"Eh, Yuyun. Lu apain anak gue ...??" teriak Bu Minah.
"Anak Lu tuh berisik pagi-pagi."Drama sesungguhnya telah dimulai. Drama yang telah terjadi bertahun-tahun lamanya, selalu berulang dan tak kenal waktu. Drama ini bisa tayang pagi, siang, sore, malam, pokoknya suka-suka dua tokoh utamanya saja. Entah ini sudah episode yang keberapa, yang jelas drama ini masih akan terus berlanjut. Dari masa kepemimpinan RT Sadeli sampai RT Saepudin, belum ada yang berhasil mendamaikan mereka berdua. Semua warga di lingkungan itu pun sudah terbiasa mendengar keributan macam ini. Para tetangga menganggap keributan mereka bagai kicauan burung di pagi hari. Malah aneh rasanya kalau Bu Minah dan Bu Yuyun enggak ribut.Bu Minah dan Bu Yuyun memang selalu bersaing dari masih muda. Baik di sekolah, RT, Kabupaten, Provinsi, dimana pun itu jika salah satu mendapatkan sesuatu maka satunya lagi tak akan mau kalah. Sampai-sampai masalah percintaan keduanya juga bersaing meski akhirnya lelaki incaran mereka lebih memilih Bu Yuyun yang berdaging tebal. Untuk merayakan kemenangannya, Bu Yuyun sengaja membeli rumah tepat di depan rumah Bu Minah agar bisa pamer kemesraan setiap hari, karena baginya suaminya adalah pencapaian terbesar selama bersaing dengan Bu Minah."Kak, Kak, hayuuk cepetan jalan," kata Dita setelah duduk di jog belakang motor Nara."Gara-gara kamu sih, ribut kan ...""Ah sudah biasa. Ayok jalan keburu telat," jawab Dita santai karena memang sudah biasa menyaksikan keributan macam itu antara ibunya dan Bu Yuyun."Besok kalau ngaret lagi kakak tinggal.""Iya iya ..."Nara segera memacu kecepatan untuk menghindari keributan itu, sementara mulutnya masih terus mengomeli Dita. Kesabarannya benar-benar telah habis menghadapi Dita yang tak bisa diajak kerjasama. Sedangkan di belakang sana Bu Minah dan Bu Yuyun masih sibuk bertikai tiada ada akhir. Kopyah Pak RT sampai terbang entah kemana saat melerai mereka berdua.Matahari belum meninggi, namun jalanan sudah dipadati oleh kendaraan warga Jakarta yang hendak melakukan aktifitasnya masing-masing. Banyak orang rela menghabiskan banyak waktu dan tenaga bergumul dengan kemacetan setiap harinya agar tetap bisa hidup di ibukota yang katanya lebih kejam daripada ibu tiri. Begitu pula dengan Nara, ia memacu motor maticnya dengan kecepatan tinggi berharap dapat mengejar jam masuk sekolah Dita dan juga menyelamatkan pekerjaannya. Hidup di Jakarta memang harus berpacu dengan waktu, jika tidak bisa repot sendiri."Dit, munduran donk berat," kata Nara karena Dita terus menempel di punggungnya."Ngantuk, Kak," jawab Dita dengan mata terpejam di atas motor."Ngapain aja sih semalem ??""Ada project ultahnya Jason, Kak.""Ultah kakak aja gak pernah kamu rayain. Ini sodara bukan, pacar bukan, dibela-belain.""Itu namanya fans sejati. Ahh Kakak mana ngerti.""Susah yaa ngomong sama FANS SEJATI," jawab Nara ketus.Na
Nara segera berlari menuju lantai dua mall setelah memarkir motornya di basemen. Tapi baru saja menginjakkan kaki di lantai satu, Nara kembali berbalik arah karena baru ingat ID card nya tertinggal di jog motor."Aaah, sial ..." gumam Nara kesal.Nara memeriksa jam di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan angka 08.15 itu artinya Nara sudah telat selama lima belas menit sekaligus kehilangan uang makannya hari ini. Berlarian seperti itu juga sangat menguras tenaganya, bajunya sampai basah oleh keringat, padahal siraman air Bu Yuyun baru saja kering tertiup angin di jalan. Dita benar-benar membuat harinya kacau.Nara mengambil nafas sejenak setelah sampai di parkiran. Motornya terparkir lumayan jauh dari pintu masuk sehingga memerlukan tenaga ekstra untuk sampai di sana. Setelah mengambil ID card nya, Nara segera berlari lagi untuk mengejar waktu. Untungnya ia pernah juara lomba lari tingkat RT saat tujuh belasan, jadi kakinya lumayan bisa diajak kerjasama. Jika
Jam sekolah baru saja berakhir, Dita berdiri di depan gerbang sekolahnya. Di saat semua temannya dijemput sopir pribadi mereka, ia hanya berdiri menunggu angkutan umum yang lewat. Dita melihat mereka dari jauh sambil berhayal duduk di dalam mobil yang dingin, bermain hp di kursi belakang sopir tanpa khawatir kepanasan sepertinya sangat menyenangkan. Dita mengamini dalam hati. Semenit kemudian abang tukang bakso lewat dengan senyum menyembul di bibirnya. Di gerobaknya tertulis sebuah kata mutiara yang sangat menyentuh, "BERSUSAH-SUSAH DAHULU TETAP SUSAH KEMUDIAN."Pyaaar ... Dita langsung ambyar tertampar realita. Abang bakso itu sepertinya utusan dari langit yang sengaja datang untuk membangunkannya dari mimpi di siang bolong. Dita tersenyum kecut sambil mengumpat dalam hati."Bangun Dita, tidurmu terlalu miring," teriak Dita dalam hati pada dirinya sendiri.Tak lama kemudian hujan tiba-tiba turun. Tidak deras tapi cukup membuat basah seragam Dita. Ia segera
Dita, Elin dan Nadia terlihat sangat menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan Jason. Sesaat mereka bersorak dan berteriak saat Jason menyanyikan lagu up beat, sesaat kemudian bisa menangis meraung-raung saat lagu melow dinyanyikan. Suara Jason benar-benar berhasil mengaduk-aduk perasaan mereka. Ketampanan Jason yang meluap-luap membuat mereka tak bisa memalingkan pandangan sedikit pun. Keringat di tubuh Jason saat beraksi di atas panggung juga semakin membuatnya terlihat sexy. Belum lagi suaranya yang berat saat menyapa para fans membuat mereka tak bisa berhenti untuk terus meneriakkan nama Jason berkali-kali. Di akhir konser Jason melempar handuk putih bekas keringat miliknya ke arah penonton, beruntung Elin lah yang bisa mendapatkannya. Mereka pun berteriak-teriak kegirangan seperti orang kesurupan sampai suaranya habis."Gue seneng banget hari ini ..." kata Elin setelah keluar dari area konser."Besok gue pinjem ya handuknya, please," kata Nadia memelas."E
Nara berjalan menuju parkiran saat jam kerjanya telah berakhir. Walau lelah ia tetap bersukur, setidaknya semuanya masih berjalan lancar seperti biasanya. Nara tipe orang yang selalu berfikir positif, ia percaya seberat apapun hidup jika dijalani dengan tulus pasti akan terasa ringan. Sedikit tersenyum kadang bisa mengembalikan semangatnya yang hampir patah. Jika senyum belum juga mengembalikan semangatnya, biasanya ia akan berbagi keresahan dengan Junan pacarnya. Dia senior di kampus Nara yang sudah enam bulan ia pacari. Belum lama memang, tapi cukup membuat Nara bahagia.Nara duduk di atas motor mengecek semua pesan masuk yang belum sempat ia baca. Karena semua kesibukannya hari ini Nara baru bisa membuka ponselnya. Dari semua pesan yang ia terima tak ada satu pun pesan dari Junan yang masuk. Bahkan pesan yang Nara kirim tidak dibacanya sejak pagi. Padahal biasanya Junan selalu menunjukkan perhatian. Entah itu menelpon atau sekedar mengirimi pesan penyemangat. Nara mulai kh
Nara masih duduk di atas aspal sambil menatap lekat wajah pria di hadapannya. Matanya, hidungnya, bibirnya, semua yang dimiliki pria itu membuat Nara terkagum, ia tak menyangka akan bertemu dengannya dengan cara seperti ini."Botol air," kata Nara tanpa disadari. Ia ingat wajah itu ada di botol air milik Dita yang ia ambil beberapa waktu yang lalu."Kamu gak apa-apa, kan ?"Nara tak menjawab, hanya mengangguk sambil mengalihkan perhatian saking salah tingkahnya."Saya anterin ke rumah sakit, ya.""Eng, enggak usah. Gak papa kok," jawab Nara gugup setelah beberapa saat terpana oleh wajah tampan pria itu."Maaf teman saya tadi kasar sama kamu.""Gak apa. Saya mau ganti rugi kok," kata Nara bersungguh-sungguh."Gak usah. Yang penting kamu baik-baik aja," jawab pria itu, membuat semua penggemarnya semakin terkagum melihat kebaikannya."Tapi ...""Mau saya anterin pulang ?" potong pria itu."Saya bisa pula
Hampir seharian berdiri, Nara belum juga mendapat satu pun pembeli. Bukan karena sepi, produk yang Nara jual sebenarnya tergolong laku di pasaran karena harganya yang terjangkau dan menawarkan fitur yang lengkap. Masalahnya orang-orang lebih suka dihandel oleh SPG yang SNI (sexy, nonjol, ihgemoy). Apalah Nara yang hanya setipis triplek. Sebenarnya Nara tak seburuk itu, cuma kurang perawatan saja. Semua cewek cantik kalau ada duitnya kan. Boro-boro buat beli skin care, buat bayar uang semester saja harus banting tulang sana sini. Coba Nara mau berdandan, SPG di mall itu semua lewat. Hanya lewat di depan Nara maksudnya. Tapi Nara memang cantik sebenarnya. Karena tidak mendapat satu pun pembeli, Nara berinisiatif jemput bola berdiri di luar outlet membagi-bagikan brosur ke pengunjung mall yang lewat. Kali aja ada calon pembeli yang nyangkut termakan umpannya."Silahkan mampir ... Kami ada tipe terbaru yang keren banget, loh," kata Nara pada seorang ABG yang
"Saya mau lihat-lihat, bisa ?" Jason membangunkan Nara yang masih terpaku karena kedatangannya secara tiba-tiba."Bisa bisa, mari silahkan." Nara membawa Jason masuk dengan muka canggung.Semua pengunjung di toko itu langsung berseri-seri saat melihat kedatangan Jason. Mereka tak menyangka bisa bertemu idolanya di tempat itu. Para SPG SNI pun mulai mendekat menawarkan bantuan untuk Jason, tapi ia cuma mau Nara yang membantunya. Ada perasaan bangga tapi juga khawatir, Nara khawatir Jason berubah fikiran lalu datang menemuinya untuk menagih biaya service mobil. Nara benar-benar bingung karena saat ini ia tak ada uang sama sekali."Maaf, Jason," kata Nara memberanikan diri."Iya.""Gimana mobilnya kemarin ?" tanya Nara di sela-sela aktifitasnya berkeliling memperkenalkan produk pada Jason."Masih di bengkel, sih.""Sekali lagi saya minta maaf." Nara terlihat tulus saat meminta maaf, Jason hanya tersenyum menanggapi permin
Nara sampai di depan sebuah mall. Ia turun dari mobil mewahnya sambil membuka kaca mata hitam yang ia pakai. Penampilannya super wah sampai menarik perhatian semua orang. Ia lempar kunci mobilnya lalu berjalan memasuki mall dengan kerennya. Di belakang sana seorang security melompat menangkap kunci mobil Niki bak seorang penjaga gawang profesional. Semua mata tertuju padanya, memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian mereka buru-buru membuka kalkulator untuk menghitung berapa banyak uang yang Nara habiskan untuk penampilan supernya itu. Mulut mereka langsung menganga saat melihat deretan angka nol di layar hp mereka. Nara tersenyum bangga, hari ini ia akan membuktikan perkataan Lisa di dalam lagunya, Money. Ia juga memotong pendek rambutnya untuk lebih merasakan feels Lisa di dalam dirinya. Pokoknya ia akan menghamburkan uang Niki sebanyak mungkin. "Dolla dollas dropin on my ass tonight ... " Nara sedikit menyanyikan lirik lagu itu sambil menenteng bany
Nara jatuh lemas di atas kasur. Tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah memikirkan semua yang terjadi. Nara ingin beristirahat sejenak untuk meredakan stres yang ia alami mengingat masih ada kehidupan di dalam perut Niki yang perlu ia jaga. Ia tak ingin membahayakan kehidupan janin yang tak berdosa itu. Nara berusaha memejamkan mata, tapi tak bisa karena ia terus memikirkan masalah yang sedang ia hadapi. Ia bangun dari balik selimut yang menutupi wajahnya, duduk di atas kasur dengan mata sembab karena seharian menangis."Ahaa ..."Di tengah kegalauannya, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul begitu saja. Nara teringat kata-kata bijak Bima, selama ada uang semua pasti beres. Buat apa bersedih kalau semua bisa diselesaikan dengan uang. Bagaimana pun juga saat ini ia adalah Niki yang kaya raya, kenapa ia tak memanfaatkan keadaan itu saja. Ia bisa membebaskan ibunya dari jerat hutang, ia juga bisa membiayai pengobatannya di rumah sakit menggunakan uang Niki. Nara baru sadar
Nara turun di depan gang rumahnya,Gang itu terlalu sempit untuk mobil, jadi ia harus berjalan kaki untuk sampai di rumahnya. Nara berjalan mengendap-endap, tak lupa ia pakai topi dan masker agar tak ada orang yang bisa mengenalinya. Saat ada orang lewat ia bersembunyi di balik pohon kadang juga menempel di belakang tiang listrik. Pokoknya aksinya itu justru menarik perhatian orang, untung tak dikira maling."Kayaknya gue over acting deh ..." keluhnya setelah merasa capek sendiri.Tak lama kemuadian Bu Yuyun melintas dengan sepeda motornya, Nara panik lalu buru-buru masuk ke dalam sebuah antrian agar keberadaanya tak diketahui oleh Bu Yuyun. Sungguh usaha yang sangat sia-sia, Bu Yuyun mana tahu kalau dia itu Nara."Sempol atau cilok, Neng ?" kata abang penjual menyadarkan Nara."Cilok lima ribu, Bang." Ya sudahlah akhirnya Nara membeli cilok abang itu. Lagipula sudah lama ia tak memakan jajanan wajib yang dulu hampir setiap hari menemaninya i
Ken memacu mobilnya menembus riuhnya jalanan ibu kota, sementara Nara masih duduk di sampingnya dengan mulut terkunci rapat. Hawa dingin mulai menyertai perjalanan mereka. Bukan karena AC mobil, tapi ekspresi wajah Ken yang tampak begitu dingin. Setelah hampir setengah jam berkendara akhirnya Ken menepikan mobilnya di depan sebuah cafe. Cafe itu lumayan private karena hanya bisa didatangi kalangan tertentu saja. Jadi mereka bisa berbicara dengan santai disana."Lo pesen apa ?" kata Ken memulai pembicaraan."Ngikut aja. Aku gak tahu mana yang enak," jawab Nara ragu-ragu. Jujur Nara agak khawatir melihat perubahan sikap Ken setelah mengetahui kehamilan Niki."Padahal lo yang sering ngajak gue kesini dulu.""Oya ?""He'em. Sebelum lo sama Jason," jawab Ken sambil tersenyum.Dari tatap matanya, Nara bisa tahu Ken sedang berusaha menutupi rasa kecewa. Nara curiga, jangan-jangan Ken selama ini memiliki rasa untuk Niki. Apal
"Stooop ..." teriak Nara keras karena terus mengingat momen pagi itu. Semua orang segera menghentikan aktifitas mereka dan terpaku menatap ke arahnya. Nara jadi salah tingkah."Oh ... stop dulu, aku mau ke toilet," kilah Nara. Semua orang langsung bernafas lega setelah mendengar jawaban Nara.Nara langsung berlari meninggalkan studio karena sudah tak sanggup menghadapi pikirannya sendiri. Ia harus menenangkan diri sejenak karena Jason benar-benar telah mengacaukan pikirannya. Pokoknya hari ini ia tak mau pulang ke apartemen, ia akan menghindari Jason untuk beberapa saat sebelum benar-benar gila dibuatnya.Nara berdiri menghadap cermin untuk menjernihkan pikirannya, tapi bukannya tenang kepalanya malah semakin pening. Entah karena terlalu memikirkan ciuman itu atau apa, yang jelas kepalanya terasa sangat berat. Badannya juga lemas hingga ia harus bersandar di meja wastafel depan toilet untuk menopang berat tubuhnya."Ahh ..." keluh Nara sambil terus memega
Hari ini Nara akan melakukan pemotretan dengan majalah fashion terkemuka. Ia duduk di depan cermin besar, seorang stylist menata rambutnya sementara seorang lainnya sibuk merapikan make up di wajahnya. Tak lama kemudian datang seorang staf untuk memasang sepatu di kakinya. Dalam hati Nara tesenyum bangga, ternyata diperlakukan istimewa bak seorang ratu sangat menyenangkan. Selama ini ia hanya menunggu momen pernikahan untuk menjadi ratu semalam, itu pun terasa sulit karena jodoh entah masih tersangkut dimana. Tapi kini semua telah terlampang di depan mata, ia merasa benar-benar menjadi ratu yang sesungguhnya."Perfect ..." kata Benny, MUA terkenal langganan para artis dan kalangan atas setelah selesai menata rambut Nara."Gimana say ?" Teh Gina memastikan."Udin say ... Emm cucok.""Abangku satu ini emang gak pernah ngecewain," puji Teh Gina."Ok cus fitting room yuk."Setelah Nara selesai dimake up, Teh Gina memeriksa la
Nara masih menikmati serangan pagi yang Jason lancarkan di meja dapur. Sayangnya aktifitas mereka harus terhenti saat ponsel Jason tiba-tiba berdering, managernya memanggil. Jason meminta Nara menunggu sebentar sementara ia menerima panggilan itu. Manager memintanya untuk menyalakan TV, katanya ada berita heboh tentang Bima. Jason segera menyalakan TV, benar wajah Bima sedang ada di semua saluran stasiun televisi dengan judul berita yang provokatif. Bima benar-benar sedang dalam masalah besar. Jason sedikit kesulitan untuk menghubungi Bima. Setelah beberapa kali memanggil, akhirnya Bima menerima panggilan itu. "Halo, bro," jawab Bima santai. Nara memberi isyarat agar Jason menghidupan speaker, ia ingin mendengar jawaban Bima atas berita itu. "Bim, berita itu gak bener, kan ?" Maksud Jason adalah berita pelecehan yang sedang viral dimana-mana. Seorang penggemar menuntut Bima atas kasus pelecehan. "Gak bener lah. Pelecehan darimananya ?? orang kit
Tapi ..."Tapi aku mau mandi dulu. Tunggu sebentar ya ..." bisik Jason di telinga Nara. Ia tersenyum menggoda lalu bergegas pergi ke kamar mandi.Saat Jason telah memasuki kamar mandi, Nara langsung mengambil ancang-ancang melompat ke atas tempat tidur. Nanti ia akan pura-pura tidur saat Jason keluar dari kamar mandi. Kalau itu tidak berhasil ia akan pura-pura kesurupan saja.Pagi hari yang cerah,Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Nara mulai membuka mata, tidurnya sangat lelap hingga ia bisa bangun sesiang itu. Meski begitu Nara masih enggan meninggalkan kasur, ia tarik kembali selimutnya lalu ia eratkan lengan Jason di pelukannya. Dekapan itu sangat menenangkan sampai membuatnya lupa siapa orang yang sedang berada di belakangnya itu. Nara langsung membuka matanya lebar-lebar setelah menyadari lengan Jason sedang melingkar erat di tubuhnya. Ia putar tubuhnya perlahan untuk memastikan. Jason masih tertidur lelap sambil memeluknya dari belakang. Nara jad
Daaaarrr ...Nara menyalakan petasan kertas saat Jason membuka pintu. Ia ingin menghiburnya dengan sebuah pesta kecil yang telah ia siapkan. Nara gagal dari misi jangan baper yang ia gaung-gaungkan sebelumnya. Pelukan hangat Jason kemarin benar-benar telah mencairkan gunung es di hatinya. Rasa kesal sebagai fans yang telah Jason bohongi pun telah ia singkirkan jauh-jauh."Apa ini, Nik ?" Jason tersenyum bahagia mendapatkan kejutan kecil dari Nara."Surprise ..." kata Nara sambil melempar senyum manis pada Jason. Nara menarik Jason ke sebuah meja makan yang telah ia hias begitu cantik dengan segelas wine dan bunga di tengah meja. Di atasnya sudah ada beberapa makanan kesukaan Jason, ada juga sekotak cup cake lengkap dengan lilin di atasnya. Nara langsung menyalakan lilin di atas cup cake buatannya itu."Ini ... dalam rangka apa, Nik ?" Jason nampak bahagia, sementara Nara masih sibuk menyalakan lilin dengan semangat."Ini ...""Ulang