[Kim Young Mi’s POV]
Mataku mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kesadaranku pulih seluruhnya. Aku mencoba untuk bangkit dari posisi tidurku dan berusaha duduk. Namun, sepertinya itu tidak bisa kulakukan. Rasanya kepalaku berat dan pening sekali.
“Ah, kenapa kepalaku pusing sekali,” kataku sambil memegangi kepalaku.
Meski hari ini adalah hari Sabtu, tetapi sekolah kami mengadakan kelas tambahan. Dikarenakan dari hari Senin hingga Jumat, kami tidak ada jadwal yaja. Jadi bagaimanapun aku harus pergi ke sekolah. Mataku segera memicing dan melihat jam yang berada di nakas. Jam sudah menunjukkan pukul 6:15. Biasanya aku tidak pernah bangun hingga siang begini.
Apakah ini karena aku salah posisi tidur? Ataukah karena aku rela menerobos hujan kemarin malam? Sepertinya dugaan kedua terasa lebih tepat untuk situasi saat ini. S elama beberapa menit pikiran di dalam otakku menderu. Memikirkan harusk
[Im Aerum’s POV]Langit merekahkan warna jingga yang nampak sangat indah. Sang mentari sudah terbenam di ujung barat langit. Sementara aku masih berdiri di depan halte bus menunggu bus yang akan menjemputku pulang. Sudah pernah kuceritakan bukan kalau Appa dan Eomma tidak pernah menjemput dan mengantarku pulang.Tentu aku dapat memaklumi tujuan mereka. Tapi, saat aku melihat semua temanku dijemput oleh ayah mereka yang menggunakan entah mobil keberapa mereka, aku ingin sesekali merasakannya. Terkadang Oppa akan mengantarku pulang. Jika ia sendiri tidak terlalu sibuk. Sayangnya, ia selalu sibuk.Bus melesat di depanku dan tak perlu waktu lama aku langsung menaikinya. Aku segera memilih tempat duduk yang kosong dan duduk di tempat dekat jendela. Aku melihat matahari yang perlahan-lahan terbenam di ujung barat. Matahari sudah selesai melakukan tugasnya, tapi aku baru saja memulai hariku.Setelah ini aku tidak
[Kim Young Mi’s POV] Dengan cekatan aku membuka makanan yang diberi wadah mangkuk plastik itu. Kalguksu ini masih sangat hangat. Rupanya ia baru saja membeli kalguksu ini. Sekilas kulihat tanganku sempat bergetar. Dengan cepat aku mengambil sendok dan memakannya. Rasa kelaparan ini nampaknya membuat badanku melemas. Di tengah kegiatanku mengunyah makanan, seketika aku memiliki perasaan bersalah. Entah apa yang membuatku merasa bersalah. Tapi, haruskah aku menghubungi Yoon Jae terlebih dahulu? Mungkin untuk sekedar mengucapkan terima kasih? Aku pun tanpa pikir panjang langsung memfoto kalguksu yang baru saja kumakan itu dan buku catatan yang ia beri. “Bagaimana aku harus mengatakannya, ya?” tanyaku pada diri sendiri. Setelah sekian lama aku merangkai kata-kata yang sudah bertengger di kepalaku aku langsung menekan tombol kirim. Aku sungguhlah penasaran bagaimana ia bisa mengetahui bahwa hari ini aku sedang sa
[Im Aerum’s POV]Dengan sabar aku menunggu mereka untuk datang ditemani oleh keheningan malam. Untung saja masih ada satu penjaga yang belum pulang. Penjaga yang kumaksud ialah penjaga loket di seberang sana. Dari tempatku duduk aku masih bisa melihat pantulan sinar lampu dari loket kecil itu.Sembari aku menunggu, aku terus menerus mengecek loket kecil itu dari kejauhan. Berharap agar penjaga itu tidak pulang lebih dulu dariku. Aku juga mengecek jam yang berada di dalam ponselku. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Ternyata memakan cukup banyak waktu untuk mereka bisa menjangkauku kemari.Cuaca dingin di malam hari mulai menusuk kulitku. Sementara aku hanya menggunakan kain seragamku yang tipis. Aku merangkul tubuhku sendiri, kedinginan. Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka.Klek!Aku segera menoleh ke arah loket kecil itu. Ternyata memang benar dugaanku bahwa suara itu berasal dari loket itu. Terlihat seoran
[Kim Young Mi’s POV]Rasanya sudah lama sekali aku tidak menduduki kursi yang disediakan untukku duduk sembari belajar ini. Akhirnya, setelah sekian lama aku tidak menduduki kursi yang kujuluki ‘kursi panas’ ini, aku mendudukinya kembali. Aku memiliki alasan tersendiri mengapa menjulukinya seperti itu.Kursi yang kugunakan sekarang sudah kupakai semenjak aku SD dahulu. Kursi ini lah yang selalu menemaniku belajar di tengah malam. Dari ujian menuju SMP hingga ujian menuju SMA, hingga sekarang aku sudah berpindah ke Busan. Kursi ini bahkan rela ku bawa ke sini. Karena kursi ini adalah saksi bisu perjuanganku selama ini.Aku menekan tombol on pada laptopku. Ku buka buku bersampul warna biru itu. Aku melihat semua catatan yang ditinggalkan Yoon Jae di situ. Ia menulis tugas apa saja yang sudah kutinggal selama aku tidak masuk hari ini. Termasuk tugas kelompok bahasa Inggris itu.Perasaan aneh itu muncul kembali keti
[Im Aerum’s POV]Aku melihat pantulan diriku sendiri dari cermin. Pantulan itu terlihat sangat lelah. Ia terlihat perlu beristirahat sejenak. Kaus yang dikenakannya pun terlihat basah karena keringat. Mungkin memang aku harus beristirahat sejenak.Setelahnya aku langsung merebahkan diriku di atas matras yang tadi kugunakan untuk berolahraga. Ternyata melakukan tiga dance berturut-turut sungguh melelahkan. Aku jadi berpikir-pikir bagaimana bisa suara para artis itu bisa tetap stabil di kala mereka harus melakukan koreografi yang sangat susah dan melelahkan?Rupanya karena itulah memilih trainee memerlukan proses yang tidak mudah. Sembari aku beristirahat aku membuka ponselku. Aku sengaja mematikan notifikasi dari ponselku, karena itu cukup menganggu konsentrasiku di saat latihan. Sebuah notifikasi dari akun Move Entertainment membuatku langsung ter
[Kim Young Mi’s POV]“Sialan, kenapa dia jadi dekat-dekat dengan Yoon Jae, sih? Memangnya dia pikir dia siapa, hah?”“Sudah-sudah. Sepertinya dia gampang dibodohi. Bagaimana kalau kita gantian yang bermain-main dengannya?” kata gadis berambut sebahu itu dengan tersenyum.Gadis di hadapannya itu pun lantas menepuk bahu temannya dengan bangga. “Nah, gitu dong. Bantu aku, oke?”“Sekarang kita harus pikirkan rencananya. Kau mau bagaimana memangnya?”“Sebentar. Aku pikir terlebih dulu.”Rupanya pembahasan mereka sangat seru hingga kedua gadis itu tidak menyadari bahwa ada salah satu teman mereka yang hanya mendengarkan pembicaraan mereka saja sedari tadi. Bingung akan apa yang harus ia lakukan.* * * *Aku melirik sekilas jam tangan yang kugunakan di pergelangan tangan kiriku. Sebuah helaan napas keluar dari bibirku. Sepertinya hari ini aku terlalu pa
[Im Aerum’s POV]Perasaan gugup itu muncul lagi di dalam lubuk hatiku, setelah sekian lama aku tidak pernah merasakan perasaan semacam ini lagi. Tanganku meremat-remat hoodie berwarna putih yang kukenakan hari ini. Perasaan ini semakin menjadi-jadi ketika aku melihat perempuan yang mengenakan dress selutut itu keluar dari pintu.Berbeda denganku, dia terlihat sangat rileks. Seolah-olah ia sudah sering melakukan kegiatan seperti ini. Perempuan itu memiliki paras yang sangat cantik, wajahnya pun juga tidak membosankan. Ia keluar dari pintu itu dan tersenyum ramah ke beberapa staf yang bertugas.Ah, bayangkan mendapatkan kepercayaan diri sepertinya. Tidak hanya cantik, bahkan sepertinya ia cocok untuk dijadikan pusat perhatian. Orang semacam dia tentunya akan cocok berada di agensi besar seperti ini, batinku.‘Perempuan cantik’ itu pun berlalu dan seorang staf laki-laki menghampiriku. “Silah
[Kim Young Mi’s POV]Sepanjang hari ini sepertinya aku banyak tersenyum. Hingga tak terasa jika pipiku mulai merasa kram. Aku memegangi pipiku itu dengan sedikit melamun. Tak sadar bahwa ada yang memperhatikanku sedari tadi.“Young Mi? Kau tidak makan?” tanya Hera.Aku langsung tersenyum lagi. “Ah, iya. Nasiku sepertinya masih panas.”“Oh, begitu.” Hera langsung menyedokkan sesuap chicken katsu penuh ke dalam mulutnya. Sesudah ia mengunyahnya, ia lanjut berkata, “Tugas bahasa Inggrismu bagaimana? Apa kau sudah mengerjakannya?”Seketika perasaan tidak enak itu datang kepadaku. Aku memang sudah mengerjakan semua tugas yang tersisa kemarin, tapi karena aku adalah satu-satunya anggota yang tertinggal aku tetap saja merasak tak sampai hati pada mereka.“Sudah selesai, kok. Mian, jika sudah membuat kalian menunggu.”Yuri menyahut, &ldq