Ding…dong…
Terdengar suara bel rumah yang nyaring. Dengan sigap Charlotte beranjak dari sofa, lalu membuka pintu rumahnya. Namun, orang yang menekan tombol belnya adalah petugas dari Badan Intelijen Nasional. Dirinya kebingungan dengan situasi saat ini, sehingga salivanya sulit ditelan dan memiliki firasat buruk mengenai hal ini.
“Nona Charlotte,” panggil ketua tim yang terdengar agak kurang ramah.
“Iya, ada apa berkunjung kediaman saya tiba-tiba?” sahut Charlotte memasang wajah polosnya.
“Kami menerima laporan bahwa Anda terlibat dalam kasus kecelakaan pesawat Pangeran Gabriel, harap ikut dengan kami!”
Kini Charlotte berdiri mematung seperti terkena sambaran petir. Mendengar tuduhannya barusan, membuat dirinya sedikit ketakutan apalagi mengingat ia baru saja mendiskusikan hal ini dengan Violet. Matanya terbelalak dan kepalanya terangkat percaya diri, lalu membantah tuduhannya sopan.
“Barusan Anda mengatakan apa? Saya terlibat dalam kecelakaan pesawat? Bukankah rekaman pesawat terbukti bahwa mesin pesawat yang meledak tiba-tiba?” Charlotte sengaja melontarkan pertanyaannya seperti itu seolah-olah tidak terjadi apapun.
“Kami memiliki bukti bahwa Anda memiliki motif untuk mencelakakan Pangeran, harap tidak memberontak dan ikut dengan kami!”
Para petugas Badan Intelijen Nasional mengepungnya dan memperlakukan seperti seorang tersangka. Untuk pertama kalinya seorang putri bangsawan dibawa paksa keluar dari kediamannya. Petugas tersebut tidak memedulikan statusnya, karena mereka hanya memercayai bukti yang dimilikinya entah di dapat dari mana.
Mengamati temannya diperlakukan kasar tiba-tiba dan juga memberikan tuduhan palsu, dengan kakinya lincah Violet beranjak dari sofa berlari menghampiri temannya yang akan diseret paksa. Ia langsung melepaskan genggaman erat tangannya dan melindungi Charlotte dari depan dengan tatapan tajam.
“Lepaskan teman saya!”
“Apa yang barusan Anda lakukan?” ketus ketua tim penyidik.
“Beraninya Anda berbuat lancang pada Nona Charlotte! Apakah Anda tidak tahu, wanita tepat di sebelah saya adalah tunangan Pangeran Gabriel?” bentak Violet mendengkus kesal sambil merentangkan kedua tangannya lebar, menghadang jalan para petugas tersebut.
“Entah dia adalah tunangan Pangeran atau tidak, tetap saja harus mengikuti aturan hukum. Untuk sementara ini, kami akan menginterogasi Nona Charlotte terlebih dahulu!”
Helaan napas lesuh dihembuskan dari rongga mulut Charlotte. Tangan kanannya menyentuh pundak sahabatnya, mengulum senyuman percaya diri sambil mendekatkan bibirnya pada daun telinganya.
“Aku akan baik-baik saja. Kau tidak perlu terlalu mencemaskanku,” bisiknya pelan.
“Tapi kalau seandainya terjadi sesuatu yang tidak terduga padamu, gimana? Ini semua kelihatannya sangat janggal.”
“Kita tidak mungkin melawannya. Kalau seandainya aku melawan, aku sudah terlihat seperti tersangka sesungguhnya. Kia tidak boleh bertindak gegabah. Untuk saat ini, sebaiknya kita menuruti aturan saja. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya sekarang.”
“Nanti ibumu bisa syok, jika mengetahuinya.”
“Tolong sampaikan saja padanya bahwa aku dipanggil sebentar karena ada urusan penting.”
“Tapi—”
Belum selesai membalas perkataannya, para anggota Badan Intelijen Nasional membawa Charlotte paksa keluar dari rumahnya. Kedua tangannya tidak diborgol, namun digenggam erat seperti diikat tali supaya tidak bisa kabur ke manapun. Sementara violet menduduki sofanya lemas sambil mengacak-acak rambutnya seperti orang tidak waras.
Setibanya di ruang interogasi, Charlotte duduk berhadapan dengan ketua tim penyidik, memasang raut wajah polosnya, karena ia harus tampil percaya diri untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah sama sekali. Di benak pikirannya saat ini, sebenarnya juga ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Di tengah perbincangannya dengan Violet di kediamannya mengenai pelaku dibalik insiden kecelakaan pesawat, kenapa tiba-tiba bisa terdapat laporan bahwa dirinya terlibat dalam insiden ini. Padahal ia baru saja membicarakannya, namun sudah ditangkap di luar dugaan.
Dahinya mengernyit, ia terus berpikir keras mengenai semua kejanggalan masalah yang dihadapinya sekarang. Terutama sorot matanya memandangi sekeliling ruang interogasi yang kedap suara, ditambah AC ruangan ini sangat dingin, seperti dirinya merupakan seorang tersangka kasus pembunuhan. Maka dari itu, suhu ruangannya sengaja diatur paling rendah oleh petugas untuk membuatnya sedikit gugup dalam proses interogasi.
“Nona Charlotte,” panggil ketua tim penyidik berwajah serius.
“Kenapa Anda memanggil saya ke sini?” Charlotte menyahutinya seperti tidak bersalah sama sekali, masih bisa melipat kedua tangannya di depan dada.
“Bukankah sebelumnya sudah dikatakan, kami memiliki bukti bahwa Anda memiliki motif untuk mencelakakan Pangeran Gabriel.”
“Kalau begitu, di mana buktinya? Sebelum memberikan kesimpulan sembarangan, sebaiknya Anda berpikir secara matang terlebih dahulu,” seloroh Charlotte mengangkat alisnya.
Ketua tim penyelidik mengeluarkan sebuah laptop, memperlihatkan kepada Charlotte yaitu sebuah rekaman CCTV. Charlotte membulatkan matanya dengan sempurna ketika memandangi rekaman CCTV tersebut merekam dirinya dan calon suaminya sedang bertengkar cukup hebat.
“Apa…maksudnya ini?” tanya Charlotte sedikit gugup.
“Ini rekaman CCTV membuktikan bahwa Anda bertengkar dahsyat dengan Pangeran Gabriel sebelum terjadinya insiden pesawat. Selain itu, kami juga mendapatkan laporan dari anonim bahwa Anda sangat membenci Pangeran hingga tidak ingin melihatnya lagi,” jelas ketua tim penyidik panjang lebar.
Tangan kanan Charlotte terkepal kuat, rasanya ingin mencengkeram leher ketua tim penyidik yang baru saja mengatakan hal yang tidak sepantasnya dilontarkan dari mulutnya. Matanya mulai memerah, ia menarik napasnya panjang, menghembuskannya dalam.
“Beraninya Anda berkata lancang! Apakah telinga Anda rusak, tidak mendengar penjelasan sahabat saya tadi!” sarkas Charlotte amarahnya meledak.
“Kalau seandainya Anda percaya diri bahwa bukan Anda adalah pelakunya, bisa tolong jelaskan maksud dari rekaman CCTV ini? Jika Anda menjelaskan semuanya pada kami, kemungkinan Anda tidak akan dijatuhi hukuman berat.”
Charlotte bergeming sejenak, menyilangkan kakinya sambil merenungkan pertikaian yang diperbuat bersama calon suaminya, memang terdengar menyakitkan. Mengingat kejadian tersebut, membuat dirinya ingin memutar waktu dan mengubah masa lalunya supaya tidak mengalami penyesalan besar sekarang. Secara terpaksa, ia harus menceritakannya pada ketua tim penyidik supaya tidak dicurigai sebagai tersangka.
“Baiklah, saya akan menceritakan kejadiannya pada Anda. Tapi dengan syarat, jangan asal menuduh saya!”
“Saya harus mendengarkan kejadian sebenarnya dulu, baru bisa memutuskannya.”
“Jadi sebenarnya…”
***
Kejadian pada saat Charlotte dan Gabriel melakukan pertengkaran cukup hebat selama mereka menjalin hubungan asmara. Namun, pertengkaran ini timbul karena adanya kesalahpahaman, sehingga membuat hati Charlotte sedikit tersakiti.
Saat itu sedang digelar acara perjamuan makan malam bersama di istana untuk merayakan pernikahan Pangeran yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Charlotte telah menunggu sang Pangeran di dalam istana, namun tidak berkunjung datang selama beberapa menit. Maka dari itu, ia memutuskan untuk mencarinya di taman istana sambil mengangkat gaun malamnya dengan anggun.
Namun ketika ia tiba di taman istana, langkah kakinya terhenti ketika memandangi pemandangan yang sangat tidak enak dilihat sekarang. Hatinya seperti terkena sambaran petir menatap posisi Perdana Menteri Agnes seperti sedang mencium pipi kanan Pangeran. Tanpa disadari, langkah kakinya mundur menimbulkan suara hentakan, sehingga Perdana Menteri Agnes menjauhkan wajahnya dari Pangeran, lalu sorot matanya beralih pada Charlotte.
Sedangkan Pangeran Gabriel memandangi tunangannya yang terlihat gugup, langsung berlari menghampirinya.
“Charlotte, ini bukan seperti yang kau bayangkan,” lontarnya berusaha meraih sang kekasih.
Langkah kaki Charlotte semakin mundur lemas, air matanya mulai berlinang pada kelopak matanya sambil memegangi dadanya.
“Tidak ada yang harus kau jelaskan, Gabriel.”
Gabriel menggenggam tangannya dari belakang, mencegahnya pergi. Tapi Charlotte memberontaknya dengan melepaskan genggaman tangannya kasar.
“Lepaskan aku!”
“Kau pasti marah besar begini karena kau berpikir bahwa Agnes menciumku barusan!”
“Lalu apakah itu benar?” Charlotte semakin meninggikan nada bicaranya, memelototinya tajam.
“Aku tidak mungkin membiarkannya melakukan hal kotor begitu!”
“Tapi kenapa kau tadi membiarkannya mencium pipimu? Apakah kau tidak memikirkan perasaanku saat ini?”
“Yang tadi itu, dia bermaksud berbisik denganku.”
“Kalian berdua berada di taman sendirian, kenapa harus berbisik? Tidak ada yang ingin mendengar percakapan kalian!”
“Aku sungguh tidak membohongimu, Charlotte.” Gabriel memasang wajah memelas sambil menggarukkan kepalanya kesal.
“Aku tidak suka calon suamiku merahasiakan sesuatu penting dariku, kau hanya bisa menyakiti perasaanku sekarang!” bentak Charlotte hingga matanya mulai terlihat sembab.
“Charlotte, kumohon percaya denganku!”
“Untuk saat ini, aku tidak ingin melihat wajahmu. Aku sedikit membencimu.”
Charlotte membalikkan tubuhnya ke belakang, menghindari kekasihnya sambil menyeka air mata terus membanjiri pipinya. Namun langkah kakinya dihentikan sang Pangeran. Tangan kanannya ditarik dari belakang sehingga membuat tubuhnya kembali menghadapnya lagi. Lengan kekar Pangeran memeluk tubuh tunangannya, lalu mendaratkan bibirnya pada bibir lembut sang tunangan melakukan ciuman mesra sampai dirinya puas.
Hanya berdurasi singkat, Charlotte langsung melepas tautan bibirnya dan membalikkan tubuhnya lagi.
“Kenapa kau menghindariku? Padahal barusan aku sudah membuktikan bahwa aku sangat mencintaimu!” pekik Gabriel lantang.
“Aku tahu kau sangat mencintaiku, tapi untuk saat ini biarkan aku sendiri. Aku tidak ingin melihatmu!” ketus Charlotte berhati dingin sekarang.
“Kau harus selalu mengingat dalam pikiranmu, bahwa bibirku ini hanya boleh berciuman denganmu saja!”
Charlotte tidak memedulikannya sama sekali, ia tidak menolehkan kepalanya dan meninggalkan kekasihnya sendirian di taman.
“Selamat tinggal, Gabriel.”
***
Mengingat masa itu, membuat Charlotte sangat menyesali atas perbuatannya. Terutama perkataannya yang setajam silet sangat menghantuinya hingga saat ini. Padahal calon suaminya sudah membuktikan rasa cinta yang begitu besar padanya, namun karena keegoisannya, hubungan asmara mereka menjadi hancur berkeping-keping. Kini bola matanya sangat merah dan hidungnya tersumbat akibat menangis terisak. Menatap kondisi emosi Charlotte yang tidak stabil sekarang, secara spontan ketua tim penyidik mengambilkan sebuah kotak tisu untuknya. “Bersihkan air mata Anda terlebih dahulu,” usul ketua tim pelan, menunjukkan sedikit rasa empatinya. Charlotte tidak menghiraukannya sama sekali, dengan sigap ia mengambil beberapa lembaran tisu, mulai menyeka bercak air mata pada setiap sisi wajahnya, hingga bedaknya agak luntur. Untung saja ketua tim penyidik merasa sedikit kasihan padanya, maka ia menunggu Charlotte dengan sabar supaya bisa melanjutkan interogasinya lagi. Beberapa saat
Terkadang banyak orang mengatakan bahwa keajaiban pasti akan mendatang, entah kapan datangnya. Terutama ketika kita sedang mengalami masalah berat dan keajaiban itu timbul secara tiba-tiba, kita pasti berpikir bahwa doa kita cepat terkabul begitu saja. Seperti halnya dengan Charlotte, situasinya saat ini sedang mengalami musibah, dikurung dalam sel sementara yang hampa, namun tiba-tiba terdengar suara teriakan petugas Badan Intelijen Nasional berkata bahwa adanya penyusup memasuki area ini. Entah itu penyusup sungguhan atau tidak, Charlotte tidak memedulikannya sama sekali. Malahan saat ini ia sangat bingung dengan keadaannya, apalagi sekarang tidak ada siapapun yang berjaga di depan selnya, sehingga ia memiliki pemikiran untuk melepaskan dirinya dari sini. Sorot matanya terfokus pada sebuah kunci yang bergantungan pada sebuah tembok, membuat dirinya ingin meraih kunci tersebut. Namun tiba-tiba terdapat seseorang memasuki area ini, yang wajahnya tidak terlihat jelas
Orang misterius membawa sang putri bangsawan menuju suatu tempat yang lumayan terlihat megah dari depan, tidak kalah jauh dengan kediamannya. Ketika ia menuntunnya memasuki kediamannya dan menyalakan lampu, sang putri bangsawan membulatkan matanya dengan sempurna memandangi sekeliling rumah ini terlihat mewah di dalam. Namun, saat ini ia masih bingung dengan sosok pahlawan yang baru saja menolongnya dari bahaya. Pandangannya beralih pada orang itu yang masih menggunakan masker dan topi. Dengan penuh rasa penasaran, Charlotte menyipitkan matanya curiga, melangkahkan kakinya pelan mendekatinya, sehingga orang itu terlihat gugup sekarang. “Apa...yang sedang Anda lakukan?” “Sebenarnya sejak tadi, saya penasaran dengan identitas Anda sebenarnya. Kalau dibilang penyusup, sepertinya sangat mustahil karena Anda menolong saya sampai bertaruh nyawa. Lalu, kediaman Anda yang terlihat mewah, seolah-olah seperti Anda merupakan orang berdarah bangsawan,” lontar Charlotte s
Ding…dong… Tiba-tiba seseorang sedang menekan tombol bel rumah Alfred di tengah perbincangan santai mereka. Charlotte menelan salivanya berat, beranjak dari sofa sambil berjongkok perlahan dengan ketakutan. Sementara Alfred memandangi tingkah Charlotte yang menurutnya sangat aneh, spontan tertawa meledeknya. “Kenapa kau menertawaiku?” tanya Charlotte, dahinya mengernyit. “Memang sikapmu yang penakut tidak pernah berubah sejak dulu.” “Aku bersikap seperti ini karena masih trauma dengan kejadian sebelumnya.” Charlotte semakin merinding apalagi takut dirinya sungguh ditangkap dan disiksa lebih kejam lagi di ruang hampa yang sedikit pengap. “Dasar penakut!” “Sebaiknya kau cepat bersembunyi sekarang!” usul Charlotte panik. “Untuk apa aku bersembunyi? Memangnya kita ada salah apa seperti tikus bersembunyi saja.” “Sudah jelas yang menekan bel adalah petugas Badan Intelijen Nasional, kan? Aku tidak menyangka kediamanmu in
Sementara di sisi lainnya, seorang asisten dari pria tua misterius mengunjungi kantor Badan Intelijen Nasional lalu memasuki area sel sementara. Ketika mengetahui Charlotte tidak menampakkan dirinya, asisten tersebut melonggarkan ikatan dasinya sambil mengibaskan kerah kemejanya akibat kegerahan. “Bagaimana tahanan bisa melarikan diri?” tanya asisten geram. “Saya juga tidak tahu pasti. Ada penyusup yang menerobos tiba-tiba membantu Nona Charlotte melarikan diri dari sini,” jawab ketua tim penyidik. “Aargghh!! Sistem keamanan di sini sangat payah! Bukankah kalian seharusnya menjaganya dengan ketat! Dia adalah tersangka yang terlibat dalam kecelakaan Pangeran!” “Maafkan saya.” “Perlihatkan kepada saya rekaman CCTV saat kejadian!” “Sangat disayangkan kamera CCTV telah dirusak dulu dan sistem komputer sempat diretas tadi.” “Tidak berguna! Kalian sudah tidak dibutuhkan lagi! Kalian bisa kembali bekerja seperti biasa!” Sinar
Seorang pemuda sedang menikmati secangkir teh hangat di halaman belakang rumah khusus kerajaan sambil menikmati pemandangan berada di hutan. Maksud dari di hutan, bukan berarti hutan yang tidak terawat, terlihat seperti di film horror. Namun hutan ini adalah hutan rahasia yang biasanya dijadikan sebagai tempat persembunyian rahasia keluarga kerajaan. Oleh karena itu, pemuda terlihat tampan tersebut merupakan sosok Pangeran yang merupakan korban dari insiden kecelakaan, berhasil selamat dari maut. Sedangkan pemuda lainnya yang diketahui sekretaris Lucas juga selamat bersama Pangeran Gabriel, kini sedang menghampiri Pangeran sambil membawa cangkir tehnya lalu saling duduk berhadapan dengan empat mata. “Bagaimana, Lucas? Bukankah cuaca hari ini terlihat menyejukkan?” “Entah kenapa rasanya kita berdua sedang berada di dunia mimpi. Aku masih tidak menyangka kita selamat dari kecelakaan pesawat.” “Bisa dikatakan ini sebuah keberuntungan,” tutur Gabriel sant
Kini matahari mulai menenggelamkan dirinya, hari sudah mulai gelap, sesuai dengan rencana awal, ketiga serangkai berangkat menuju rumah khusus kerajaan yang terletak di tengah hutan. Alfred menekan tombol starter mobil sambil memanaskan mesin mobilnya, sedangkan Charlotte dan Violet memasukkan barang kebutuhan mereka ke dalam bagasi mobil. “Apakah kebutuhan makananmu sudah cukup?” tanya Charlotte. “Tenang saja, aku membawa banyak makanan, termasuk aku membawa cookies kesukaanmu.” Violet memberikan paper bag untuk Charlotte. “Sepertinya lama-kelamaan aku akan terserang diabetes karena kau selalu memberiku cookies setiap saat.” “Ya sudah, kalau kau tidak mau cookiesnya, biar aku saja yang makan!” Violet merebut kembali paper bag dari genggaman tangan Charlotte, namun Charlotte merebutnya lagi dengan memelototinya tajam. “Siapa bilang aku tidak ingin makan cookiesnya.” “Bukankah tadi ka
Pikiran Charlotte terus terusik akibat mendengar nama sang Pangeran yang dilontarkan dari sahabatnya. Dirinya masih saja tidak bisa tertidur lelap, sibuk melanjutkan membalikkan tubuhnya berkeluh kesah sehingga wajahnya terlihat kusut sekarang. Karena sahabatnya sudah tidur pulas, tidak mungkin ia mengganggu tidurnya mengajak berbincang hanya karena masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk beranjak dari ranjang, mencari Alfred di kamar sebelah untuk berbincang sejenak dengannya. Ketika Charlotte membuka pintu kamar pelan supaya tidak membangunkan sahabatnya, seseorang sedang menanyakan petugas resepsionis sambil menunjukkan sebuah foto pada layar ponsel. Wajah Charlotte mulai memucat, langsung menutup pintunya pelan dan menarik napasnya panjang. Dirinya sudah mulai ketakutan dan memiliki firasat buruk mengenai hal ini. Dengan sigap Charlotte membangunkan sahabatnya dengan cara menepuk lengannya panik. “Violet, ayo bangunlah!” “As
Kejutan yang dimaksud sang Pangeran sebelumnya adalah sebuah video romantis mengenai perjalanan hubungan cintanya sejak berteman hingga memiliki seorang anak. Masih di puncak menara luas, Pangeran dan istrinya menyaksikan video editannya sambil menimang putranya yang terlihat mulai mengantuk. Sambil menikmati wine juga sebagai pelengkap merayakannya. Berdurasi selama beberapa menit, tidak hanya tampilan foto kemesraan mereka saja dan video-video berkaitan aktivitas romantis, tapi diselipkan juga ungkapan isi hati Pangeran setiap kali video itu bergilir dan disertai backsound kumpulan lagu romantis favorit mereka. Yang lebih mengharukan lagi, video kejutan itu ditutupi dengan video acara pernikahan mereka yang berlangsung dari pemberkatan di gereja hingga pesta dansa, dengan backsound lagu ciptaannya sendiri untuk istri tercinta berjudul “Love Charlotte”. Manik mata Charlotte semakin berkaca-kaca, tidak bisa menahan rasa bahagianya l
Seketika pertandingan berakhir, mengamati sang pemenang yang berhak membawa pulang medali emas, dengan cepat Charlotte membangkitkan tubuhnya bertepuk tangan meriah menyorakki suaminya yang menjadi pemenang dalam perlombaan ini. Sedangkan sang Ratu juga turut bahagia mengetahui putranya memenangkan perlombaan, langsung mendekap tubuh menantunya hangat. “Ibu…Gabriel berhasil!” sorak Charlotte girang. “Sudah ibu duga sejak awal, suamimu pasti berjuang demi dirimu, Charlotte. Ibu sangat bangga pada kalian berdua.” Sedangkan yang berhasil meraih medali perak dan perunggu adalah Alfred dan Harvey. Meski Alfred tidak berhasil meraih posisi pertama, tetap saja Violet sudah sangat bersyukur bahkan masih sempat memberi selamat kepada Charlotte. Begitu juga Agnes yang awalnya percaya diri suaminya akan menang, ia tetap menerima pencapaian yang berhasil diraih suaminya dengan lapang dada. Ketiga sahabat Charlotte menghampiri Charlotte untuk memberi selamat sambil saling
Seiring waktunya berjalan, keluarga kecil sang Pangeran terus terlihat harmonis, bahkan saat dilanda kesibukan mengurus urusan kerajaan, tetap saja hubungan antara orang tua dan anak semakin dekat. Setiap kali Pangeran dan istrinya bepergian mengadakan pertemuan, pangeran kecil dirawat ibunya Charlotte, karena tidak ingin mengandalkan pengasuh. Apalagi takut terjadi sesuatu pada anak mereka jika dirawat orang lain. Seperti biasa sang Pangeran mengajak istrinya pergi berkuda di tempat pacuan kuda khusus keluarga kerajaan. Tapi, kali ini mereka melakukannya saat hari biasa, karena besok Pangeran harus berpartisipasi dalam turnamen berkuda. Sebelum mengajak kuda putihnya yang suka cemburu, Gabriel memberinya makan wortel berkualitas tinggi supaya tidak mengambek di tengah jalan. “Ngomong-ngomong Sayang, apakah White bisa diajak kerjasama besok?” tanya Charlotte sedikit ragu, mengingat White terkadang memberontak. “Tenang saja, sejak dulu dia bisa diandal
Waktu terus berjalan tanpa hentinya, semua orang dalam negeri ini masih hidup dengan damai tanpa adanya gangguan apapun. Terutama semua kerabat dekat Gabriel dan Charlotte, kini mereka menjalani kehidupan bahagia mereka masing-masing. Seperti halnya Harvey dan Agnes kini hidup mereka semakin terasa bahagia seiring waktu berjalan, karena mereka sekarang adalah sepasang suami istri sama seperti halnya dengan dua pasangan lainnya yang sudah menikah lebih awal. Karena hari ini adalah hari libur, seperti biasa Harvey mengajak istrinya menuju sebuah pusat perbelanjaan elit untuk keluarga bangsawan membelikan banyak masker wajah untuk mereka berdua. Apalagi melihat Harvey yang memborong banyak masker wajah dengan merk mahal, hingga Agnes menganga berdiri mematung. “Harvey, bukankah ini kebanyakan?” Mata Agnes terbelalak sempurna. “Wajahmu harus terlihat berkilauan saat kau sekarang menjadi istriku. Maka dari itu, aku sengaja membelikan semua masker mahal unt
Detik demi detik terus berjalan. Tidak terasa sang Pangeran dan istrinya menjalin kehidupan rumah tangganya beberapa bulan. Tidak hanya mereka yang selalu menjalani kehidupan mereka dengan bahagia, semua kerabatnya yang telah memiliki pasangan masing-masing juga tidak kalah bahagia. Apalagi agen rahasia kerajaan juga telah menikah dengan wanita paling dicintainya. Saat ini, usia kandungan memasuki masa dua bulan. Bisa dikatakan berat badan Charlotte semakin bertambah, namun perutnya belum terlihat terlalu buncit. Segala aktivitas yang ia lakukan mulai berkurang, mengingat peringatan dokter kandungan demi kesehatan bayi mungil dalam kandungan. Yang bisa dilakukannya selama mengandung bayinya adalah bersantai di sofa menonton TV sambil mengemil cookies favoritnya sendirian. Sebenarnya kegiatan Pangeran juga tidak terlalu banyak belakangan ini, namun terkadang ia harus meninggalkannya sendirian untuk melaksanakan kewajibannya demi kerajaan Godnation. Mengadakan
Di sisi lain, sepasang kekasih lainnya juga saling bermesraan. Namun, bedanya kali ini mereka tidak berkencan di manapun. Penampilan Alfred sudah terlihat sempurna, bersiap ingin bertemu dengan calon mertuanya langsung. Sejak hari lamaran, Alfred dan Violet sudah merencanakan pertemuannya serta melakukan reservasi restoran bintang lima terlebih dahulu. Penampilan ibunya Violet kini tidak kalah cantik dengan putrinya, dengan balutan gaun elegan walaupun terlihat sederhana. Sebenarnya dirinya sedikit bingung dengan rencana putrinya tiba-tiba mengajak makan malam tiba-tiba. Sambil menunggu kedatangan Alfred, ibunya Violet terus bermondar-mandir di ruang tamu seperti sedang menyetrika baju. Melihat tingkah ibunya sangat memusingkan, Violet beranjak dari sofa sejenak menghentikan aksinya. “Ibu sebaiknya menunggu sabar saja,” usulnya pelan. “Sebenarnya ibu sangat penasaran dengan kalian, kenapa kalian tiba-tiba ingin mengadakan makan malam bersama? Padahal
Lucas memperlihatkan agenda hariannya pada sang Pangeran melalui layar tab. Reaksi Pangeran langsung memutar bola matanya bermalasan, karena dirinya sebenarnya malas menjalani tugasnya kembali menjadi Pangeran negeri ini. “Aku malas melakukannya, lebih baik aku di istana selama seharian bersama istriku.” “Sayang,” panggil Charlotte manis. Secara spontan Gabriel merangkul pundaknya mesra, sorot matanya terfokus padanya. “Semakin manis kau memanggilku, aku juga akan memperlakukanmu semakin manis juga.” “Sayang, sebaiknya kau pergi bertugas saja. Jangan menetap di sini terus,” saran Charlotte lembut. “Tidak mau, nanti siapa yang akan menemanimu di sini. Kalau terjadi sesuatu padamu, gimana nantinya. Lagipula kunjungan ini juga tidak terlalu penting.” “Memangnya hari ini kau ada kunjungan ke mana?” “Ke panti asuhan untuk membaca dongeng.” “Oh, kalau hanya ke panti asuhan, sudah pasti aku ingin ikut denganmu
Tidak terasa kini hari sudah gelap. Usai menyantap makan malam, sepasang pengantin baru melanjutkan aktivitasnya lagi di dalam kamar mereka. Sejak memasuki masa hamil, sikap Charlotte sedikit kekanak-kanakan suka merengek pada suaminya. Apalagi sekarang ia duduk sendirian di ranjang luas, menunggu sang Pangeran selesai membersihkan dirinya sampai sedikit bosan. Baru saja lima menit berlalu, entah kenapa rasanya ia sudah merindukannya dan ingin melihat wajahnya dalam durasi lama. Kedua kakinya merapat di ranjang, lututnya digunakan untuk menopang kepalanya sambil merenungkannya dengan wajah cemberut. “Aku merindukanmu, Sayang. Jangan mandinya terlalu lama,” gumamnya lesuh. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka lebar. Dengan cepat kepalanya terangkat ringan sambil memandangi suaminya terlihat sangat menyegarkan dalam kondisi rambutnya basah dan dada bidangnya yang kekar. Sorot matanya terpaku padanya saat ini, tanpa disadari senyuman ceri
Jantung Violet kini berdebar kencang hingga tidak bisa mengendalikan air matanya terus membasahi pipinya. Pada akhirnya setelah menunggu lama, dirinya dilamar langsung oleh pria dicintainya walaupun hubungan asmara mereka baru berjalan hampir dua bulan. Tanpa perlu berpikir lama, Violet mengangguk pelan, mengukir senyuman bahagia pada wajahnya sambil menggenggam buket bunga erat. “Tentu saja aku bersedia menikah denganmu. Aku tidak sabar menjadi pendamping hidupmu nanti. Aku sangat mencintaimu, Alfred.” Violet mengungkapnya lantang dengan penuh percaya diri. Alfred memakaikan cincin lamaran pada jari manis kekasihnya sambil membangkitkan tubuhnya perlahan. “Aku juga mencintaimu, Violet. Mulai sekarang statusmu adalah tunanganku dan menjadi milikku.” “Terima kasih sudah bersedia menerimaku sebagai tunanganmu.” Secara spontan mereka saling menautkan bibir mereka bersamaan, melakukan ciuman manisnya untuk merayakan momen terindah dalam hidup mere