[Im Aerum’s POV]
Sudah seminggu berlalu semenjak eonnie Michelle terakhir kali meneleponku. Meski akhir-akhir ini aku disibukkan oleh kegiatan dan tugas dari sekolah, tapi kadang kala sewaktu senggangku aku masih sempat memikirkan mengenai ucapan eonnie Michelle.
Aku memandang ke langit-langit kamarku dan menghela napas. Mungkin ini memang belum rezekiku saja. Apakah eonnie Michelle mengatakan itu sengaja agar aku merasa sedikit terhibur? Lagi-lagi untuk kesekian kalinya aku mencoba menghalau pemikiranku ini. Karena semakin aku memikirkannya semakin besar keinginanku untuk menjadi seorang trainee di sana.
Aku pun teringat dengan ucapan beberapa idol dalam interview mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka harus mengikuti beberapa kali audisi hingga akhirnya mereka benar-benar diterima sebagai trainee. Namun, tak sedikit pula yang memang terlahir sangat beruntung dan dalam sekali aud
[Kim Young Mi’s POV] Hyenjin: Young Mi … kita sudah menunggumu di sini. Kenapa kau juga belum datang ? Kami akan menunggu di booth yang kemarin sudah kuberitahu. 5 Panggilan tidak terjawab dari Hyenjin. Aku melihat isi pesan dari Hyenjin dengan tidak sabar. Sudah lima menit lamanya aku memandangi jam yang tergantung di dinding dengan cemas. Ini sudah jam setengah enam malam. Namun, aku masih saja berada di restoran bibi Yeesung. Seharusnya aku sudah berangkat sedari tadi, bukannya malah masih di sini. Tenang tenang, Young Mi. Satu pesanan lagi dan kau bisa pergi menyusul mereka. Aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Restoran hari ini kebetulan lagi ramai. Mana bisa aku meninggalkan tugasku dan memilih untuk jalan-jalan santai dengan temanku? Apalagi di saat bibi sedang tidak ada di resto. Kalutnya pikiranku membuatku tidak tersadar bahwa mak
[Im Aerum’s POV] “Tuh kan benar apa yang Oppa bilang,” kata Oppa sambil mencomot satu daging di hadapannya. “Oppa pernah bilang apa memangnya?” “Aku pernah bilang kalau kau bisa jadi the next Blackpink. Hm, harusnya aku tidak perlu mengingatkanmu lagi. Nanti kau malah sombong.” Aku mendecakkan lidahku sebal. “Cih? Siapa juga yang sombong? Lagian ini kan baru audisi pertama.” “Sstt, sudah. Ayo fokus makan jangan bertengkar terus.” “Ne, eomma.” Aku pun mengambil beberapa daging dan menaruhnya di piring kecilku. Sekarang semua anggota keluargaku sudah mengetahui kalau aku diterima di audisi pertama. Yah, meskipun ini baru audisi pertama tapi reaksi mereka sudah di luar dugaanku. Aku harus berjuang lebih lagi di audisi kedua agar aku tidak mengecewakan mereka. Karena Mama dan Papa terlalu bergembira mendengar kabar dariku, tanpa berpikir panjang mereka memutuskan untuk me
[Kim Young Mi’s POV]“Young Mi, bagaimana kalau kau menunggu di sini saja?” tanya Hera dengan senyum manis yang penuh dengan makna terselubung itu.“Ehm … aku tunggu di sini juga tidak apa-apa, kok. Pergilah kalau kalian mau pergi.”“Apa kau tidak apa-apa di sini sendirian?” tanya Hyenjin terlihat sedikit khawatir.Tidak yakin apakah dia benar-benar mengkhawatirkanku ataukah dia hanya berpura-pura saja. Mengingat bahwa Hyenjin juga adalah teman Hera dan Yuri.“Baiklah. Kalau begitu kami pergi ke dalam toko itu dulu.”Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. Ku lihat Hera langsung menarik tangan Hyenjin, Yuri, dan salah satu teman Hera itu untuk pergi dari sini secepatnya. Aku menundukkan kepalaku berusaha menahan kesedihanku. Tidak menyadari bahwa Hyenjin menoleh ke belakang dengan tatapan khawatir tertuju kepadaku.* * * *“Tunggu-tunggu. Seben
[Im Aerum’s POV]Tidak mungkin … ini pasti salah, kan? Tidak mungkin apa yang dibicarakan di berita itu benar adanya, batinku menyangkal diriku sendiri. Aku menaruh ponselku di ujung wastafel. Mencoba untuk mencerna apa yang baru saja kubaca.“Anggota girl group O-renji! termuda itu, yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Hana diduga memiliki hubungan gelap dengan suami dari kepala sekolah sekaligus pemilik Seoul Art School, tempatnya bersekolah itu. Jika rumor ini benar adanya, maka ini membuktikan mengapa ia bisa mendapatkan posisi ranking satu selama tiga minggu berturut-turut di ajang survival show yang ia ikuti dulu. Meski pada akhirnya ia tereliminasi dari survival show itu, ia tetap dapat melakukan debut-nya. Juga posisi wakil sekolah yang diinginkan oleh semua murid di sekolahnya itu. Bukankah ini cukup mengherankan?” Sepenggal kalimat dari berita yang telah kubaca itu terus menerus terngiang-ngiang d
[Kim Young Mi’s POV]Mataku mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kesadaranku pulih seluruhnya. Aku mencoba untuk bangkit dari posisi tidurku dan berusaha duduk. Namun, sepertinya itu tidak bisa kulakukan. Rasanya kepalaku berat dan pening sekali.“Ah, kenapa kepalaku pusing sekali,” kataku sambil memegangi kepalaku.Meski hari ini adalah hari Sabtu, tetapi sekolah kami mengadakan kelas tambahan. Dikarenakan dari hari Senin hingga Jumat, kami tidak ada jadwal yaja. Jadi bagaimanapun aku harus pergi ke sekolah. Mataku segera memicing dan melihat jam yang berada di nakas. Jam sudah menunjukkan pukul 6:15. Biasanya aku tidak pernah bangun hingga siang begini.Apakah ini karena aku salah posisi tidur? Ataukah karena aku rela menerobos hujan kemarin malam? Sepertinya dugaan kedua terasa lebih tepat untuk situasi saat ini. S elama beberapa menit pikiran di dalam otakku menderu. Memikirkan harusk
[Im Aerum’s POV]Langit merekahkan warna jingga yang nampak sangat indah. Sang mentari sudah terbenam di ujung barat langit. Sementara aku masih berdiri di depan halte bus menunggu bus yang akan menjemputku pulang. Sudah pernah kuceritakan bukan kalau Appa dan Eomma tidak pernah menjemput dan mengantarku pulang.Tentu aku dapat memaklumi tujuan mereka. Tapi, saat aku melihat semua temanku dijemput oleh ayah mereka yang menggunakan entah mobil keberapa mereka, aku ingin sesekali merasakannya. Terkadang Oppa akan mengantarku pulang. Jika ia sendiri tidak terlalu sibuk. Sayangnya, ia selalu sibuk.Bus melesat di depanku dan tak perlu waktu lama aku langsung menaikinya. Aku segera memilih tempat duduk yang kosong dan duduk di tempat dekat jendela. Aku melihat matahari yang perlahan-lahan terbenam di ujung barat. Matahari sudah selesai melakukan tugasnya, tapi aku baru saja memulai hariku.Setelah ini aku tidak
[Kim Young Mi’s POV] Dengan cekatan aku membuka makanan yang diberi wadah mangkuk plastik itu. Kalguksu ini masih sangat hangat. Rupanya ia baru saja membeli kalguksu ini. Sekilas kulihat tanganku sempat bergetar. Dengan cepat aku mengambil sendok dan memakannya. Rasa kelaparan ini nampaknya membuat badanku melemas. Di tengah kegiatanku mengunyah makanan, seketika aku memiliki perasaan bersalah. Entah apa yang membuatku merasa bersalah. Tapi, haruskah aku menghubungi Yoon Jae terlebih dahulu? Mungkin untuk sekedar mengucapkan terima kasih? Aku pun tanpa pikir panjang langsung memfoto kalguksu yang baru saja kumakan itu dan buku catatan yang ia beri. “Bagaimana aku harus mengatakannya, ya?” tanyaku pada diri sendiri. Setelah sekian lama aku merangkai kata-kata yang sudah bertengger di kepalaku aku langsung menekan tombol kirim. Aku sungguhlah penasaran bagaimana ia bisa mengetahui bahwa hari ini aku sedang sa
[Im Aerum’s POV]Dengan sabar aku menunggu mereka untuk datang ditemani oleh keheningan malam. Untung saja masih ada satu penjaga yang belum pulang. Penjaga yang kumaksud ialah penjaga loket di seberang sana. Dari tempatku duduk aku masih bisa melihat pantulan sinar lampu dari loket kecil itu.Sembari aku menunggu, aku terus menerus mengecek loket kecil itu dari kejauhan. Berharap agar penjaga itu tidak pulang lebih dulu dariku. Aku juga mengecek jam yang berada di dalam ponselku. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Ternyata memakan cukup banyak waktu untuk mereka bisa menjangkauku kemari.Cuaca dingin di malam hari mulai menusuk kulitku. Sementara aku hanya menggunakan kain seragamku yang tipis. Aku merangkul tubuhku sendiri, kedinginan. Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka.Klek!Aku segera menoleh ke arah loket kecil itu. Ternyata memang benar dugaanku bahwa suara itu berasal dari loket itu. Terlihat seoran
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A