[Im Aerum’s POV]
Sudah menjadi kebiasaan sehari-hariku untuk menunggu di halte bus setiap berangkat dan pulang sekolah. Tak seperti biasanya halte bus hari ini terlihat lebih sepi. Hanya ada beberapa orang yang nampak sedang menunggu.
Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa aku tidak diantar oleh kedua orang tuaku. Amma selalu bilang ini untuk membiasakanku agar hidup mandiri. Sebenarnya, aku juga cukup malas harus bangun lebih pagi hanya untuk mengejar bus. Tapi, sepertinya perkataan Amma ada benarnya juga. Lagian jarak antara rumah dan sekolahku tidak begitu jauh.
Sejauh ini aku tidak pernah melihat anak dari sekolahku yang menggunakan bus. Atau setidaknya bertemu denganku di halte bus. Padahal, jarak halte bus ini dari sekolah tidak begitu jauh. Tidak heran, karena mereka selalu diantar oleh kedua orang tua mereka. Bahkan ada beberapa anak yang diantar menggunakan sopir dari agensi mereka. Ini hanya berlaku untuk merek
[Kim Young Mi’s POV] Aku menengadah ke atas langit yang sudah gelap tanda malam telah tiba. Terakhir kali aku menengadah ke langit hari ini langit nampak masih berwarna biru muda. Tak terasa hari ini berjalan sangat cepat. Kebanyakan waktuku kuhabiskan di dalam sekolah, jadi sungguh tak terasa waktu bisa berjalan secepat ini. Kakiku menapak di jalanan yang basah akibat hujan tadi. Jalanan cukup ramai hari ini. Mungkinkah karena hari ini adalah hari Jumat? Hari Jumat adalah sehari sebelum hari libur, tak heran jalanan lebih ramai. Aku menunggu jalanan sedikit lengang terlebih dahulu barulah aku menyeberang. Sudah lama sekali aku tidak kembali untuk membantu bekerja di restoran bibi Yeesung. Pasti bibi kewalahan karena tidak ada yang membantunya. Aku berlari kecil dan segera memasuki restoran bibi itu. Di dalam restoran bibi nampak beberapa orang sedang sibuk menyantap hidangan mereka. Bahkan ada satu keluarga besar yang sepertinya seda
[Im Aerum’s POV] Sudah seminggu berlalu semenjak eonnie Michelle terakhir kali meneleponku. Meski akhir-akhir ini aku disibukkan oleh kegiatan dan tugas dari sekolah, tapi kadang kala sewaktu senggangku aku masih sempat memikirkan mengenai ucapan eonnie Michelle. Aku memandang ke langit-langit kamarku dan menghela napas. Mungkin ini memang belum rezekiku saja. Apakah eonnie Michelle mengatakan itu sengaja agar aku merasa sedikit terhibur? Lagi-lagi untuk kesekian kalinya aku mencoba menghalau pemikiranku ini. Karena semakin aku memikirkannya semakin besar keinginanku untuk menjadi seorang trainee di sana. Aku pun teringat dengan ucapan beberapa idol dalam interview mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka harus mengikuti beberapa kali audisi hingga akhirnya mereka benar-benar diterima sebagai trainee. Namun, tak sedikit pula yang memang terlahir sangat beruntung dan dalam sekali aud
[Kim Young Mi’s POV] Hyenjin: Young Mi … kita sudah menunggumu di sini. Kenapa kau juga belum datang ? Kami akan menunggu di booth yang kemarin sudah kuberitahu. 5 Panggilan tidak terjawab dari Hyenjin. Aku melihat isi pesan dari Hyenjin dengan tidak sabar. Sudah lima menit lamanya aku memandangi jam yang tergantung di dinding dengan cemas. Ini sudah jam setengah enam malam. Namun, aku masih saja berada di restoran bibi Yeesung. Seharusnya aku sudah berangkat sedari tadi, bukannya malah masih di sini. Tenang tenang, Young Mi. Satu pesanan lagi dan kau bisa pergi menyusul mereka. Aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Restoran hari ini kebetulan lagi ramai. Mana bisa aku meninggalkan tugasku dan memilih untuk jalan-jalan santai dengan temanku? Apalagi di saat bibi sedang tidak ada di resto. Kalutnya pikiranku membuatku tidak tersadar bahwa mak
[Im Aerum’s POV] “Tuh kan benar apa yang Oppa bilang,” kata Oppa sambil mencomot satu daging di hadapannya. “Oppa pernah bilang apa memangnya?” “Aku pernah bilang kalau kau bisa jadi the next Blackpink. Hm, harusnya aku tidak perlu mengingatkanmu lagi. Nanti kau malah sombong.” Aku mendecakkan lidahku sebal. “Cih? Siapa juga yang sombong? Lagian ini kan baru audisi pertama.” “Sstt, sudah. Ayo fokus makan jangan bertengkar terus.” “Ne, eomma.” Aku pun mengambil beberapa daging dan menaruhnya di piring kecilku. Sekarang semua anggota keluargaku sudah mengetahui kalau aku diterima di audisi pertama. Yah, meskipun ini baru audisi pertama tapi reaksi mereka sudah di luar dugaanku. Aku harus berjuang lebih lagi di audisi kedua agar aku tidak mengecewakan mereka. Karena Mama dan Papa terlalu bergembira mendengar kabar dariku, tanpa berpikir panjang mereka memutuskan untuk me
[Kim Young Mi’s POV]“Young Mi, bagaimana kalau kau menunggu di sini saja?” tanya Hera dengan senyum manis yang penuh dengan makna terselubung itu.“Ehm … aku tunggu di sini juga tidak apa-apa, kok. Pergilah kalau kalian mau pergi.”“Apa kau tidak apa-apa di sini sendirian?” tanya Hyenjin terlihat sedikit khawatir.Tidak yakin apakah dia benar-benar mengkhawatirkanku ataukah dia hanya berpura-pura saja. Mengingat bahwa Hyenjin juga adalah teman Hera dan Yuri.“Baiklah. Kalau begitu kami pergi ke dalam toko itu dulu.”Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. Ku lihat Hera langsung menarik tangan Hyenjin, Yuri, dan salah satu teman Hera itu untuk pergi dari sini secepatnya. Aku menundukkan kepalaku berusaha menahan kesedihanku. Tidak menyadari bahwa Hyenjin menoleh ke belakang dengan tatapan khawatir tertuju kepadaku.* * * *“Tunggu-tunggu. Seben
[Im Aerum’s POV]Tidak mungkin … ini pasti salah, kan? Tidak mungkin apa yang dibicarakan di berita itu benar adanya, batinku menyangkal diriku sendiri. Aku menaruh ponselku di ujung wastafel. Mencoba untuk mencerna apa yang baru saja kubaca.“Anggota girl group O-renji! termuda itu, yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Hana diduga memiliki hubungan gelap dengan suami dari kepala sekolah sekaligus pemilik Seoul Art School, tempatnya bersekolah itu. Jika rumor ini benar adanya, maka ini membuktikan mengapa ia bisa mendapatkan posisi ranking satu selama tiga minggu berturut-turut di ajang survival show yang ia ikuti dulu. Meski pada akhirnya ia tereliminasi dari survival show itu, ia tetap dapat melakukan debut-nya. Juga posisi wakil sekolah yang diinginkan oleh semua murid di sekolahnya itu. Bukankah ini cukup mengherankan?” Sepenggal kalimat dari berita yang telah kubaca itu terus menerus terngiang-ngiang d
[Kim Young Mi’s POV]Mataku mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kesadaranku pulih seluruhnya. Aku mencoba untuk bangkit dari posisi tidurku dan berusaha duduk. Namun, sepertinya itu tidak bisa kulakukan. Rasanya kepalaku berat dan pening sekali.“Ah, kenapa kepalaku pusing sekali,” kataku sambil memegangi kepalaku.Meski hari ini adalah hari Sabtu, tetapi sekolah kami mengadakan kelas tambahan. Dikarenakan dari hari Senin hingga Jumat, kami tidak ada jadwal yaja. Jadi bagaimanapun aku harus pergi ke sekolah. Mataku segera memicing dan melihat jam yang berada di nakas. Jam sudah menunjukkan pukul 6:15. Biasanya aku tidak pernah bangun hingga siang begini.Apakah ini karena aku salah posisi tidur? Ataukah karena aku rela menerobos hujan kemarin malam? Sepertinya dugaan kedua terasa lebih tepat untuk situasi saat ini. S elama beberapa menit pikiran di dalam otakku menderu. Memikirkan harusk
[Im Aerum’s POV]Langit merekahkan warna jingga yang nampak sangat indah. Sang mentari sudah terbenam di ujung barat langit. Sementara aku masih berdiri di depan halte bus menunggu bus yang akan menjemputku pulang. Sudah pernah kuceritakan bukan kalau Appa dan Eomma tidak pernah menjemput dan mengantarku pulang.Tentu aku dapat memaklumi tujuan mereka. Tapi, saat aku melihat semua temanku dijemput oleh ayah mereka yang menggunakan entah mobil keberapa mereka, aku ingin sesekali merasakannya. Terkadang Oppa akan mengantarku pulang. Jika ia sendiri tidak terlalu sibuk. Sayangnya, ia selalu sibuk.Bus melesat di depanku dan tak perlu waktu lama aku langsung menaikinya. Aku segera memilih tempat duduk yang kosong dan duduk di tempat dekat jendela. Aku melihat matahari yang perlahan-lahan terbenam di ujung barat. Matahari sudah selesai melakukan tugasnya, tapi aku baru saja memulai hariku.Setelah ini aku tidak