[Im Aerum’s POV]
Perasaan gugup itu muncul lagi di dalam lubuk hatiku, setelah sekian lama aku tidak pernah merasakan perasaan semacam ini lagi. Tanganku meremat-remat hoodie berwarna putih yang kukenakan hari ini. Perasaan ini semakin menjadi-jadi ketika aku melihat perempuan yang mengenakan dress selutut itu keluar dari pintu.
Berbeda denganku, dia terlihat sangat rileks. Seolah-olah ia sudah sering melakukan kegiatan seperti ini. Perempuan itu memiliki paras yang sangat cantik, wajahnya pun juga tidak membosankan. Ia keluar dari pintu itu dan tersenyum ramah ke beberapa staf yang bertugas.
Ah, bayangkan mendapatkan kepercayaan diri sepertinya. Tidak hanya cantik, bahkan sepertinya ia cocok untuk dijadikan pusat perhatian. Orang semacam dia tentunya akan cocok berada di agensi besar seperti ini, batinku.
‘Perempuan cantik’ itu pun berlalu dan seorang staf laki-laki menghampiriku. “Silah
[Kim Young Mi’s POV]Sepanjang hari ini sepertinya aku banyak tersenyum. Hingga tak terasa jika pipiku mulai merasa kram. Aku memegangi pipiku itu dengan sedikit melamun. Tak sadar bahwa ada yang memperhatikanku sedari tadi.“Young Mi? Kau tidak makan?” tanya Hera.Aku langsung tersenyum lagi. “Ah, iya. Nasiku sepertinya masih panas.”“Oh, begitu.” Hera langsung menyedokkan sesuap chicken katsu penuh ke dalam mulutnya. Sesudah ia mengunyahnya, ia lanjut berkata, “Tugas bahasa Inggrismu bagaimana? Apa kau sudah mengerjakannya?”Seketika perasaan tidak enak itu datang kepadaku. Aku memang sudah mengerjakan semua tugas yang tersisa kemarin, tapi karena aku adalah satu-satunya anggota yang tertinggal aku tetap saja merasak tak sampai hati pada mereka.“Sudah selesai, kok. Mian, jika sudah membuat kalian menunggu.”Yuri menyahut, &ldq
[Im Aerum’s POV]Jantungku rasanya seperti terjatuh ke tanah. Iya tahu, aku memang sangat melebih-lebihkannya saat ini. Tapi, sewaktu aku mengetahui bahwa dia adalah salah satu trainee di sini rasanya aku sangat malu.Masalah akan selesai jika aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Tapi, aku? Ya, aku masih harus kembali ke sini. Setidaknya untuk audisi kedua ini. Aku bisa merasakannya bahwa dia melihatiku seolah-olah sedang berpikir “sepertinya aku pernah bertemu dengannya ….” Rasanya aku ingin melebur ke tanah, jika itu memang benar yang ia pikirkan. Eonnie Michelle berjalan mendekat ke arahku dan langsung menggandeng tanganku. Aku yang kebingungan pun hanya tersenyum menahan malu.“Bagaimana kalau kita makan siang terlebih dulu?” tanyanya.“Apa itu tidak merepotkan?”“Tentu saja tidak! Ayo kita turun dan pergi ke kantin,” ucapny
[Kim Young Mi’s POV]Mataku bergantian melihat dari Kitae dan Yoon Jae dengan cepat. Gerak gerik mereka sangat aneh. Aku mengernyitkan alisku, entahlah, aku bingung apa yang sebenarnya mereka bahas.“Ehm, kalau kau memang tidak ingin sekelompok denganku tidak apa-apa. Dia—” Yoon Jae melirik ke arah Kitae yang sedang cengar-cengir tanpa rasa berdosa.“Dia memang suka jahil begitu,” katanya dengan tawa yang gugup.Padahal aku juga tidak memiliki masalah jika harus sekelompok dengannya. Mengapa sepertinya dia merasa tidak enak sekali kepadaku.“Gwaenchana. Aku tidak apa-apa jika harus sekelompok denganmu. Kita juga bisa sambil membahas tugas bahasa Inggris, kan?”Yoon Jae masih saja tersenyum dengan kikuk, saat ini Kitae lah yang justru menyahuti ucapanku. “Kan, sudah ku bilang. Dia pasti ingin sekelo—”“Yah, baik. Silahkan duduk kembali. Ap
[Im Aerum’s POV]Seperti hari-hari lainnya, hari ini aku menelusuri lorong sekolah di pagi hari dengan tidak semangat. Kemarin malam aku baru saja teringat akan salah satu tugasku yang disuruh membuat koreografi. Untungnya, kami diperbolehkan membuat koreografi secara spontan nantinya di kelas. Sembari menunggu di halte bus, aku terus menerus memikirkan koreografi yang akan kubuat.Aku berjalan mendekat ke arah loker yang bertuliskan angka 157 itu. Di sebelahku terdapat beberapa anak yang juga memiliki kegiatan sama denganku, menaruh buku-buku mereka. Ataupun mengambil keperluan pribadi mereka. Ada beberapa dari mereka yang sibuk merias dirinya, tapi aku tidak peduli.Anak perempuan yang memiliki loker di sebelahku itu mencuri-curi pandang ke arahku. Tentu saja aku bisa merasakannya, meski aku tidak melihatnya. Apa ada yang salah denganku hari ini? Kenapa saat aku berjalan, beberapa anak melihatiku? Mungkin hanya aku yang terlalu besar hat
[Kim Young Mi’s POV]Teng Teng Teng“Joheunbam bonaeseyo, kalian bisa melanjutkan aktivitas kalian.”Serempak seisi kelas langsung berdiri dan membungkuk sebagai salam penghormatan. Setelah guru kami pergi, beberapa anak langsung pergi keluar dan pulang. Mereka sudah memiliki kegiatan mereka masing-masing seusai sekolah selesai.Begitu pun dengan aku. Aku sudah memiliki rencana untuk malam ini. Bukan rencana yang spesial, karena aku hanya akan menghabiskan malam di perpustakaan sembari membahas tugas biologi bersama Yoon Jae.“Young Mi-ah!” Aku mendengar suara ceria Hera dari belakangku. Otomatis aku langsung menoleh ke arahnya.“Malam ini, kau ada rencana?” tanyanya.“Iya. Aku akan membahas tugas biologi dengan Yoon Jae.”Seketika raut di wajahnya berubah. “O-oh … benar juga.” Ia langsung memegang tangan Yuri dan berkata
[Im Aerum’s POV]Beberapa orang berkata bahwa, “Tidak akan ada yang bisa menggantikan sahabat semasa sekolah menengah.” Aku rasa yang mereka ucapkan itu benar adanya. Terutama untukku, yang bahkan sama sekali tidak memiliki teman di SMA-ku saat ini.Jujur saja, aku tak pernah memahami maksud dari ucapan mereka beberapa waktu yang lalu. Namun, saat aku sedang menyiapkan bekal makanan untuk persiapan piknikku dengan Yeri, aku merasa yang mereka ucapkan benar. Sejauh ini, aku sama sekali tidak memiliki teman yang dekat denganku di sekolah baruku. Terutama jika kau tahu bagaimana bersekolah di sekolah para artis itu.Meski aku selalu terlihat cuek dan malas-malasan ketika bertemu Yeri, tapi percayalah, dia adalah salah satu teman terbaik yang pernah kupunya. Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku dan berniat meneleponnya.“Bersiap-siaplah. Aku sudah berjalan ke arah rumahmu. Aku tidak akan menunggu lagi, oke?&rdq
[Kim Young Mi’s POV]Banyaknya tugas dan juga jadwal di sekolah akhir-akhir ini membuatku cukup jarang bertemu dengan bibi Yeesung. Aku juga meminta bibi Yeesung untuk berhenti memberikanku uang untuk bekal ke sekolah. Namun, ia selalu memberiku uang, setidaknya sebulan sekali. Karena aku merasa tak enak padanya, hari ini aku memutuskan untuk kembali membantu di restorannya.Aku memasuki restoran bibi masih mengenakan seragam sekolah. Mungkin karena hari ini adalah hari kerja, jadi tak banyak orang yang datang ke restoran. Berbeda dengan hari Sabtu ataupun hari Minggu. Setelah mengganti seragam sekolahku, aku segera mencari keberadaan bibi. Nampaknya, bibi sedang tidak berada di restoran.“Hei, kau lama sekali tidak datang ke sini,” sapa Dongsuk dari belakangku.“Ah, mianhae. Akhir-akhir ini aku cukup sibuk dengan jadwal sekolah.”Dongsuk mengangguk-angguk. “Aku bisa memahaminya. Tapi, a
[Im Areum’s POV]Hari pertama di minggu ini berjalan sangat lambat. Banyak tugas-tugas yang harus kukerjakan. Untungnya, karena aku bersekolah di sekolah seni, jadi kebanyakan tugas yang diberikan sekolah adalah tugas praktik bukan akademis. Ya, meski begitu kami juga tetap mendapatkan tugas akademis seperti murid sekolah lainnya.Kendala yang selalu kualami lagi-lagi masih sama, yaitu dalam tugas berkelompok. Aku bingung harus pergi ke siapa jika ada tugas berkelompok seperti ini. Sedangkan hampir sebagian tugas kami adalah berkelompok. Lagi-lagi hal ini terjadi, seperti saat ini ….“Sekarang kalian bisa membentuk suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Tugas kalian kali ini adalah menyajikan grup vokal musik dengan akapela,” ucap guru vokal kami.Ruangan vokal yang sedari tadi hening itu langsung mulai gaduh. Beberapa anak mulai mencari-cari teman untuk dijadikan teman sekelompok. Mataku mulai