[Kim Young Mi’s POV]
“Young Mi?! Apa kamu sudah gila, Nak? Kenapa kamu ke sana larut malam? Kamu mana tahu kalau ada orang yang berniat jahat sama kamu?” Mama membobardirku dengan setumpuk pertanyaan.
Hilang sudah suara lemah lembut Mama. Kini suara itu tergantikan dengan suara Mama yang berintonasi tinggi.
“Jawab Mama sekarang! Kamu kenapa ke sana larut malam?”
Mama sudah menuntutku dengan banyak sekali pertanyaan. Tapi, belum ada satu pun pertanyaan dari Mama yang sudah kujawab. Apapun jawaban yang akan keluar dari mulutku, itu akan tetap membuat Mama kecewa.
“Aku ke sana untuk bertemu dengan Papa.”
Akhirnya, jawaban terlontar juga dari mulutku. Aku menyebut kata itu lagi setelah sekian lama tak menyebut ‘Papa’. Rasanya ada sedikit perasaan canggung saat menyebutnya.
“Itu bukan ide yang bagus untuk bertemu dengannya, Young Mi. Aku tahu dia memang sangat suka pergi ke tempat hiburan malam, tapi tidak bis
[Im Aerum’s POV] Aku menengadahkan kepalaku ke atas. Sang mentari telah menyambutku pagi ini. Mentari itu seolah-olah seperti tersenyum ke arahku. Cuaca hari ini sangat cerah. Tidak terlalu terik namun tetap menghangatkan kulitku. Sang mentari seolah-olah tahu jika aku sedang sangat berbahagia hari ini. Aku berlari kecil ke arah lorong bagian kiri. Dari kejauhan bisa kulihat kelas yang akan menjadi kelasku selama setahun itu, kelas X-1. Beberapa anak sudah datang dan menunggu di depan kelas sambil mengobrol dengan temannya. Aku tersenyum ke arah mereka, meskipun mereka tidak menggubrisku. Aku berjalan masuk ke dalam kelas sembari melihat jam tangan yang ada di tangan kananku. Sebentar lagi kami akan melakukan jam pertama kami. Beberapa anak yang tadi berada di luar berhamburan masuk ke dalam kelas. Tak lama kemudian aku melihat sesosok wanita bertubuh jangkung yang kuduga akan menjadi wali kelasku selama setahun ini. “Joheun achim
[Kim Young Mi’s POV] Sebuah hembusan napas keluar dari hidungku. Sepintas aku mendengar suara alunan musik. Beberapa detik berlalu dan barulah aku menyadari bahwa suara alunan musik itu adalah suara alarmku. Kukerjap-kerjapkan mataku untuk mengumpulkan kesadaranku. Setelah kesadaranku sudah benar pulih aku melihat jam kecil yang berada di nakas dekat tempat tidur. Ternyata, sudah jam enam pagi. Itu tandanya aku sudah tertidur selama 12 jam. Sepertinya kemarin aku tidak sadar jika aku sangat kelelahan. Untung saja aku tidak lupa menyetel alarmku. Aku berjalan ke kamar mandi untuk mandi. Sembari aku bersiap-siap akan mandi aku mencoba untuk mengingat-ingat lagi apakah aku sudah mengerjakan semua tugasku. Aku menghela napas. Sepertinya aku akan banyak ketinggalan dalam pelajaran dan juga tugas. Semoga saja tugasnya tidak terlalu banyak sehingga aku bisa mengejarnya. Tiba-tiba aku jadi teringat oleh tugas kelompokku. Apakah tugas bahasa I
[Im Aerum’s POV] “Hari ini kita akan melakukan tes suara. Tes suara ini bertujuan untuk melihat seberapa kemampuan bernyanyi kalian. Dan tentunya untuk menentukan apakah kalian sopran, mesosopran, ataukah alto,” ucap Ms. Hye Eun. Begitu Ms. Hye Eun mengatakan bahwa kami akan melakukan tes suara anak-anak pun mulai ramai kembali. Mereka langsung bercakap-cakap dengan teman mereka untuk menentukan lagu apa yang harus mereka bawakan nanti. “Sebentar sebentar. Dimohon untuk tetap kondusif, ya. Kalian tidak perlu khawatir, ini tidak akan susah. Kalian bisa membawakan genre lagu apapun yang kalian suka.” Salah satu anak di barisan belakang mengacungkan tangan. “Boleh saya bertanya?” “Ya, silahkan.” “Apakah ada ketentuan harus menyanyikan lagu bahasa Inggris atau Korea?” “Tidak ada. Tes ini akan dilakukan sebebas mungkin. Kalian bisa menentukannya sendiri.” “Ne, kamsahamida.” “Baiklah
[Im Aerum’s POV] Derap langkah kakiku menggema di lorong stasiun. Aku menaiki tangga yang cukup tinggi itu. Sambil aku terus berjalan bisa kurasakan setitik keringat turun di leherku. Jika tahu akan panas begini aku tidak akan menggunakan pakaian lengan panjang begini, sesalku. Tangan kananku menggengam ponsel yang berwarna keemasan itu. Karena aku terus menerus berlari aku tidak sadar bahwa ponsel itu bergetar. Aku berhenti sejenak di depan sebuah minimarket. “Yeoboseyo?” “Kau di mana sekarang? Semuanya sudah berkumpul di sini.” “Yah, jinjja? Tunggu sebentar. Aku akan sampai kurang dari lima menit.” “Oke. Tenang saja tidak usah buru-buru.” Begitu mengetahui jika semua orang sudah berkumpul aku segera mempercepat langkahku. Rasanya sangat tidak enak jika aku akan menjadi orang terakhir yang datang. “Seharusnya kafenya berada di dekat sini,” kataku pada diri sendiri. Aku mulai m
[Im Aerum’s POV] “Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu,” ucap seorang anak yang bernama Seonghwa sembari tertawa itu. “Wah, benar sekali, Seonghwa. Kira-kira kita hari ini akan melakukan apa ya?” Dua pembawa acara di depan sedang bercengkerama untuk menghangatkan suasana. Kedua pembawa acara itu sendiri merupakan teman sesama alumni sekolah kami. Aku tersenyum mendengar pembicaraan mereka. Benar, sudah lama sekali kami tidak bertemu. Untuk mengobati rasa rindu itu, beberapa anak memiliki inisiatif untuk mengadakan acara ini. Akhirnya, mereka memutuskan untuk memilih kafe ini. Karena pemilik dari kafe ini sendiri adalah kepala sekolah kami. “Bagaimana dengan sekolah kalian sejauh ini?” tanya Yeri membuka pembicaraan di antara kami. Eunhyuk tampak berpikir sejenak. “Sekolahku baik-baik saja, sih.” “Bukannya harusnya kita bertanya kepada yang bersekolah di sekolah para artis itu?” goda Gyu sambil melirikku seki
[Kim Young Mi’s POV] “Aku kan sudah kasih tahu ….” “Kau sih … tadi kan kita sudah ingatkan buat kau beri pesan di grup.” Salah satu dari mereka mendecak sebal. “Semoga saja dia tidak aneh-aneh.” “The point is, kalau memang kau ingin mendekati anak itu ya kau harus dekati dia secepatnya. Mana tahu kalau dia diam-diam suka dengan anak lain?” “Yah! Jangan begitu ….” Aku terdiam sejenak di tempatku. Jantungku terasa seperti jatuh ke tanah. Apa maksud dari pembicaraan mereka? Tanganku masih mengenggam gagang pintu perpustakaan yang dingin itu. Kakiku melangkah ke belakang perlahan. Sepertinya aku tidak bisa keluar sekarang. Telingaku termasuk salah satu telinga yang sensitif. Aku bisa menangkap suara yang lumayan kecil dari kejauhan. Dan, suara yang tadi ku dengar itu sudah pasti suara Hera dan Yuri. Tapi, ada satu orang lagi yang aku tidak tahu itu suara siapa. Aku bisa mendengar derap langkah dari
[Im Aerum’s POV] Sudah menjadi kebiasaan sehari-hariku untuk menunggu di halte bus setiap berangkat dan pulang sekolah. Tak seperti biasanya halte bus hari ini terlihat lebih sepi. Hanya ada beberapa orang yang nampak sedang menunggu. Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa aku tidak diantar oleh kedua orang tuaku. Amma selalu bilang ini untuk membiasakanku agar hidup mandiri. Sebenarnya, aku juga cukup malas harus bangun lebih pagi hanya untuk mengejar bus. Tapi, sepertinya perkataan Amma ada benarnya juga. Lagian jarak antara rumah dan sekolahku tidak begitu jauh. Sejauh ini aku tidak pernah melihat anak dari sekolahku yang menggunakan bus. Atau setidaknya bertemu denganku di halte bus. Padahal, jarak halte bus ini dari sekolah tidak begitu jauh. Tidak heran, karena mereka selalu diantar oleh kedua orang tua mereka. Bahkan ada beberapa anak yang diantar menggunakan sopir dari agensi mereka. Ini hanya berlaku untuk merek
[Kim Young Mi’s POV] Aku menengadah ke atas langit yang sudah gelap tanda malam telah tiba. Terakhir kali aku menengadah ke langit hari ini langit nampak masih berwarna biru muda. Tak terasa hari ini berjalan sangat cepat. Kebanyakan waktuku kuhabiskan di dalam sekolah, jadi sungguh tak terasa waktu bisa berjalan secepat ini. Kakiku menapak di jalanan yang basah akibat hujan tadi. Jalanan cukup ramai hari ini. Mungkinkah karena hari ini adalah hari Jumat? Hari Jumat adalah sehari sebelum hari libur, tak heran jalanan lebih ramai. Aku menunggu jalanan sedikit lengang terlebih dahulu barulah aku menyeberang. Sudah lama sekali aku tidak kembali untuk membantu bekerja di restoran bibi Yeesung. Pasti bibi kewalahan karena tidak ada yang membantunya. Aku berlari kecil dan segera memasuki restoran bibi itu. Di dalam restoran bibi nampak beberapa orang sedang sibuk menyantap hidangan mereka. Bahkan ada satu keluarga besar yang sepertinya seda