Home / Fantasi / Fight For Love / Chapter 6 - The Past

Share

Chapter 6 - The Past

Author: Chocollacious
last update Last Updated: 2021-05-01 11:34:18

Memang di masa itu, merupakan salah satu momen kenangan terindah bagi hidup Charlotte. Selain menciptakan momen kenangan indah, juga mengubah karakternya menjadi seorang wanita yang berpegang teguh dan tidak mudah ditindas orang, walaupun statusnya merupakan putri dari keluarga bangsawan.

Saat itu, Charlotte memang sangat mengidolakan seorang pangeran tampan, sekaligus bisa dikatakan teman sewaktu kuliah. Sebagai informasi saja, universitas biasa dan universitas untuk keluarga kerajaan sangat berbeda jauh. Universitas biasa tentu saja digunakan untuk kalangan orang biasa yang fasilitasnya tidak semewah dengan universitas kerajaan. Sebaliknya universitas kerajaan digunakan untuk anggota keluarga kerajaan maupun bangsawan. Maka tidak heran Charlotte dan Pangeran Gabriel pertama kali bertemu saat duduk di bangku kuliah.

Karakter Charlotte dikenal sebagai wanita pemalu, bahkan sempat menjadi bahan gosip teman sekelasnya, walaupun sesama berdarah bangsawan. Namun berkat kehadiran sahabat terdekatnya, ia memiliki keberanian mengangkat kepalanya tegak. Sampai pada suatu hari nanti, ia memiliki perasaan pada pria idolanya.

“Ngomong-ngomong Charlotte, selama ini kau hanya berteman dengan Pangeran Gabriel?” tanya Violet penasaran mendongakkan kepalanya di hadapan Charlotte.

“Maksudmu apa?”

“Bukankah selama ini kau mengidolakannya? Seharusnya kau menyatakan perasaanmu padanya sebelum direbut wanita lain.”

Dengan sigap Charlotte membungkam mulut Violet rapat dengan telapak tangannya sambil mengamati sekelilingnya, takut akan seseorang menguping pembicaraan mereka. Violet menyingkirkan tangan Charlotte kasar, mendengkus kesal.

“Kenapa kau malahan menutup mulutku?” tanya Violet kesal.

“Aish, kenapa kau berbicara tidak disaring dulu! Bagaimana kalau orang lain mendengar perkataanmu barusan. Pasti gosip akan menyebar di manapun,” gerutu Charlotte bibirnya mengerucut.

“Hehe maaf. Tapi lagipula kau sungguh tidak menyukainya sama sekali?”

“Kau ini bicara apa sih! Kasta keluarganya dengan keluarga kita sangat berbeda jauh. Dia itu adalah seorang pangeran kerajaan ini. Mustahil seorang pangeran menyukai wanita biasa sepertiku, walaupun keluarga bangsawan.”

“Hmm bagiku tidak mustahil selama kau mencobanya.”

“Sudah jelas kita tidak mungkin menikah dengan anggota keluarga kerajaan. Kalau seandainya itu terjadi, memang ada sebuah keajaiban yang nyata dalam hidupku.”

“Baiklah, bagaimana kalau kita taruhan saja?”

“Taruhan denganku juga sudah pasti aku yang menang.” Charlotte menaikkan alisnya berlagak sombong.

“Belum tentu pemikiranmu itu sepenuhnya benar. Sebaiknya kau ikut denganku saja!” ajak Violet menggandeng tangan Charlotte keluar dari kelas.

Ketika mereka berdua sedang berjalan sepanjang koridor, raut wajah Charlotte penuh penasaran hingga dahinya berkerut.

“Sebenarnya kau akan mengajakku ke mana sih?”

“Yang pasti ke suatu tempat yang sangat kau suka.”

Di tengah jalan, tiba-tiba terdengar suara alunan musik klasik yang diiringi menggunakan piano. Mendengar iramanya saat ini, membuat hatinya terasa sangat tenang. Tanpa ia sadari, langkah kakinya mengikuti sumber suara tersebut yang diikuti Violet dari belakang. Semakin lama suaranya terdengar sangat jelas, hingga pada akhirnya ia menghentikan langkah kaki di depan sebuah ruang musik.

Dengan penuh rasa penasaran, Charlotte mengintip sosok orang yang bermain piano saat ini melalui kaca jendela yang kebetulan tidak ditutupi tirai sepenuhnya. Matanya terbelalak sempurna ketika memandangi sosok orang tersebut adalah pria idolanya.

“Kenapa wajahmu seperti itu?” tanya Violet terheran.

“Panjang umur dia.”

“Jangan bilang Pangeran Gabriel yang bermain pianonya.”

“Memang dia adalah pianis professional yang pernah kutemui selama ini,” tutur Charlotte berdecak kagum dengan pandangan berbinar.

“Kau tidak akan masuk?”

“Tidak mau, aku tidak akan mengganggu konsentrasinya.”

“Tapi bukankah ini kesempatan bagus untuk mengujinya?” Violet menyunggingkan senyuman nakalnya.

“Tidak sopan kalau mengganggunya sekarang.”

“Kau lebih memilih dia direbut wanita lain atau kau mengujinya sekarang?”

“Kalau itu sih…”

“Sudahlah, sebaiknya kau ikut instruksiku saja.”

Tanpa berpikir panjang, Violet langsung mendorong pintu kelas sehingga terbuka dengan lebar sekarang, membuat Gabriel menghentikan aksinya sejenak. Tatapan Charlotte menyeringai pada Violet, lalu memukul lengannya pelan.

“Aish, kenapa kau sungguh melakukannya!” omel Charlotte.

“Bukankah kau ingin mengujinya? Maka dari itu, aku tidak sabar menunggunya,” bisik Violet pelan tertawa usil.

Sementara sorot mata Gabriel terfokus pada wanita pujaan hatinya yang penampilannya terlihat bersinar di matanya, walaupun situasi saat ini sedikit terlihat canggung. Secara spontan, kakinya terangkat menghampiri kedua gadis yang sedang berdebat.

“Nona Charlotte,” panggil Gabriel pelan.

Charlotte membulatkan matanya dengan sempurna sambil berlutut di hadapannya, memasang wajah memelas.

“Ampuni saya, Pangeran Gabriel,” bujuk Charlotte sopan.

“Kenapa kau berlutut di hadapanku?” tanya Gabriel bingung, memiringkan kepalanya.

“Kalau begitu, saya akan meninggalkan kalian berdua di sini.” Tanpa rasa bersalah, Violet berlari secepat kilat meninggalkan mereka.

Kini situasi di dalam ruangan hanya tersisa mereka berdua sehingga semakin canggung. Gabriel menutup pintu ruangan dengan rapat, kemudian berjongkok di hadapan Charlotte yang masih saja berlutut.

“Pangeran Gabriel, kenapa Anda berlutut di hadapan saya? Seharusnya saya yang berlutut.”

“Nona Charlotte, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”

“Sebaiknya Anda penggal kepala saya. Tadi saya melakukan hal yang tidak pantas dilakukan,” tutur Charlotte gelagapan semakin menundukkan kepalanya.

“Angkat kepalamu,” pinta Gabriel pelan.

Charlotte menurutinya, mengangkat kepalanya pelan membuka matanya lebar di depan mata pria tampan. Reaksinya bukan marah, melainkan tangan kanannya mengelus kepala Charlotte lembut.

“Pangeran Gabriel…” lirih Charlotte.

“Aku tidak tega memenggal kepala wanita yang paling kusukai seumur hdupku,” lontar Gabriel santai.

Tubuh Charlotte mematung ketika mendengar lontaran mengejutkan dari sang Pangeran. Bola matanya dengan sigap menghindari pandangannya, menggeser tubuhnya pelan.

“Saya…tidak pantas…menjadi wanita Anda.”

“Kenapa kau berpikiran begitu?”

“Itu karena—”

“Apakah mungkin karena perbedaan kasta?”

Charlotte mengangguk pelan, melihat reaksinya barusan membuat Gabriel tertawa kikuk.

“Kenapa Anda tertawa?”

“Kau lucu sekali, Nona Charlotte. Aku tidak memedulikan adanya kasta sama sekali. Kau tetaplah seorang wanita di mataku. Wanita yang mampu membuat hidupku semakin bersinar di masa depan.”

“Tapi saya tidak melakukan banyak hal pada Anda. Terutama kesalahan yang saya perbuat barusan yang sangat mengganggu ketenangan Anda memainkan piano.”

“Nona Charlotte Viscount, justru aku sangat bahagia mengetahui kau yang mendatangiku barusan. Aku sudah menunggu kedatanganmu cukup lama tadi.”

“Maaf?”

Gabriel membangkitkan tubuhnya lalu mengulurkan tangan kanannya pada Charlotte, mengukir senyuman hangat pada wajahnya.

“Berdirilah dan pegang tanganku.”

“Maaf atas kelancangan saya.”

Tanpa perlu berlama, Charlotte menggenggam tangannya membangkitkan tubuhnya perlahan sambil menundukkan kepalanya hormat. Gabriel mendekatkan bibirnya pada puncak kepalanya, mendaratkan ciuman manisnya mendalam selama beberapa detik.

“Pangeran Gabriel…”

“Ini membuktikan aku sangat menyayangimu. Hanya kau, wanita satu-satunya yang aku sentuh sepanjang hidupku. Melihat karaktermu yang sangat baik di antara semua wanita, aku semakin menyukaimu. Dilihat dari pancaran matamu yang penuh ambisi, aku yakin sekali kau kelak akan menjadi wanita pantang menyerah, walaupun dihadapi masalah yang sulit,” ungkap Gabriel dengan tatapan tulus menggenggam erat tangan Charlotte.

“Saya tidak menyangka Anda sangat menyukai saya,” balas Charlotte merendah.

“Nona Charlotte Viscount, maukah kau menjadi kekasihku?” Dengan penuh percaya diri, Gabriel mengecup punggung tangan Charlotte lembut.

Jantung Charlotte kini semakin berdebar hingga hatinya ingin melayang bebas di udara. Selain pertama kali ditembak perasaan oleh seorang pria, baginya ini juga momen terlangka dalam hidupnya yaitu diajak menjadi kekasih seorang Pangeran sekaligus idolanya. Mimpi yang ia pendam selama ini, akhirnya terwujud tanpa membutuhkan perjuangan besar untuk mendapatkan hatinya.

Tanpa berpikir lama, Charlotte mengangguk pelan menandakan bahwa ia menyetujuinya, lalu mengukir senyuman bahagianya.

“Saya bersedia menjadi kekasih Anda, karena sebenarnya sejak dulu saya menyukai Anda.”

“Syukurlah, kau menerimaku barusan. Bisa disimpulkan mulai sekarang, kita akan berkencan. Lalu kau bisa berbicara santai denganku.”

“Tapi Pangeran Gabriel, bukankah ini adalah perbuatan dosa?”

“Astaga, kau memang polos sekali! Aku justru sangat nyaman kalau kau berbicara santai denganku. Hubungan kita sekarang sudah dalam, aku tidak ingin gaya bicaramu padaku seperti orang asing.”

“Lalu saya harus memanggil Anda apa?”

“Panggil aku Gabriel saja. Aku ingin dipanggil santai olehmu. Aku juga akan memanggilmu Charlotte, mulai detik ini.”

“Baiklah, Gabriel, mulai sekarang aku memanggilmu seperti itu.” Pandangan Charlotte berbinar memandangi ketampanan wajah sang Pangeran.

“Ngomong-ngomong Charlotte, maukah kau bermain piano bersamaku? Sejak dulu sebenarnya aku ingin bermain bersama wanita yang kusayangi.”

“Tentu saja aku tidak menolaknya sama sekali.”

Sang pangeran menuntun wanita pujaan hatinya menduduki bangku di depan piano, saling duduk bersebelahan. Mereka mulai memainkan sebuah instrument klasik andalan mereka, bermainnya penuh perasaan.

“Aku sangat bahagia kau sungguh membuka pintunya tadi,” ucap Gabriel sambil menatapnya.

“Memangnya ada apa kalau aku yang membuka pintunya?”

“Berarti memang menandakan bahwa kau adalah cinta sejatiku. Aku ingin kau menjadi milikku sampai seterusnya.”

“Bagaimana kalau seandainya yang membuka pintu, bukanlah aku?”

“Tenang saja, aku tetap akan mencarimu karena semenjak pertama kali kita bertemu, hatimu sudah melekat padaku secara permanen. Aku sangat menyayangimu, Charlotte.” Gabriel mencium pipinya sekilas.

Charlotte menyandarkan kepala pada pundak lebarnya dengan manja.

“Aku juga sangat menyayangimu, Gabriel.”

Related chapters

  • Fight For Love   Chapter 7 - Lost Him

    Mengingat momen indah waktu itu, kini tangisan Charlotte semakin pecah hingga buliran air mata membanjiri pipinya. Secara spontan Violet mengambilkan sapu tangan, lalu menyeka air mata pelan sambil menepuk pundak Charlotte berirama untuk menenangkannya. “Maaf, gara-gara aku, kau jadi menangis seperti ini,” sesal Violet menunduk bersalah. “Aku merindukan…kehangatan tubuhnya, sikapnya waktu itu walaupun dia baru saja menyatakan perasaannya padaku, aku sangat mencintainya.” “Maka dari itu, kau harus tetap kuat supaya bisa bertemu dengannya lagi.” “Iya, aku mengerti.” “Aduh, makanannya jadi dingin begini akibat aku memintamu untuk bercerita panjang lebar. Kalau begitu akan aku menyuruh pelayan membuatkan makanan yang hangat untukmu.” Ketika Violet ingin beranjak dari sofa, tangan kanan Charlotte menyentuh lengan Violet, mencegahnya pergi. “Jangan tinggalkan aku! Aku tidak mempermasalahkan makanannya menjadi dingin.” Charlotte meren

    Last Updated : 2021-05-01
  • Fight For Love   Chapter 8 - Mourning

    Peristiwa menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris Lucas, masih saja menggemparkan seluruh negeri setelah berlangsung selama beberapa hari. Awal mulanya didatangkan kabar menggembirakan mengenai pernikahan Pangeran Gabriel, kini digantikan menjadi kabar duka yang melibatkan kemungkinan kematiannya. Untuk saat ini, pihak kepolisian kerajaan dan Badan Intelijen Nasional masih menginvestigasikan kasus ini lebih lanjut. Terutama putri keluarga Viscount, kini berada di istana menemani sang Raja dan Ratu kerajaan yang sedang berkeluh kesah atas hilangnya putra mereka. “Yang Mulia Raja dan Ratu, maafkan hamba,” sesal Charlotte sambil berlutut di hadapan Raja dan Ratu menundukkan kepalanya hormat. “Kenapa Anda meminta maaf pada kami?” tanya Raja Arthur bingung. “Seharusnya hamba mencegahnya pergi mengunjungi Tuan Alexander. Seandainya saja Pangeran Gabriel tidak pergi, maka dia sampai sekarang masih tetap berada di istana.” “Angkat kepala Anda, N

    Last Updated : 2021-05-01
  • Fight For Love   Chapter 9 - Mysterious Accident

    Pikiran Charlotte saat ini terfokus pada insiden kecelakaan pesawat yang dialami Pangeran Gabriel. Tiba-tiba ia teringat dengan urusan penting yang ingin disampaikan Tuan Alexander tiba-tiba sebelum hari pernikahannya. Yang membuatnya bingung adalah kenapa Tuan Alexander memberitahukan sesuatu penting kebetulan tepat di hari sebelum pernikahannya. Lalu, pikirannya beralih pada rekaman pesawat yang sedikit aneh baginya. Biasanya selama ini, ketika ia melakukan perjalanan dengan Pangeran Gabriel, dalam kondisi cuaca buruk pesawatnya tetap berfungsi dengan baik. Namun entah kenapa kejadian pesawat ini terjadi saat sehari sebelum pernikahan dan saat Tuan Alexander ingin menyampaikan sesuatu penting pada Pangeran Gabriel. Tidak berani mengambil kesimpulan terlebih dahulu, yang pasti baginya ada sesuatu yang sangat mengusik pikirannya sekarang, sehingga membuat dirinya kesulitan tidur, bukan karena memikirkan masalah duka. Detik demi detik terus berjalan, kini waktu tengah

    Last Updated : 2021-05-02
  • Fight For Love   Chapter 10 - Misunderstanding

    Ding…dong… Terdengar suara bel rumah yang nyaring. Dengan sigap Charlotte beranjak dari sofa, lalu membuka pintu rumahnya. Namun, orang yang menekan tombol belnya adalah petugas dari Badan Intelijen Nasional. Dirinya kebingungan dengan situasi saat ini, sehingga salivanya sulit ditelan dan memiliki firasat buruk mengenai hal ini. “Nona Charlotte,” panggil ketua tim yang terdengar agak kurang ramah. “Iya, ada apa berkunjung kediaman saya tiba-tiba?” sahut Charlotte memasang wajah polosnya. “Kami menerima laporan bahwa Anda terlibat dalam kasus kecelakaan pesawat Pangeran Gabriel, harap ikut dengan kami!” Kini Charlotte berdiri mematung seperti terkena sambaran petir. Mendengar tuduhannya barusan, membuat dirinya sedikit ketakutan apalagi mengingat ia baru saja mendiskusikan hal ini dengan Violet. Matanya terbelalak dan kepalanya terangkat percaya diri, lalu membantah tuduhannya sopan. “Barusan Anda mengatakan apa? Saya terlibat dalam ke

    Last Updated : 2021-05-02
  • Fight For Love   Chapter 11 - Imprisonment

    Mengingat masa itu, membuat Charlotte sangat menyesali atas perbuatannya. Terutama perkataannya yang setajam silet sangat menghantuinya hingga saat ini. Padahal calon suaminya sudah membuktikan rasa cinta yang begitu besar padanya, namun karena keegoisannya, hubungan asmara mereka menjadi hancur berkeping-keping. Kini bola matanya sangat merah dan hidungnya tersumbat akibat menangis terisak. Menatap kondisi emosi Charlotte yang tidak stabil sekarang, secara spontan ketua tim penyidik mengambilkan sebuah kotak tisu untuknya. “Bersihkan air mata Anda terlebih dahulu,” usul ketua tim pelan, menunjukkan sedikit rasa empatinya. Charlotte tidak menghiraukannya sama sekali, dengan sigap ia mengambil beberapa lembaran tisu, mulai menyeka bercak air mata pada setiap sisi wajahnya, hingga bedaknya agak luntur. Untung saja ketua tim penyidik merasa sedikit kasihan padanya, maka ia menunggu Charlotte dengan sabar supaya bisa melanjutkan interogasinya lagi. Beberapa saat

    Last Updated : 2021-05-02
  • Fight For Love   Chapter 12 - Escape

    Terkadang banyak orang mengatakan bahwa keajaiban pasti akan mendatang, entah kapan datangnya. Terutama ketika kita sedang mengalami masalah berat dan keajaiban itu timbul secara tiba-tiba, kita pasti berpikir bahwa doa kita cepat terkabul begitu saja. Seperti halnya dengan Charlotte, situasinya saat ini sedang mengalami musibah, dikurung dalam sel sementara yang hampa, namun tiba-tiba terdengar suara teriakan petugas Badan Intelijen Nasional berkata bahwa adanya penyusup memasuki area ini. Entah itu penyusup sungguhan atau tidak, Charlotte tidak memedulikannya sama sekali. Malahan saat ini ia sangat bingung dengan keadaannya, apalagi sekarang tidak ada siapapun yang berjaga di depan selnya, sehingga ia memiliki pemikiran untuk melepaskan dirinya dari sini. Sorot matanya terfokus pada sebuah kunci yang bergantungan pada sebuah tembok, membuat dirinya ingin meraih kunci tersebut. Namun tiba-tiba terdapat seseorang memasuki area ini, yang wajahnya tidak terlihat jelas

    Last Updated : 2021-05-02
  • Fight For Love   Chapter 13 - Royal Secret Agent

    Orang misterius membawa sang putri bangsawan menuju suatu tempat yang lumayan terlihat megah dari depan, tidak kalah jauh dengan kediamannya. Ketika ia menuntunnya memasuki kediamannya dan menyalakan lampu, sang putri bangsawan membulatkan matanya dengan sempurna memandangi sekeliling rumah ini terlihat mewah di dalam. Namun, saat ini ia masih bingung dengan sosok pahlawan yang baru saja menolongnya dari bahaya. Pandangannya beralih pada orang itu yang masih menggunakan masker dan topi. Dengan penuh rasa penasaran, Charlotte menyipitkan matanya curiga, melangkahkan kakinya pelan mendekatinya, sehingga orang itu terlihat gugup sekarang. “Apa...yang sedang Anda lakukan?” “Sebenarnya sejak tadi, saya penasaran dengan identitas Anda sebenarnya. Kalau dibilang penyusup, sepertinya sangat mustahil karena Anda menolong saya sampai bertaruh nyawa. Lalu, kediaman Anda yang terlihat mewah, seolah-olah seperti Anda merupakan orang berdarah bangsawan,” lontar Charlotte s

    Last Updated : 2021-06-04
  • Fight For Love   Chapter 14 - Unexpected Meeting

    Ding…dong… Tiba-tiba seseorang sedang menekan tombol bel rumah Alfred di tengah perbincangan santai mereka. Charlotte menelan salivanya berat, beranjak dari sofa sambil berjongkok perlahan dengan ketakutan. Sementara Alfred memandangi tingkah Charlotte yang menurutnya sangat aneh, spontan tertawa meledeknya. “Kenapa kau menertawaiku?” tanya Charlotte, dahinya mengernyit. “Memang sikapmu yang penakut tidak pernah berubah sejak dulu.” “Aku bersikap seperti ini karena masih trauma dengan kejadian sebelumnya.” Charlotte semakin merinding apalagi takut dirinya sungguh ditangkap dan disiksa lebih kejam lagi di ruang hampa yang sedikit pengap. “Dasar penakut!” “Sebaiknya kau cepat bersembunyi sekarang!” usul Charlotte panik. “Untuk apa aku bersembunyi? Memangnya kita ada salah apa seperti tikus bersembunyi saja.” “Sudah jelas yang menekan bel adalah petugas Badan Intelijen Nasional, kan? Aku tidak menyangka kediamanmu in

    Last Updated : 2021-06-04

Latest chapter

  • Fight For Love   Special Chapter 3 - Everlasting Love

    Kejutan yang dimaksud sang Pangeran sebelumnya adalah sebuah video romantis mengenai perjalanan hubungan cintanya sejak berteman hingga memiliki seorang anak. Masih di puncak menara luas, Pangeran dan istrinya menyaksikan video editannya sambil menimang putranya yang terlihat mulai mengantuk. Sambil menikmati wine juga sebagai pelengkap merayakannya. Berdurasi selama beberapa menit, tidak hanya tampilan foto kemesraan mereka saja dan video-video berkaitan aktivitas romantis, tapi diselipkan juga ungkapan isi hati Pangeran setiap kali video itu bergilir dan disertai backsound kumpulan lagu romantis favorit mereka. Yang lebih mengharukan lagi, video kejutan itu ditutupi dengan video acara pernikahan mereka yang berlangsung dari pemberkatan di gereja hingga pesta dansa, dengan backsound lagu ciptaannya sendiri untuk istri tercinta berjudul “Love Charlotte”. Manik mata Charlotte semakin berkaca-kaca, tidak bisa menahan rasa bahagianya l

  • Fight For Love   Special Chapter 2 - Lovely Gift

    Seketika pertandingan berakhir, mengamati sang pemenang yang berhak membawa pulang medali emas, dengan cepat Charlotte membangkitkan tubuhnya bertepuk tangan meriah menyorakki suaminya yang menjadi pemenang dalam perlombaan ini. Sedangkan sang Ratu juga turut bahagia mengetahui putranya memenangkan perlombaan, langsung mendekap tubuh menantunya hangat. “Ibu…Gabriel berhasil!” sorak Charlotte girang. “Sudah ibu duga sejak awal, suamimu pasti berjuang demi dirimu, Charlotte. Ibu sangat bangga pada kalian berdua.” Sedangkan yang berhasil meraih medali perak dan perunggu adalah Alfred dan Harvey. Meski Alfred tidak berhasil meraih posisi pertama, tetap saja Violet sudah sangat bersyukur bahkan masih sempat memberi selamat kepada Charlotte. Begitu juga Agnes yang awalnya percaya diri suaminya akan menang, ia tetap menerima pencapaian yang berhasil diraih suaminya dengan lapang dada. Ketiga sahabat Charlotte menghampiri Charlotte untuk memberi selamat sambil saling

  • Fight For Love   Special Chapter 1 - Horse Racing

    Seiring waktunya berjalan, keluarga kecil sang Pangeran terus terlihat harmonis, bahkan saat dilanda kesibukan mengurus urusan kerajaan, tetap saja hubungan antara orang tua dan anak semakin dekat. Setiap kali Pangeran dan istrinya bepergian mengadakan pertemuan, pangeran kecil dirawat ibunya Charlotte, karena tidak ingin mengandalkan pengasuh. Apalagi takut terjadi sesuatu pada anak mereka jika dirawat orang lain. Seperti biasa sang Pangeran mengajak istrinya pergi berkuda di tempat pacuan kuda khusus keluarga kerajaan. Tapi, kali ini mereka melakukannya saat hari biasa, karena besok Pangeran harus berpartisipasi dalam turnamen berkuda. Sebelum mengajak kuda putihnya yang suka cemburu, Gabriel memberinya makan wortel berkualitas tinggi supaya tidak mengambek di tengah jalan. “Ngomong-ngomong Sayang, apakah White bisa diajak kerjasama besok?” tanya Charlotte sedikit ragu, mengingat White terkadang memberontak. “Tenang saja, sejak dulu dia bisa diandal

  • Fight For Love   Chapter 97 - Happy For All

    Waktu terus berjalan tanpa hentinya, semua orang dalam negeri ini masih hidup dengan damai tanpa adanya gangguan apapun. Terutama semua kerabat dekat Gabriel dan Charlotte, kini mereka menjalani kehidupan bahagia mereka masing-masing. Seperti halnya Harvey dan Agnes kini hidup mereka semakin terasa bahagia seiring waktu berjalan, karena mereka sekarang adalah sepasang suami istri sama seperti halnya dengan dua pasangan lainnya yang sudah menikah lebih awal. Karena hari ini adalah hari libur, seperti biasa Harvey mengajak istrinya menuju sebuah pusat perbelanjaan elit untuk keluarga bangsawan membelikan banyak masker wajah untuk mereka berdua. Apalagi melihat Harvey yang memborong banyak masker wajah dengan merk mahal, hingga Agnes menganga berdiri mematung. “Harvey, bukankah ini kebanyakan?” Mata Agnes terbelalak sempurna. “Wajahmu harus terlihat berkilauan saat kau sekarang menjadi istriku. Maka dari itu, aku sengaja membelikan semua masker mahal unt

  • Fight For Love   Chapter 96 - Meaningful Design

    Detik demi detik terus berjalan. Tidak terasa sang Pangeran dan istrinya menjalin kehidupan rumah tangganya beberapa bulan. Tidak hanya mereka yang selalu menjalani kehidupan mereka dengan bahagia, semua kerabatnya yang telah memiliki pasangan masing-masing juga tidak kalah bahagia. Apalagi agen rahasia kerajaan juga telah menikah dengan wanita paling dicintainya. Saat ini, usia kandungan memasuki masa dua bulan. Bisa dikatakan berat badan Charlotte semakin bertambah, namun perutnya belum terlihat terlalu buncit. Segala aktivitas yang ia lakukan mulai berkurang, mengingat peringatan dokter kandungan demi kesehatan bayi mungil dalam kandungan. Yang bisa dilakukannya selama mengandung bayinya adalah bersantai di sofa menonton TV sambil mengemil cookies favoritnya sendirian. Sebenarnya kegiatan Pangeran juga tidak terlalu banyak belakangan ini, namun terkadang ia harus meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan kewajibannya demi kerajaan Godnation. Mengadakan

  • Fight For Love   Chapter 95 - Power Of Love

    Di sisi lain, sepasang kekasih lainnya juga saling bermesraan. Namun, bedanya kali ini mereka tidak berkencan di manapun. Penampilan Alfred sudah terlihat sempurna, bersiap ingin bertemu dengan calon mertuanya langsung. Sejak hari lamaran, Alfred dan Violet sudah merencanakan pertemuannya serta melakukan reservasi restoran bintang lima terlebih dahulu. Penampilan ibunya Violet kini tidak kalah cantik dengan putrinya, dengan balutan gaun elegan walaupun terlihat sederhana. Sebenarnya dirinya sedikit bingung dengan rencana putrinya tiba-tiba mengajak makan malam tiba-tiba. Sambil menunggu kedatangan Alfred, ibunya Violet terus bermondar-mandir di ruang tamu seperti sedang menyetrika baju. Melihat tingkah ibunya sangat memusingkan, Violet beranjak dari sofa sejenak menghentikan aksinya. “Ibu sebaiknya menunggu sabar saja,” usulnya pelan. “Sebenarnya ibu sangat penasaran dengan kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin mengadakan makan malam bersama? Padahal

  • Fight For Love   Chapter 94 - Storytelling

    Lucas memperlihatkan agenda hariannya pada sang Pangeran melalui layar tab. Reaksi Pangeran langsung memutar bola matanya bermalasan, karena dirinya sebenarnya malas menjalani tugasnya kembali menjadi Pangeran negeri ini. “Aku malas melakukannya, lebih baik aku di istana selama seharian bersama istriku.” “Sayang,” panggil Charlotte manis. Secara spontan Gabriel merangkul pundaknya mesra, sorot matanya terfokus padanya. “Semakin manis kau memanggilku, aku juga akan memperlakukanmu semakin manis juga.” “Sayang, sebaiknya kau pergi bertugas saja. Jangan menetap di sini terus,” saran Charlotte lembut. “Tidak mau, nanti siapa yang akan menemanimu di sini. Kalau terjadi sesuatu padamu, gimana nantinya. Lagipula kunjungan ini juga tidak terlalu penting.” “Memangnya hari ini kau ada kunjungan ke mana?” “Ke panti asuhan untuk membaca dongeng.” “Oh, kalau hanya ke panti asuhan, sudah pasti aku ingin ikut denganmu

  • Fight For Love   Chapter 93 - Cravings

    Tidak terasa kini hari sudah gelap. Usai menyantap makan malam, sepasang pengantin baru melanjutkan aktivitasnya lagi di dalam kamar mereka. Sejak memasuki masa hamil, sikap Charlotte sedikit kekanak-kanakan suka merengek pada suaminya. Apalagi sekarang ia duduk sendirian di ranjang luas, menunggu sang Pangeran selesai membersihkan dirinya sampai sedikit bosan. Baru saja lima menit berlalu, entah kenapa rasanya ia sudah merindukannya dan ingin melihat wajahnya dalam durasi lama. Kedua kakinya merapat di ranjang, lututnya digunakan untuk menopang kepalanya sambil merenungkannya dengan wajah cemberut. “Aku merindukanmu, Sayang. Jangan mandinya terlalu lama,” gumamnya lesuh. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka lebar. Dengan cepat kepalanya terangkat ringan sambil memandangi suaminya terlihat sangat menyegarkan dalam kondisi rambutnya basah dan dada bidangnya yang kekar. Sorot matanya terpaku padanya saat ini, tanpa disadari senyuman ceri

  • Fight For Love   Chapter 92 - Two News

    Jantung Violet kini berdebar kencang hingga tidak bisa mengendalikan air matanya terus membasahi pipinya. Pada akhirnya setelah menunggu lama, dirinya dilamar langsung oleh pria dicintainya walaupun hubungan asmara mereka baru berjalan hampir dua bulan. Tanpa perlu berpikir lama, Violet mengangguk pelan, mengukir senyuman bahagia pada wajahnya sambil menggenggam buket bunga erat. “Tentu saja aku bersedia menikah denganmu. Aku tidak sabar menjadi pendamping hidupmu nanti. Aku sangat mencintaimu, Alfred.” Violet mengungkapnya lantang dengan penuh percaya diri. Alfred memakaikan cincin lamaran pada jari manis kekasihnya sambil membangkitkan tubuhnya perlahan. “Aku juga mencintaimu, Violet. Mulai sekarang statusmu adalah tunanganku dan menjadi milikku.” “Terima kasih sudah bersedia menerimaku sebagai tunanganmu.” Secara spontan mereka saling menautkan bibir mereka bersamaan, melakukan ciuman manisnya untuk merayakan momen terindah dalam hidup mere

DMCA.com Protection Status