Aku melangkahkan kakiku dan berdiri di depan rak buku. Pintu ruangan tiba-tiba terbuka saat aku hendak mengambil buku. Aku berbalik. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang saat mataku melihat bosku masuk kedalam ruangan dan mengunci pintu.
Aku menatapnya ketakutan dengan mulut tertutup rapat saat dia berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia menyelipkan tangannya di belakang leherku dan mencengkram wajahku dengan matanya yang marah tertuju ke mataku.
“Kamu benar-benar seorang pelacur! Kamu membiarkan pria itu menyentuhmu dengan mudahnya. Aku akan menghukummu denganDua minggu telah berlalu sejak hari itu. Aku sudah berhenti dari pekerjaanku dan sekarang aku bekerja di galeri milik Stefan. Stefan sangat baik kepadaku. Dia memberiku tempat tinggal, pekerjaan, dan dia juga membelikan aku banyak pakaian. Dia sangat memperhatikanku dan memperlakukanku dengan begitu lembut. Dia selalu membuatku tertawa dengan leluconnya. Aku merasa sangat bahagia dan aman bersamanya. Aku terus berusaha untuk melupakan bosku, tapi aku tidak bisa. Aku menangis diam-diam setiap malam di tempat tidurku, memikirkan dia. Aku membenci diriku karena aku tidak bisa membencinya setelah semua hal buruk yang telah dia lakukan padaku. Jika aku tahu bahwa cinta bisa membuat hati seseorang sangat menderita, maka aku tidak akan pernah ingin jatuh cinta untuk selamanya.******Aku sekarang sedang duduk sendirian di kursi di belakang meja resepsionis. Stefan sedang keluar untuk makan siang dengan teman lamanya dan rekan kerjaku sedang membeli mak
Aku sedang duduk di kursi di belakang meja resepsionis. Aku tidak bisa tidur semalam. Aku ketakutan memikirkan apa yang akan dilakukan bosku kepadaku. Aku memutuskan untuk menceritakan tentang bosku kepada Stefan saat kami makan malam malam ini.Aku melihat ke jam, sekarang sudah hampir pukul 9 pagi. Aku bertanya-tanya mengapa Beth terlambat bekerja hari ini. Aku lalu melihat Stefan sedang berjalan ke arahku dari ruang kerjanya dengan tergesa-gesa. Aku segera berdiri dari tempat dudukku dan menghampirinya. “Stefan, ada apa? Kenapa kamu terlihat panik?” tanyaku dengan khawatir.“Aku baru saja mendapat telepon. Ibuku, dia ada di rumah sakit sekarang.” Aku terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Ya Tuhan! Apakah ibumu baik-baik saja?”“Aku tidak tahu. Aku akan pergi ke sana sekarang.” “Aku ikut denganmu.” Dia menjawabku dengan anggukan. Kami segera keluar dari galeri dan pergi ke rumah sakit dengan mobilnya.******
Bosku dan aku sekarang sedang berada di dalam mobil dalam perjalanan menuju ke mansionnya. Kami berdua terdiam dalam keheningan. Aku terus melihat ke luar jendela kaca mobil. Air mata mengalir di pipiku dengan hatiku yang menangis sedih. Aku menyeka air mataku, berusaha berhenti menangis saat mobil memasuki pintu gerbang mansion dan parkir di depan pintu utama. Bosku dan aku kemudian turun dari mobil. Aku terkejut ketika mataku melihat mantan manajerku, Linda Blonde, sedang berdiri di samping kepala pelayan di dekat pintu.Mereka berdua tersenyum dan membungkuk dengan sopan kepada bosku saat kami berdiri di hadapan mereka.Linda kemudian mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke mataku. “Angela, Senang bertemu denganmu lagi,” katanya sambil tersenyum jahat. Aku menatapnya dalam diam. Aku bertanya-tanya mengapa dia ada di sini. Bosku menoleh kepadaku, menatap mataku. “Mulai sekarang kamu akan bekerja sebagai pembantuku dan Linda akan men
Vincent sekarang sedang berada di ruang kerjanya di dalam mansion. Dia sedang duduk di kursi di belakang meja sambil mengepalkan telapak tangannya dalam kemarahan.Seseorang kemudian mengetuk pintu. "Masuk!” kata Vincent. Linda berjalan masuk ke dalam ruangan ketika pintu itu terbuka dan berdiri di depan mejanya. “Selamat pagi Pak. Apakah anda sedang mencari saya?” tanyanya dengan sopan. “Sudah kubilang jangan pernah menyakitinya! Beraninya kau menamparnya!” Vincent berteriak menatap wajah Linda sambil memukul meja.“Saya... saya minta maaf. Saya berjanji tidak akan melakukan itu lagi,” kata Linda, ketakutan.Vincent menatap matanya dengan amarah. “Tampar wajahmu seperti yang kau lakukan padanya,” katanya dengan suara berat. Linda terdiam dengan wajah pucatnya.“Lakukan sekarang! Atau aku yang akan menamparmu!” Linda memejamkan matanya dengan ketakutan saat Vincent membentaknya. Dia lalu menampar pipinya dengan keras sambil
Aku sedang duduk di kursi di dalam dapur. Sekarang sudah hampir jam 12 siang. Aku terus memikirkan tentang kejadian semalam. Aku sangat khawatir dengan bosku. Aku ingin menenami dia bersama dengan Carson di kamarnya tetapi Carson melarangku untuk melakukan itu. Dia menyuruhku untuk kembali ke kamarku setelah dia membalut luka di tangan bosku.Aku yakin bosku dan Carson sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Aku juga yakin kalau bosku berbohong kepadaku tentang Amanda. Bosku mengatakan kepadaku bahwa Amanda akan tinggal bersama dengannya, tetapi aku belum pernah melihatnya semenjak aku berada di tempat ini. Aku segera berdiri dari kursi. Aku ingin bertemu dengan bosku dan menanyakan semua ini padanya. Langkah kakiku terhenti saat Linda dan Mia masuk ke dalam ruangan dan berdiri menghadangku. Mia adalah seorang pelayan yang bekerja di sini.“Angela, kamu pergi bersamanya sekarang! Belikan makanan untukku,” kata Linda sambil menatap mataku.Aku t
Air mata terus mengalir di pipiku. Jantungku berdetak dengan cepat. Tubuhku gemetar, tangan dan kakiku terasa dingin. Ketakutan dan kesedihan memenuhi pikiranku. Aku sangat mengkhawatirkan bosku. Aku tidak bisa berpikir, aku hanya bisa menangis. Carson, yang sedang duduk di kursi di sebelahku, terus menatap ke ruang gawat darurat di depan kami dengan matanya yang penuh dengan air mata. Aku bisa merasakan kalau dia merasakan apa yang aku rasakan sekarang.Kami segera berdiri ketika pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter dengan perawat keluar dari dalam ruangan.“Dokter, bagaimana keadaannya? Tolong katakan padaku kalau dia baik-baik saja,” kataku dengan panik sambil memegang lengannya. “Kami telah melakukan apa yang bisa kami lakukan. Dia mengalami gegar otak di kepalanya. Dia dalam keadaan koma sekarang. Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu sampai dia tersadar,” kata dokter dengan prihatin. Dia dan perawat itu kemudian berjalan pergi, meni
Angela’s POV Sekarang sudah hampir jam 3 pagi. Aku tidak bisa tidur sama sekali. Tubuhku di sini, tetapi pikiranku ada pada bosku. Aku menyeka air mata di pipiku dan bangun dari tempat tidur. Aku ingin kembali ke bosku dan bersamanya di sisinya. ******Ketika aku membuka pintu ruangan kamar bosku, aku melihat Carson sedang tertidur di sofa. Bosku masih terbaring di ranjang dengan matanya tertutup.Carson tampak terkejut saat dia membuka matanya melihatku. Dia segera bangkit dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. “Angela? Kenapa kamu di sini? Kamu seharusnya sedang beristirahat sekarang,” katanya dalam bisikan. “Aku tidak bisa tidur. Aku ingin berada di sini bersamanya,” jawabku.Dia memegang lenganku dan berkata, “Ayo kita bicara di luar.” Aku mengangguk padanya. Kami kemudian berjalan keluar ruangan dan duduk di kursi yang jauh dari ruangan itu. Carson menatapku dengan matanya yang sed
Aku menghindari mata bosku dan tidak mengambil mawar itu dari tangan Alex. “A-aku harus ke kamar mandi,” kataku dengan gugup menatap mata Hannah. Aku segera berbalik dan berjalan pergi sebelum Hannah sempat membuka mulutnya untuk bicara.****** Aku menatap wajah pucatku di cermin di kamar mandi. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungku yang cepat. Aku tidak percaya apa yang telah terjadi. Aku tidak menyangka akan bisa bertemu dengan bosku lagi.Aku melirik ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka. Aku melihat Hannah berjalan masuk dan berdiri di sampingku. “Angela, kenapa kamu lama sekali di kamar mandi?” tanyanya sambil menatap mataku.“Aku tidak enak badan. Bisakah kita kembali sekarang?” kataku.Wajah Hannah berubah khawatir. “Ya Tuhan, apakah kamu sakit?” katanya sambil menyentuh dahiku. Aku mengangguk padanya ragu-ragu, dengan mulut tertutup rapat. “O- Oke. Ayo beri tahu mereka sekarang,”
Selasa sore di kantor Vincent. Seperti biasa, aku duduk di sofa seperti boneka sementara bosku duduk di kursi di belakang meja kerjanya di depanku sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kali ini aku tidak berani menatap wajahnya. Aku terus menunduk, menyembunyikan pipiku yang semerah kepiting rebus. Aku menggigit bibirku, memejamkan rapat mataku, menahan rasa maluku sambil aku bertanya pada diriku mengapa aku bisa berubah menjadi iblis nafsu dan memperkosa bosku sepanjang malam.Aku membuka mataku menatap wajah bosku saat aku mendengar tawa lembutnya. Jantungku berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Kenapa kau terlihat sangat malu padaku? Kamu terlihat sangat berbeda malam itu,” katanya dan tersenyum menggoda menatap mataku. Aku menghindari tatapannya dengan pipiku yang terbakar. Aku merasa sangat malu dan gugup seka
Aku sekarang duduk di kursi malas mengenakan bikini merah, menatap bosku, yang sedang berenang di kolam renang di depanku. Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku yang berpacu saat melihat tubuh berototnya yang sempurna. Aku menggigit bibirku dalam nafsu saat aku merasakan pahaku mengencang dan v*ginaku basah. Dia kemudian keluar dari kolam. Aku menelan nafsuku saat aku melihat tonjolan kemaluannya di bawah celana renang ketat hitamnya. Pria ini sangat tampan dan seksi sehingga para wanita yang melihatnya ingin bersamanya dan ingin bercinta dengannya. Aku segera mengalihkan pandanganku dan mengambil krim tabir surya di atas meja di samping kursi tempat aku duduk saat aku melihatnya tersenyum padaku. Aku berusaha menenangkan kegugupanku sambil mengoleskan krim itu ke lenganku saat dia berjalan mendekat dan duduk di sebelahku.“Biarkan aku membantumu,” katanya menatap ke mataku dan mengambil krim dari tanganku. Aku tidak bisa menolaknya karena tubuhku sangat in
Siang hari di kantor Vincent. Aku sedang duduk di sofa di ruang kerja bosku menatap bosku, yang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya di hadapanku. Dia sudah sibuk bekerja sejak pagi sementara aku tidak melakukan apa-apa, hanya duduk di sini seperti boneka. Carson telah memberi tahuku bahwa Olivia akan membantu pekerjaanku, tapi justru dialah yang melakukan semua pekerjaanku. Yang aku lakukan hanyalah membuat kopi untuk bosku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bosku. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang berotot sempurna membuat hatiku meleleh. Tapi aku masih marah padanya karena sikapnya padaku. Dia seperti pangeran tampan dengan hati iblis. Sampai sekarang, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa jatuh cinta padanya.Aku segera menghindari tatapannya saat mata kami bertemu. Dia tertawa pelan, melihat aku gugup. “Kemarilah,” katanya dengan suara lembut, membuatku melihat kembali ke matanya. Aku kemudian berdiri dari sofa sa
Aku langsung memeluk nenekku saat pria itu melepaskanku dari cengkeramannya. “Vincent Gray, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," kata pria itu menatap mata bosku."Mengapa kamu ada disini?” bosku bertanya, menatap mata pria itu dengan tatapan dingin. Pria itu tersenyum pada bosku, lalu dia mengalihkan pandangannya ke wajahku. “Gadis ini berutang uang pada bos kami. Kami di sini untuk menagih hutang tersebut,” katanya sambil menunjuk ke arahku. Aku menatap mata bosku dengan wajah memohon saat mata kami bertemu. Aku memohon padanya untuk membantu kami. "Apakah Anda mengenal mereka?” tanya pria itu kepada bosku.Bosku mengalihkan pandangannya dari mataku ke mata pria itu. "Gadis itu milikku." Kedua pria itu tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan bosku. Pria dengan pisau di tangannya kemudian berkata kepada bosku, “Karena gadis ini milikmu, maka kamu pasti akan melunasi hutangnya. Benarkan Tuan Gray?” Pria
Aku sedang berada di dalam mobil sekarang dalam perjalanan menuju ke rumah nenekku. Air mata mengalir di pipiku, membaca buku harian ibuku di tanganku. Bosku, yang duduk di sebelahku di kursi belakang, menatapku dengan mata sedihnya begitu juga dengan Carson, yang duduk di sebelah pengemudi, dia juga bersedih untukku.Bosku telah memberi tahuku semua yang terjadi. Detektif yang dia sewa untuk menyelidiki pembunuh ibunya memberitahu bosku kalau pria yang membunuh ibunya bukanlah ayahku. Ibuku sedang hamil satu bulan ketika dia menikah dengan pria itu. Ibuku menyembunyikan kehamilannya dari pria itu sehingga pria itu tidak tahu kalau ibuku sedang mengandungku.Ayahku adalah teman sekolah ibuku, dan mereka telah saling mencintai sejak lama. Nama ayahku adalah Drew Scott dan nama ibuku adalah Eliza Violet.Pembunuh itu sangat mencintai ibuku sampai tergila-gila padanya. Dia membunuh ayahku, dan dia juga membunuh sahabat baik ibuku. Ibuku sangat takut dan sangat
Sekarang sudah malam. Bosku terus menemaniku duduk di kursi di sebelah tempat tidur dimana aku sedang berbaring. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku maupun mulutnya. Kami berdua terdiam dengan air mata memenuhi mata kami. Aku terus mengatakan pada diriku untuk tabah dan menerima takdir ini. Aku telah kehilangan bayiku untuk selamanya dan tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku harus tetap tegar meski hatiku berduka dan menangis. Bosku mengangkat kepalanya melihat ke wajahku saat aku menyeka air mata yang menetes di pipiku. “Angela…” Suara sedihnya memecah kesunyian, membuatku menatap ke matanya. “Kumohon... maafkan aku,” katanya. Aku bisa melihat kesedihan dan penyesalan yang mendalam di matanya. Aku kemudian menghindari tatapan matanya, melihat ke depanku. “Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Saat itu aku sangat marah sehingga aku tidak bisa berpikir dengan akal sehatku. Aku tidak akan mengatakan itu jika aku tahu kamu sedang menga
Vincent mengikat kembali ikat pinggang baju tidurnya lalu dia menghela nafas sambil memejamkan matanya. Dia sangat sedih. Dia tidak pernah ingin menyakiti Bianca dan membuatnya menangis. Dia tiba-tiba membuka matanya saat kecemasan menguasai dirinya. Dia takut dan khawatir kalau Bianca akan mencoba bunuh diri lagi. Dia segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bianca.****** Bianca menangis sambil duduk di atas tempat tidur berbicara di telepon dengan Ivy. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah mencoba merayunya. Aku sudah melakukan segalanya, tetapi dia masih tidak menginginkanku.” Dia terdiam sejenak, mendengarkan kata-kata Ivy. “Gak mau! Aku gak mau pura-pura bunuh diri lagi. Rasanya sakit banget tau!” katanya dengan ketakutan. Kemarahan tiba-tiba memenuhi matanya, lalu dia berkata, “Gadis jalang itu! Ini semua salah dia. Aku benci banget sama dia! Aku bakal bikin dia menderita.”Mata Bianca tib
Bianca dan aku saat ini sedang duduk di sofa di bar hotel milik bosku. Kami duduk saling berhadapan.Tempat ini begitu indah dan mewah. Bar ini bergaya modern, dengan lampu bersinar keemasan menerangi seluruh ruangan. Aku bisa melihat pemandangan malam yang indah dari jendela kaca di dalam ruangan ini.Bianca terus menatapku dengan kebencian di matanya. Aku berpura-pura tidak melihatnya sambil terus melihat ke luar jendela di sebelah kiriku. Dia mengenakan gaun pendek merah sementara aku mengenakan gaun pendek hitam. Dia sangat cantik sehingga membuat semua orang yang ada di sini terpesona melihatnya.Aku menoleh melihatnya saat dia tiba-tiba berdiri dari sofa dengan senyum manis di wajahnya, melihat ke arah depannya. Aku lalu melihat ke arah yang dia lihat dan aku melihat bosku sedang berjalan ke arah kami dan berdiri di depan kami. Bosku sangat tampan dan seksi memakai setelan jas hitamnya.“Vincent, kenapa kamu terus sibuk seharian? Kamu memb
Kami semua sekarang sedang berada di dalam pesawat milik bosku dan sedang makan siang. Sejak kami berada di sini satu jam yang lalu, Bianca terus bersikap manja pada bosku. Dia meminta untuk duduk di sebelahnya. Dia terus menyentuhnya, memeluknya. Bosku tidak bisa menolaknya dan hanya bisa membiarkan dia melakukan apa pun yang dia mau kepadanya. Carson dan aku, yang duduk bersebelahan, terus menatap ke arah Bianca dengan wajah marah kami. Kami benar-benar sudah tidak tahan lagi melihat perilakunya. “Aku sangat membencinya. Aku berharap aku bisa mengubahnya menjadi kutu dan mengirimnya ke bulan sekarang,” kata Carson.Aku mengangguk dengan setuju. Carson lalu mengalihkan pandangannya, menatap ke mataku. “Saatnya untuk memberikan ular itu pelajaran,” katanya, lalu dia berbisik di telingaku. Dia mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Kami kemudian saling menatap dengan senyum jahat di wajah kami. Aku kemudian menoleh ke arah bosku. Aku te