[Im Aerum’s POV]
Derap langkah kakiku menggema di lorong stasiun. Aku menaiki tangga yang cukup tinggi itu. Sambil aku terus berjalan bisa kurasakan setitik keringat turun di leherku. Jika tahu akan panas begini aku tidak akan menggunakan pakaian lengan panjang begini, sesalku.
Tangan kananku menggengam ponsel yang berwarna keemasan itu. Karena aku terus menerus berlari aku tidak sadar bahwa ponsel itu bergetar. Aku berhenti sejenak di depan sebuah minimarket.
“Yeoboseyo?”
“Kau di mana sekarang? Semuanya sudah berkumpul di sini.”
“Yah, jinjja? Tunggu sebentar. Aku akan sampai kurang dari lima menit.”
“Oke. Tenang saja tidak usah buru-buru.”
Begitu mengetahui jika semua orang sudah berkumpul aku segera mempercepat langkahku. Rasanya sangat tidak enak jika aku akan menjadi orang terakhir yang datang.
“Seharusnya kafenya berada di dekat sini,” kataku pada diri sendiri.
Aku mulai m
Hai hai! Udah lama nih kayaknya aku nggak nyapa kalian. Gimana nih kabar kalian? Semoga baik-baik semua , ya. Oh ya, anyway, mungkin yang baca cerita ini ga semuanya ngikutin Kpop. Jadi, buat kalian yang bingung apa itu sasaeng, sasaeng itu semacam fans tapi mereka bener-bener fans yang sudah over gitu. Mereka sampai cari-cari informasi tentang idol yang mereka suka dengan cara yang ilegal. Gitu deh... Oke, segitu aja dari aku. See you later!
[Im Aerum’s POV] “Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu,” ucap seorang anak yang bernama Seonghwa sembari tertawa itu. “Wah, benar sekali, Seonghwa. Kira-kira kita hari ini akan melakukan apa ya?” Dua pembawa acara di depan sedang bercengkerama untuk menghangatkan suasana. Kedua pembawa acara itu sendiri merupakan teman sesama alumni sekolah kami. Aku tersenyum mendengar pembicaraan mereka. Benar, sudah lama sekali kami tidak bertemu. Untuk mengobati rasa rindu itu, beberapa anak memiliki inisiatif untuk mengadakan acara ini. Akhirnya, mereka memutuskan untuk memilih kafe ini. Karena pemilik dari kafe ini sendiri adalah kepala sekolah kami. “Bagaimana dengan sekolah kalian sejauh ini?” tanya Yeri membuka pembicaraan di antara kami. Eunhyuk tampak berpikir sejenak. “Sekolahku baik-baik saja, sih.” “Bukannya harusnya kita bertanya kepada yang bersekolah di sekolah para artis itu?” goda Gyu sambil melirikku seki
[Kim Young Mi’s POV] “Aku kan sudah kasih tahu ….” “Kau sih … tadi kan kita sudah ingatkan buat kau beri pesan di grup.” Salah satu dari mereka mendecak sebal. “Semoga saja dia tidak aneh-aneh.” “The point is, kalau memang kau ingin mendekati anak itu ya kau harus dekati dia secepatnya. Mana tahu kalau dia diam-diam suka dengan anak lain?” “Yah! Jangan begitu ….” Aku terdiam sejenak di tempatku. Jantungku terasa seperti jatuh ke tanah. Apa maksud dari pembicaraan mereka? Tanganku masih mengenggam gagang pintu perpustakaan yang dingin itu. Kakiku melangkah ke belakang perlahan. Sepertinya aku tidak bisa keluar sekarang. Telingaku termasuk salah satu telinga yang sensitif. Aku bisa menangkap suara yang lumayan kecil dari kejauhan. Dan, suara yang tadi ku dengar itu sudah pasti suara Hera dan Yuri. Tapi, ada satu orang lagi yang aku tidak tahu itu suara siapa. Aku bisa mendengar derap langkah dari
[Im Aerum’s POV] Sudah menjadi kebiasaan sehari-hariku untuk menunggu di halte bus setiap berangkat dan pulang sekolah. Tak seperti biasanya halte bus hari ini terlihat lebih sepi. Hanya ada beberapa orang yang nampak sedang menunggu. Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa aku tidak diantar oleh kedua orang tuaku. Amma selalu bilang ini untuk membiasakanku agar hidup mandiri. Sebenarnya, aku juga cukup malas harus bangun lebih pagi hanya untuk mengejar bus. Tapi, sepertinya perkataan Amma ada benarnya juga. Lagian jarak antara rumah dan sekolahku tidak begitu jauh. Sejauh ini aku tidak pernah melihat anak dari sekolahku yang menggunakan bus. Atau setidaknya bertemu denganku di halte bus. Padahal, jarak halte bus ini dari sekolah tidak begitu jauh. Tidak heran, karena mereka selalu diantar oleh kedua orang tua mereka. Bahkan ada beberapa anak yang diantar menggunakan sopir dari agensi mereka. Ini hanya berlaku untuk merek
[Kim Young Mi’s POV] Aku menengadah ke atas langit yang sudah gelap tanda malam telah tiba. Terakhir kali aku menengadah ke langit hari ini langit nampak masih berwarna biru muda. Tak terasa hari ini berjalan sangat cepat. Kebanyakan waktuku kuhabiskan di dalam sekolah, jadi sungguh tak terasa waktu bisa berjalan secepat ini. Kakiku menapak di jalanan yang basah akibat hujan tadi. Jalanan cukup ramai hari ini. Mungkinkah karena hari ini adalah hari Jumat? Hari Jumat adalah sehari sebelum hari libur, tak heran jalanan lebih ramai. Aku menunggu jalanan sedikit lengang terlebih dahulu barulah aku menyeberang. Sudah lama sekali aku tidak kembali untuk membantu bekerja di restoran bibi Yeesung. Pasti bibi kewalahan karena tidak ada yang membantunya. Aku berlari kecil dan segera memasuki restoran bibi itu. Di dalam restoran bibi nampak beberapa orang sedang sibuk menyantap hidangan mereka. Bahkan ada satu keluarga besar yang sepertinya seda
[Im Aerum’s POV] Sudah seminggu berlalu semenjak eonnie Michelle terakhir kali meneleponku. Meski akhir-akhir ini aku disibukkan oleh kegiatan dan tugas dari sekolah, tapi kadang kala sewaktu senggangku aku masih sempat memikirkan mengenai ucapan eonnie Michelle. Aku memandang ke langit-langit kamarku dan menghela napas. Mungkin ini memang belum rezekiku saja. Apakah eonnie Michelle mengatakan itu sengaja agar aku merasa sedikit terhibur? Lagi-lagi untuk kesekian kalinya aku mencoba menghalau pemikiranku ini. Karena semakin aku memikirkannya semakin besar keinginanku untuk menjadi seorang trainee di sana. Aku pun teringat dengan ucapan beberapa idol dalam interview mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka harus mengikuti beberapa kali audisi hingga akhirnya mereka benar-benar diterima sebagai trainee. Namun, tak sedikit pula yang memang terlahir sangat beruntung dan dalam sekali aud
[Kim Young Mi’s POV] Hyenjin: Young Mi … kita sudah menunggumu di sini. Kenapa kau juga belum datang ? Kami akan menunggu di booth yang kemarin sudah kuberitahu. 5 Panggilan tidak terjawab dari Hyenjin. Aku melihat isi pesan dari Hyenjin dengan tidak sabar. Sudah lima menit lamanya aku memandangi jam yang tergantung di dinding dengan cemas. Ini sudah jam setengah enam malam. Namun, aku masih saja berada di restoran bibi Yeesung. Seharusnya aku sudah berangkat sedari tadi, bukannya malah masih di sini. Tenang tenang, Young Mi. Satu pesanan lagi dan kau bisa pergi menyusul mereka. Aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Restoran hari ini kebetulan lagi ramai. Mana bisa aku meninggalkan tugasku dan memilih untuk jalan-jalan santai dengan temanku? Apalagi di saat bibi sedang tidak ada di resto. Kalutnya pikiranku membuatku tidak tersadar bahwa mak
[Im Aerum’s POV] “Tuh kan benar apa yang Oppa bilang,” kata Oppa sambil mencomot satu daging di hadapannya. “Oppa pernah bilang apa memangnya?” “Aku pernah bilang kalau kau bisa jadi the next Blackpink. Hm, harusnya aku tidak perlu mengingatkanmu lagi. Nanti kau malah sombong.” Aku mendecakkan lidahku sebal. “Cih? Siapa juga yang sombong? Lagian ini kan baru audisi pertama.” “Sstt, sudah. Ayo fokus makan jangan bertengkar terus.” “Ne, eomma.” Aku pun mengambil beberapa daging dan menaruhnya di piring kecilku. Sekarang semua anggota keluargaku sudah mengetahui kalau aku diterima di audisi pertama. Yah, meskipun ini baru audisi pertama tapi reaksi mereka sudah di luar dugaanku. Aku harus berjuang lebih lagi di audisi kedua agar aku tidak mengecewakan mereka. Karena Mama dan Papa terlalu bergembira mendengar kabar dariku, tanpa berpikir panjang mereka memutuskan untuk me
[Kim Young Mi’s POV]“Young Mi, bagaimana kalau kau menunggu di sini saja?” tanya Hera dengan senyum manis yang penuh dengan makna terselubung itu.“Ehm … aku tunggu di sini juga tidak apa-apa, kok. Pergilah kalau kalian mau pergi.”“Apa kau tidak apa-apa di sini sendirian?” tanya Hyenjin terlihat sedikit khawatir.Tidak yakin apakah dia benar-benar mengkhawatirkanku ataukah dia hanya berpura-pura saja. Mengingat bahwa Hyenjin juga adalah teman Hera dan Yuri.“Baiklah. Kalau begitu kami pergi ke dalam toko itu dulu.”Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. Ku lihat Hera langsung menarik tangan Hyenjin, Yuri, dan salah satu teman Hera itu untuk pergi dari sini secepatnya. Aku menundukkan kepalaku berusaha menahan kesedihanku. Tidak menyadari bahwa Hyenjin menoleh ke belakang dengan tatapan khawatir tertuju kepadaku.* * * *“Tunggu-tunggu. Seben
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A