Mataku mengerjab liar dengan napas turun naik. Aku tersengal. Ada ketakutan yang luar biasa dalam tatapanku memandang sosok yang sudah di sisih pembaringanku.
Di dalam minimnya pencahayaan lampu kamarku, aku tak mampu menembus wajah siapa yang sudah berada dalam kamarku.
Bahkan aku masih terfokus pada mimpi buruk yang sudah bertahin-tahun menghilang dalam tidurku. Tapi kini tiba-tiba muncul menyeruak ke masuk dalam rongga-rongga otak dan pikiranku.
Ada apakah ini? Mungkinkah selama ini ayah di sana kurang tenang. Rasanya miris sekali setiap mengingat peristiwa pahit itu. Ayah meninggal setelah dinyatakan pembuluh darah di kepalanya pecah yang di sebabkan peradangan otak.
Pukulan setiap ayah melakukan kesalahan membuat ayah sakit dan akhirnya meninggal. Andai saja ayah tidak terlilit hutang pada majikannya nggak mungkin ayah memgabdi seumur hidup menjadi koki di keluarga Cakrawala.
Akh! Seandainya waktu masih bisa diputar dan aki waktu it
Hallo pembaca yang baik hati. Terim kasih ya sidah mampir Mampir lagi yik Fatamorgana Sang Kapten Takdir yang Tertunda
Buat para pembaca terima kasih sudah mau membaca karya saya. Untuk ban 52 sepertinya ada kesalahan teknis ya teman-teman Mohon maaf. Mohon dimengerti. Bab ini khsus untuk permohonan maaf saya. Karena saya nulisnya ketiduran hingga seharusnya belum di up malah sudah ke up. Sekali lagi saya mohon maaf atas keteledoran ini. Setelah catatan ini saya akan up bab 52nya. Semoga para pembaca berkenan. Dan memaklumi tindakan teledor saya. Bab 52. Akan saya buat lebih greget lagi dan semoga para pembaca tidak kecewa. Dan masih setia dengan karya saya. Selalu saya tunggu komen-komennya yang bisa membuat data lebih baik kritikannya dan juga dukungannya. Selalu saya tunggu.
Pesta di bawah sana masih berlangsung meriah meskipun waktu sudah dipenghujung malam. Namun pesta bertema pasangan yang diadakan oleh keluarga Gumelar itu semakin seru. Hari ulag tahun Nenek Sundari dirayakan atas permintaannya sendiri. Namun diawal-awal acara tadi sore sudah ada insiden yang tidak diinginkan. Daiva tiba-tiba pingsan di dapur ketika dia mau mengambil makanan. Entah apa yang terjadi dengan gadis itu. Gegar menggendong tubuhnya ke kamar kosong yang selalu disediakan khusus untuk tamu yang akan menginap. Sedang Damian gelisah di dalam pesta karena sudah hampir berjam-jam Daiva belum sadar juga. Padahal sudah memanggil dokter. "Gegar apa Iva belum sadar?" Akhirnya Damian sudah tidak bisa menunggu lama lagi dan dia memutuskan untuk datang ke kamar di mana Daiva di baringkan di sana. Setelah mengetuk pintu tiga kali Damian memaksakan diri untuk masuk ke kamar itu. Terlihat Daiva masih memejamkan mata. Damian berniat me
Plak! Plak! Aku terkesima melihat kedua tangan itu bergantian melayang ke pipi Claudia. Wajah gadis itu merah seketika dan ada buliran bening susah menbasahi pipinya. "Key," desis Claudia seperti kesakitan. Ada amarah yang begitu besar dari tataoan wajahnya. Sedangkan Keyko hanya bergeming menatap wajah putih yang kini memar oleh tangannya. Ada penyesalan yang begitu sangat di hati pria itu. Jelas terlihat dari pancaran sinar matanya. Entah kenapa, aku yang begitu kesakitan melihat kenyataan itu bahwa dia sangat mencintai Claudia. Sebenarnya sandiwara apa yang Key perankan sekarang ini? Di sisi lain dia menginginkan aku kembali menjadi miliknya. Di satunya lagi dia tidak bisa kehilangan Claudia. Akh! Brengsek! Yang bodoh itu aku. Kenapa mudah banget terhasut lagi olehnya. Dengan tertatih aku mencoba bangun dan mengambil tasku. Tak kupedulikan Key yang memeluk erat Claudia. Wanita itu menagis dengan isak pilu. Sepertinya takut kehilangan Keyko.
"Aku nggak suka dengan sifat posesifmu ini, Damian." Seketika kurasakan pergerakan Damian membeku. Bukan berarti dia melepaskan tubuhku dari cengkramannya. "Aku mencintaimu, Iva. Sangat mencintaimu. Kamulah orang pertama kali yang bisa mebuatku melupakan peristiwa pahit itu. Kali ini gantian aku yang membeku. Keinginanku untuk melepaskan diri darinya tiba-tiba sirna. "Apa tidak bisa sedikit saja menyisakan ruang hati untuk namaku, Iva? Apa benar-benar kamu belum bisa melupakan, Key? Aku menghela napas berat. Bahkan Damian pun tak mengerti tentang rasa trauma itu. "Bukan masalah itu. Tapi memang aku lagi ingin sendiri. Maaf kalau aku mengecewakanmu." Damian tertegun lemas memandangiku yang sudah bisa membebaskan diri darinya. "Kamu mau kemana?" tanyanya seolah sudah pasrah melepaskan aku. Aku tak menyangka ternyata itu benar. Damian membiarkan aku pergi. "Aku akan ke luar Jakarta. Lebih tepatnya meninggalkan Jakart
Damian mulai curiga dengan sikap Nenek Sundary terhadap Daiva yang begitu antusias mendekatinya. Bahkan neneknya baru mengenal sosok Daiva. Bahkan sekarang Damian merasa neneknya mendekatkan Daiva dengan Keyko. Dalam hal ini Damian merasa dikucilkan dan sangat dibedakan dengan Keyko. Apa mungkin selama ini dirinya bukan keluarga yang sesungguhnya meskipun statusnya sepupu dekat Keyko khayang Gumelar. "Silakan diminum, Damian," titahku sambil menyodorkab teh panas ke hadapan Damian yang terlihat murung. Dari beberapa menit dia sampai di sini, wajahnya keliatan tak bersemangat dan banyak melamun. Entah apa yang menjadi pikirannya. Duda tampan itu kemudian meraih cangkir berukuran sedang itu dan menyeruput teh gingseng minuman khas keluarga Gumelar. "Jadi kamu mau tibggal di sini berapa lama?" tanya sambil menatapku teduh. Ada kepedihan yang tersimpan di netra coklatnya itu. "Aku belum tahu. Nenek hanya berkata padaku untuk me
"Damian," desisku tajam membuat ekor mata Keyko mengikuti tatapanku. Di sana di depan pintu terlihat Damian berdiri dengan tegap dan berjalan masuk tanpa di suruh."Iva, ayok kita pulang," ucapnya lagi membuat Nenek Sundary tergesa berdiri."Daiva, malam ini dan seterusnya akan tetap dini. Dia akan merawat Nenek."Tapi, Nek__Damian berhenti. Tak lagi membantah. Tatapan tajam dan licik itu menguar dari mata Sang Nenek. Damian tahu siapa dan bagaimana si nenek ini.Wanita tua yang sangat jahat dan tak berperikemanusiaan. Ada segurat kegelisahan yang sangat kentara ditunjukkan oleh duda tampan itu.Aku hanya menghela napas pendek. Ku tunggu matanya bertemu dengan mataku untuk memastikan bahwa aku akan sangat baik-baik saja.Setelah terjadi perdebatan sebentar akhirnya Damian pulang. Masih jelas terlihat wajahnya yang menunjukkan kecemasan dan kekhawatirannya padaku.Aku hanya memberikan isyarat bahwa aku akan baik-baik saja. Aku
Tok tok tok, Seketika aku mekentingkan tubuhku mana kala kaget mendengur ketukan pintu itu sekali merasakan lidah Key menghisap kuat milikku. Dan seketika itu juga ada sesuatu yang menyembur membasahi wajahnya. Aku tersengal dan terengah dengan napas satu-satu. Sesuatu yang sydah lana sekali tidak kurasakan dari mantan pacarku ini. Akh! Dasar jalang! Aku memaki dan merutuki diriku sendiri. Gampang sekali tergoda dengannya. Dasar brengsek aku ini! "Sayang, ada yang ngetuk lagi. Aku apa kamu yang buka? Sedikit mengerjab luar aku merapikan bajuku dan dalamanku yang sudah tak tahu di campakkan oleh Keyko di mana. Dengan tergesa aku menghampiri pintu dan membukanya. "Maaf, Mbak Daiva. Saya cuma disuruh Nyonta besar untuk memberikan teh hangat kepada Mbak Daiva." Aku sedikit terkejut dengan kedatangan Mbok inah. Sebegiru perhatiannya Nenek sundary sampai sudah malam begini masih mengirimiku teh. "Terima ka
"Mbok Inah, bisa minta kunci serepnya kamar Mbak Iva!" Boom! Aku menciut mendengar suara Damian. Ketakutan merambatiku. Belum lagi aku bisa menguasai situasi tiba-tiba pintu sudah terbuka dan yang membuka itu itu adalah Keyko. Aku melotot melihat sikap konyol Key. Kenapa dia bertindak nggak waras begitu. "Key, kok kamu di sini? Bukannya ini__ "Ini kamarku kan? Sudah sewajarnyalah aku tidur di sini!" Jawaban ketus Keyko membuat Damian mengetatkan rahangnya. Sekilas mata abunya menangkap bayanganku ada dalam kegelapan. "Iva! Ayo kamu bangun! Kita harus segera ke kantor." "Maksud kamu apa Damian? Daiva sudah bekerja di sini untuk nenek. Dia nggak akan kerja di kantor kamu lagi!" Kali ini Damian sudah hilang kesadaran. Wajahnya tiba-tiba menggelap dengan mata tajam bak burung elang. Aku semakin menciut. Kekisruhan ini harus segera diatasi kalau nggak ingin ada keributan sepagi ini oleh dua orang ya