawa usil sambil memegangi perutnya.
“Pangeran Gabriel!” Seorang pemuda menghampiri mereka di tengah perbincangan mereka tiba-tiba.
“Pangeran Gabriel!” Seorang pemuda yang berpenampilan formal menghampiri sang pangeran yang sedang bermesraan dengan kekasihnya tiba-tiba, spontan embusan napas kasar dikeluarkan dari rongga mulutnya dengan penuh geram. “Aish, kenapa kau malahan menghampiriku di saat aku bermesraan dengan tunanganku!” gerutu Gabriel melipat kedua tangannya di depan dada. “Ada urusan penting yang Anda harus selesaikan sekarang.” “Aduh, kenapa kau selalu berbicara formal di hadapanku! Sebaiknya kau bicara santai saja supaya aku merasa nyaman setiap kali berbicara denganmu.” “Tapi Yang Mulia—” “Tidak ada kata ’tapi’! Kau dilarang menentang perintah dari seorang pangeran!” ketus Gabriel, bibirnya mengerucut. “Baik aku mengerti!” patuh pemuda tersebut menundukkan kepala hormat. Sementara Charlotte hanya bisa tertawa kikuk sambil menutup mulutnya dengan anggun. “Kenapa kau tertawa, Charlotte? Apakah ada yang lucu?” tanya Gabriel bingu
PRANGGG Secangkir teh hangat yang digenggam Charlotte terjatuh ke lantai hingga beling-beling kaca berserakan di manapun. Perasaan yang dialaminya saat ini bagaikan terkena sambaran petir yang begitu dahsyat, hingga membuat dirinya tersentak kaget tanpa disadari. Secara perlahan, Charlotte ingin beranjak dari sofa didudukinya berniat untuk memungut pecahan kacanya. Namun, dengan sigap sang ibu bernama Tiana langsung mencegahnya. “Charlotte, apakah kau baik-baik saja? Apakah kau terluka?” tanya Tiana sangat cemas. “Kenapa ibu menghampiriku? Nanti kaki ibu bisa terluka karena terkena pecahan kacanya?” “Ibu sangat mencemaskanmu. Sebenarnya ada apa denganmu? Tidak seperti biasanya kau bersikap seperti ini.” Tiana melangkah melewati pecahan kaca dengan penuh kehati-hatian, kemudian duduk di sebelahnya. Charlotte terdiam sejenak, bola matanya terlihat kebingungan dengan dirinya saat ini. Terutama ia bukanlah tipe wanita ceroboh dalam hal apapun. Nam
Sebelum insiden berlangsung… Usai berpamitan dengan tunangannya, ia bersama Lucas memasuki pesawat jet sambil melambaikan tangannya terus padanya. Lalu, ia menduduki sebuah tempat duduk empuk berbahan busa tebal, duduk berhadapan dengan sekretaris pribadinya. Sebelum pesawat lepas landas, untuk terakhir kalinya, ia memandangi foto kebersamaan bersama tunangannya untuk melepas kerinduan, walaupun baru berpisah beberapa menit yang lalu. “Aku merindukanmu, Charlotte,” ungkap Gabriel dengan senyuman tulus sambil mengelus layar ponselnya terutama foto sang tunangan terpampang pada layar. “Padahal kau baru berpisah dengannya, tapi kau sudah merindukannya seperti sudah berbulan-bulan tidak pernah bertemu,” lontar Lucas sedikit menyindirnya. “Wah, sekarang kau sudah berani berkata lancang padaku karena kemarin aku menyuruhmu untuk bersikap biasa saja padaku!” seru Gabriel membulatkan matanya dengan sempurna. Secara inisiatif, Lucas langsung berlutut d
Berita menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris pribadinya bernama Lucas, menggemparkan seluruh negeri kerajaan Godnation. Bahkan situasi kerajaan saat ini sangat kacau, karena peristiwa tragis ini pertama kalinya terjadi dalam kerajaan ini bertahun-tahun. Tidak hanya keluarga kerajaan saja yang berkeluh kesah, namun seluruh rakyat yang selama ini memuja Pangeran Gabriel tampak berkeluh kesah, bahkan sampai memberikan doa khusus keselamatan pada Pangeran di TKP, tempat ditemukannya bangkai pesawat. Saat ini, masih belum ditemukan sebuah kamera dasbor pesawat yang bisa membuktikan kejadian sebenarnya saat terjadinya ledakan pesawat tersebut. Untuk sementara ini, seluruh petugas kepolisian dan anggota Badan Intelijen Nasional masih dalam tahap proses pencarian berbagai bukti dan beberapa jenazah yang tenggelam pada dasar laut. Masih belum ada berita mengenai ditemukan keberadaan tubuh Pangeran Gabriel dan Lucas walaupun sudah berjalan 24 jam sejak insiden tersebut
Memang di masa itu, merupakan salah satu momen kenangan terindah bagi hidup Charlotte. Selain menciptakan momen kenangan indah, juga mengubah karakternya menjadi seorang wanita yang berpegang teguh dan tidak mudah ditindas orang, walaupun statusnya merupakan putri dari keluarga bangsawan. Saat itu, Charlotte memang sangat mengidolakan seorang pangeran tampan, sekaligus bisa dikatakan teman sewaktu kuliah. Sebagai informasi saja, universitas biasa dan universitas untuk keluarga kerajaan sangat berbeda jauh. Universitas biasa tentu saja digunakan untuk kalangan orang biasa yang fasilitasnya tidak semewah dengan universitas kerajaan. Sebaliknya universitas kerajaan digunakan untuk anggota keluarga kerajaan maupun bangsawan. Maka tidak heran Charlotte dan Pangeran Gabriel pertama kali bertemu saat duduk di bangku kuliah. Karakter Charlotte dikenal sebagai wanita pemalu, bahkan sempat menjadi bahan gosip teman sekelasnya, walaupun sesama berdarah bangsawan. Namun berkat k
Mengingat momen indah waktu itu, kini tangisan Charlotte semakin pecah hingga buliran air mata membanjiri pipinya. Secara spontan Violet mengambilkan sapu tangan, lalu menyeka air mata pelan sambil menepuk pundak Charlotte berirama untuk menenangkannya. “Maaf, gara-gara aku, kau jadi menangis seperti ini,” sesal Violet menunduk bersalah. “Aku merindukan…kehangatan tubuhnya, sikapnya waktu itu walaupun dia baru saja menyatakan perasaannya padaku, aku sangat mencintainya.” “Maka dari itu, kau harus tetap kuat supaya bisa bertemu dengannya lagi.” “Iya, aku mengerti.” “Aduh, makanannya jadi dingin begini akibat aku memintamu untuk bercerita panjang lebar. Kalau begitu akan aku menyuruh pelayan membuatkan makanan yang hangat untukmu.” Ketika Violet ingin beranjak dari sofa, tangan kanan Charlotte menyentuh lengan Violet, mencegahnya pergi. “Jangan tinggalkan aku! Aku tidak mempermasalahkan makanannya menjadi dingin.” Charlotte meren
Peristiwa menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris Lucas, masih saja menggemparkan seluruh negeri setelah berlangsung selama beberapa hari. Awal mulanya didatangkan kabar menggembirakan mengenai pernikahan Pangeran Gabriel, kini digantikan menjadi kabar duka yang melibatkan kemungkinan kematiannya. Untuk saat ini, pihak kepolisian kerajaan dan Badan Intelijen Nasional masih menginvestigasikan kasus ini lebih lanjut. Terutama putri keluarga Viscount, kini berada di istana menemani sang Raja dan Ratu kerajaan yang sedang berkeluh kesah atas hilangnya putra mereka. “Yang Mulia Raja dan Ratu, maafkan hamba,” sesal Charlotte sambil berlutut di hadapan Raja dan Ratu menundukkan kepalanya hormat. “Kenapa Anda meminta maaf pada kami?” tanya Raja Arthur bingung. “Seharusnya hamba mencegahnya pergi mengunjungi Tuan Alexander. Seandainya saja Pangeran Gabriel tidak pergi, maka dia sampai sekarang masih tetap berada di istana.” “Angkat kepala Anda, N
Pikiran Charlotte saat ini terfokus pada insiden kecelakaan pesawat yang dialami Pangeran Gabriel. Tiba-tiba ia teringat dengan urusan penting yang ingin disampaikan Tuan Alexander tiba-tiba sebelum hari pernikahannya. Yang membuatnya bingung adalah kenapa Tuan Alexander memberitahukan sesuatu penting kebetulan tepat di hari sebelum pernikahannya. Lalu, pikirannya beralih pada rekaman pesawat yang sedikit aneh baginya. Biasanya selama ini, ketika ia melakukan perjalanan dengan Pangeran Gabriel, dalam kondisi cuaca buruk pesawatnya tetap berfungsi dengan baik. Namun entah kenapa kejadian pesawat ini terjadi saat sehari sebelum pernikahan dan saat Tuan Alexander ingin menyampaikan sesuatu penting pada Pangeran Gabriel. Tidak berani mengambil kesimpulan terlebih dahulu, yang pasti baginya ada sesuatu yang sangat mengusik pikirannya sekarang, sehingga membuat dirinya kesulitan tidur, bukan karena memikirkan masalah duka. Detik demi detik terus berjalan, kini waktu tengah
Kejutan yang dimaksud sang Pangeran sebelumnya adalah sebuah video romantis mengenai perjalanan hubungan cintanya sejak berteman hingga memiliki seorang anak. Masih di puncak menara luas, Pangeran dan istrinya menyaksikan video editannya sambil menimang putranya yang terlihat mulai mengantuk. Sambil menikmati wine juga sebagai pelengkap merayakannya. Berdurasi selama beberapa menit, tidak hanya tampilan foto kemesraan mereka saja dan video-video berkaitan aktivitas romantis, tapi diselipkan juga ungkapan isi hati Pangeran setiap kali video itu bergilir dan disertai backsound kumpulan lagu romantis favorit mereka. Yang lebih mengharukan lagi, video kejutan itu ditutupi dengan video acara pernikahan mereka yang berlangsung dari pemberkatan di gereja hingga pesta dansa, dengan backsound lagu ciptaannya sendiri untuk istri tercinta berjudul “Love Charlotte”. Manik mata Charlotte semakin berkaca-kaca, tidak bisa menahan rasa bahagianya l
Seketika pertandingan berakhir, mengamati sang pemenang yang berhak membawa pulang medali emas, dengan cepat Charlotte membangkitkan tubuhnya bertepuk tangan meriah menyorakki suaminya yang menjadi pemenang dalam perlombaan ini. Sedangkan sang Ratu juga turut bahagia mengetahui putranya memenangkan perlombaan, langsung mendekap tubuh menantunya hangat. “Ibu…Gabriel berhasil!” sorak Charlotte girang. “Sudah ibu duga sejak awal, suamimu pasti berjuang demi dirimu, Charlotte. Ibu sangat bangga pada kalian berdua.” Sedangkan yang berhasil meraih medali perak dan perunggu adalah Alfred dan Harvey. Meski Alfred tidak berhasil meraih posisi pertama, tetap saja Violet sudah sangat bersyukur bahkan masih sempat memberi selamat kepada Charlotte. Begitu juga Agnes yang awalnya percaya diri suaminya akan menang, ia tetap menerima pencapaian yang berhasil diraih suaminya dengan lapang dada. Ketiga sahabat Charlotte menghampiri Charlotte untuk memberi selamat sambil saling
Seiring waktunya berjalan, keluarga kecil sang Pangeran terus terlihat harmonis, bahkan saat dilanda kesibukan mengurus urusan kerajaan, tetap saja hubungan antara orang tua dan anak semakin dekat. Setiap kali Pangeran dan istrinya bepergian mengadakan pertemuan, pangeran kecil dirawat ibunya Charlotte, karena tidak ingin mengandalkan pengasuh. Apalagi takut terjadi sesuatu pada anak mereka jika dirawat orang lain. Seperti biasa sang Pangeran mengajak istrinya pergi berkuda di tempat pacuan kuda khusus keluarga kerajaan. Tapi, kali ini mereka melakukannya saat hari biasa, karena besok Pangeran harus berpartisipasi dalam turnamen berkuda. Sebelum mengajak kuda putihnya yang suka cemburu, Gabriel memberinya makan wortel berkualitas tinggi supaya tidak mengambek di tengah jalan. “Ngomong-ngomong Sayang, apakah White bisa diajak kerjasama besok?” tanya Charlotte sedikit ragu, mengingat White terkadang memberontak. “Tenang saja, sejak dulu dia bisa diandal
Waktu terus berjalan tanpa hentinya, semua orang dalam negeri ini masih hidup dengan damai tanpa adanya gangguan apapun. Terutama semua kerabat dekat Gabriel dan Charlotte, kini mereka menjalani kehidupan bahagia mereka masing-masing. Seperti halnya Harvey dan Agnes kini hidup mereka semakin terasa bahagia seiring waktu berjalan, karena mereka sekarang adalah sepasang suami istri sama seperti halnya dengan dua pasangan lainnya yang sudah menikah lebih awal. Karena hari ini adalah hari libur, seperti biasa Harvey mengajak istrinya menuju sebuah pusat perbelanjaan elit untuk keluarga bangsawan membelikan banyak masker wajah untuk mereka berdua. Apalagi melihat Harvey yang memborong banyak masker wajah dengan merk mahal, hingga Agnes menganga berdiri mematung. “Harvey, bukankah ini kebanyakan?” Mata Agnes terbelalak sempurna. “Wajahmu harus terlihat berkilauan saat kau sekarang menjadi istriku. Maka dari itu, aku sengaja membelikan semua masker mahal unt
Detik demi detik terus berjalan. Tidak terasa sang Pangeran dan istrinya menjalin kehidupan rumah tangganya beberapa bulan. Tidak hanya mereka yang selalu menjalani kehidupan mereka dengan bahagia, semua kerabatnya yang telah memiliki pasangan masing-masing juga tidak kalah bahagia. Apalagi agen rahasia kerajaan juga telah menikah dengan wanita paling dicintainya. Saat ini, usia kandungan memasuki masa dua bulan. Bisa dikatakan berat badan Charlotte semakin bertambah, namun perutnya belum terlihat terlalu buncit. Segala aktivitas yang ia lakukan mulai berkurang, mengingat peringatan dokter kandungan demi kesehatan bayi mungil dalam kandungan. Yang bisa dilakukannya selama mengandung bayinya adalah bersantai di sofa menonton TV sambil mengemil cookies favoritnya sendirian. Sebenarnya kegiatan Pangeran juga tidak terlalu banyak belakangan ini, namun terkadang ia harus meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan kewajibannya demi kerajaan Godnation. Mengadakan
Di sisi lain, sepasang kekasih lainnya juga saling bermesraan. Namun, bedanya kali ini mereka tidak berkencan di manapun. Penampilan Alfred sudah terlihat sempurna, bersiap ingin bertemu dengan calon mertuanya langsung. Sejak hari lamaran, Alfred dan Violet sudah merencanakan pertemuannya serta melakukan reservasi restoran bintang lima terlebih dahulu. Penampilan ibunya Violet kini tidak kalah cantik dengan putrinya, dengan balutan gaun elegan walaupun terlihat sederhana. Sebenarnya dirinya sedikit bingung dengan rencana putrinya tiba-tiba mengajak makan malam tiba-tiba. Sambil menunggu kedatangan Alfred, ibunya Violet terus bermondar-mandir di ruang tamu seperti sedang menyetrika baju. Melihat tingkah ibunya sangat memusingkan, Violet beranjak dari sofa sejenak menghentikan aksinya. “Ibu sebaiknya menunggu sabar saja,” usulnya pelan. “Sebenarnya ibu sangat penasaran dengan kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin mengadakan makan malam bersama? Padahal
Lucas memperlihatkan agenda hariannya pada sang Pangeran melalui layar tab. Reaksi Pangeran langsung memutar bola matanya bermalasan, karena dirinya sebenarnya malas menjalani tugasnya kembali menjadi Pangeran negeri ini. “Aku malas melakukannya, lebih baik aku di istana selama seharian bersama istriku.” “Sayang,” panggil Charlotte manis. Secara spontan Gabriel merangkul pundaknya mesra, sorot matanya terfokus padanya. “Semakin manis kau memanggilku, aku juga akan memperlakukanmu semakin manis juga.” “Sayang, sebaiknya kau pergi bertugas saja. Jangan menetap di sini terus,” saran Charlotte lembut. “Tidak mau, nanti siapa yang akan menemanimu di sini. Kalau terjadi sesuatu padamu, gimana nantinya. Lagipula kunjungan ini juga tidak terlalu penting.” “Memangnya hari ini kau ada kunjungan ke mana?” “Ke panti asuhan untuk membaca dongeng.” “Oh, kalau hanya ke panti asuhan, sudah pasti aku ingin ikut denganmu
Tidak terasa kini hari sudah gelap. Usai menyantap makan malam, sepasang pengantin baru melanjutkan aktivitasnya lagi di dalam kamar mereka. Sejak memasuki masa hamil, sikap Charlotte sedikit kekanak-kanakan suka merengek pada suaminya. Apalagi sekarang ia duduk sendirian di ranjang luas, menunggu sang Pangeran selesai membersihkan dirinya sampai sedikit bosan. Baru saja lima menit berlalu, entah kenapa rasanya ia sudah merindukannya dan ingin melihat wajahnya dalam durasi lama. Kedua kakinya merapat di ranjang, lututnya digunakan untuk menopang kepalanya sambil merenungkannya dengan wajah cemberut. “Aku merindukanmu, Sayang. Jangan mandinya terlalu lama,” gumamnya lesuh. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka lebar. Dengan cepat kepalanya terangkat ringan sambil memandangi suaminya terlihat sangat menyegarkan dalam kondisi rambutnya basah dan dada bidangnya yang kekar. Sorot matanya terpaku padanya saat ini, tanpa disadari senyuman ceri
Jantung Violet kini berdebar kencang hingga tidak bisa mengendalikan air matanya terus membasahi pipinya. Pada akhirnya setelah menunggu lama, dirinya dilamar langsung oleh pria dicintainya walaupun hubungan asmara mereka baru berjalan hampir dua bulan. Tanpa perlu berpikir lama, Violet mengangguk pelan, mengukir senyuman bahagia pada wajahnya sambil menggenggam buket bunga erat. “Tentu saja aku bersedia menikah denganmu. Aku tidak sabar menjadi pendamping hidupmu nanti. Aku sangat mencintaimu, Alfred.” Violet mengungkapnya lantang dengan penuh percaya diri. Alfred memakaikan cincin lamaran pada jari manis kekasihnya sambil membangkitkan tubuhnya perlahan. “Aku juga mencintaimu, Violet. Mulai sekarang statusmu adalah tunanganku dan menjadi milikku.” “Terima kasih sudah bersedia menerimaku sebagai tunanganmu.” Secara spontan mereka saling menautkan bibir mereka bersamaan, melakukan ciuman manisnya untuk merayakan momen terindah dalam hidup mere