Beranda / Romansa / FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT / 96 Pemegang Saham Cakrawangsa

Share

96 Pemegang Saham Cakrawangsa

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 20:58:47

"Van, kamu masuk duluan deh, aku nyusul lima menit lagi."

"Kenapa?"

Evan terpaksa mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil karena ucapan Hana yang tiba-tiba itu.

"Aku—"

"Kamu malu masuk bareng aku ke kantor?"

"Bukan malu, cuma—"

"Kamu istriku, kunikahi secara sah, kita nggak pernah nutup-nutupin, nggak ada yang salah sama hubungan kita, kenapa mesti malu atau nggak enak?"

Evan lantas mengusap puncak kepala Hana. "Nggak bakal ada yang berani ngomong aneh-aneh. Kalo pun ada, pasti ngomongnya di belakang kita, dan kita nggak perlu meduliin orang yang nggak berani ngomong di depan kita."

Sebenarnya Hana sendiri tidak mengerti dengan suasana hatinya. Tiba-tiba saja ketika mobil Evan telah terparkir dengan sempurna dan Evan mengajaknya turun, ada rasa enggan yang luar biasa muncul di dirinya.

Apakah Hana merasa insecure? Apalagi mengingat dirinya yang sempat digosipkan menggoda dan merebut Evan dari Melinda.

"Kamu pasti kepikiran gosip sebelum kita nikah?"

Hana mendelik kesal pada Evan,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   97 Panggil Aku 'Mas'

    Evan keluar dari kamar setengah jam lalu, dan Hana merasa itu waktu yang cukup untuk meredakan emosi. Karena itu, Hana memilih keluar mencari suaminya.Hana tertegun saat melihat Evan telah merebahkan diri di sofa ruang tengah sambil menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan kosong."Van." Tidak juga mendengar jawaban dari Evan, membuat Hana duduk bersimpuh di dekat sofa. "Maaf. Aku lupa bilang ke kamu."Evan masih memberikan Hana silent treatment, ia terlalu bingung bagaimana menghadapi masalah ini. Namun, tiba-tiba Hana menyandarkan kepalanya di bahu Evan. Hanya kepalanya saja yang bersandar karena tubuh Hana masih duduk di samping sofa.Mungkin bagi orang lain, itu adalah gerakan biasa. Tapi bagi Evan, impact-nya luar biasa. Amarah yang semula menguasainya tiba-tiba luruh begitu saja."Jangan gitu, nanti lehermu sakit," ucapnya sambil bergeser, merapat pada punggung sofa. "Sini."Hana tersenyum, ikut merebahkan diri di samping Evan, di atas sofa yang sebenarnya tidak terlal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   98 Penghianat

    "Van, eh ... Mas, takut."Evan dan Hana sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Ares sejak beberapa menit sebelumnya, tapi Hana masih terus menarik tangan suaminya, enggan untuk masuk ke dalam ruangan di hadapannya itu."Satu jam lagi RUPS dimulai, Sayang. Udah nggak ada waktu lagi. Kamu mau Ayah baru tau pas rapat? Nanti kalo Ayah shock gimana?""Pak Evan, Bu Hana, mau bertemu Pak Ares?" tanya Lukman, sekretaris yang sudah bertahun-tahun bekerja pada Ares. "Masuk aja. Pak Ares ada kok.""Iya, Pak," sahut Evan.Kepalang tanggung, dan sekretaris ayahnya sudah menatapnya dengan curiga, Evan akhirnya mengetuk pintu ruang kerja ayahnya. Evan membuka pintu setelah mendengar ayahnya mempersilakan masuk."Van, Han?""Yah, ada yang perlu kita obrolin," ucap Evan sambil menggandeng tangan Hana dan memintanya duduk di two seater sofa.Ares tidak banyak bertanya, ia hanya berdiri dari kursi kerjanya dan ikut duduk di single seater sofa yang ada di depan anak dan menantunya. "Ada apa?""Mau kopi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   99 Hadiah Pernikahan

    "Nggak bisa, kami menolak."Setelah seseorang mengatakannya, lalu terdengar suara riuh yang juga menyepakati apa yang diucapkan orang itu.Hana masih menunduk, menggigiti bibir bawahnya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya ia bisa menghadapi orang-orang yang menyudutkannya, kinerjanya juga sudah tidak perlu diragukan lagi.Ares mengetuk microphone-nya beberapa kali, tanda kalau ia ingin berbicara dan mendapat perhatian dari para pemegang saham yang hadir di aula besar. Ibra bahkan menghentikan langkahnya untuk memperhatikan apa yang ingin diucapkan lelaki yang pernah mengajaknya makan siang itu."Saya rasa pengalihan saham milik Hana ke pihak lain tidak ada hubungannya dengan posisi Hana sebagai asisten di perusahaan ini. Kinerjanya sudah terbukti, dia sudah membantu saya bertahun-tahun. Lalu sekarang, meskipun Evan baru masuk ke perusahaan, berapa proyek yang berhasil digarapnya? Itu menunjukkan kerja sama yang bagus antara Evan dan Hana, tidak bisa kita pungkiri itu kan?""Tap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   100 Mencintai Kamu Sedalam Ini

    Dengan perlahan, Evan mendorong Hana ke dinding setelah mengunci pintu kamar.Kepulangan mereka di siang hari tentu saja membuat dua ART di rumah mereka kebingungan. Tapi melihat keduanya yang tergesa masuk ke kamar dan mengunci pintu, kedua ART mereka hanya bisa mengulum senyum.Tangan Evan bergerak cepat membuka blazer yang dikenakan Hana dan menjatuhkannya ke dekat kakinya. Begitu juga dengan blouse tanpa lengan dan celana panjang yang dikenakan istrinya. Ia seperti sudah terlatih menanggalkan itu semua dalam waktu singkat.Sementara Hana masih berkutat dengan kancing baju suaminya yang sialnya terasa sangat sulit dilepaskan karena tangannya yang bergetar.Evan menikmati waktunya, membiarkan istrinya berlatih menanggalkan pakaiannya. Ia tersenyum simpul sambil memandang lantai tempat baju Hana berserakan. Istrinya tidak akan mengomel di tengah pemanasan mereka hanya karena Evan meletakkan baju sembarangan kan?Napas keduanya yang tersengal menjadi bukti betapa mereka merindukan sat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   101 Penyesalan Terbesar

    Seperti de javu, Evan dan Hana berada di bandara, dengan Arfindo dan Melinda yang sudah menunggu mereka di dekat area check in."Kalo penganten baru tu emang lengket gini terus ya?" tanya Arfindo sambil menggeleng-gelengkan kepala."Cobain aja sana, biar tau rasanya nggak bisa jauh sama istri," balas Evan."Ck! Kamu nggak risih Han dikekepin terus sama Evan?""Nggak lah, masa dikekepin suami risih.""Shit! Paket lengkap banget suami istri ini," umpat Arfindo.Bukan tanpa alasan Arfindo sejak awal menyindir kemesraan mereka. Ia hanya ingin membuka mata Melinda kalau kesempatan untuknya sudah tertutup, dengan cara yang lebih halus.Sayangnya, Melinda tidak acuh dengan apa yang sedang diusahakan Arfindo. Ia juga tidak ingin melihat pemandangan mesra yang tersaji di depannya. Jadilah yang dilakukannya hanya bermain ponsel dan menyesap kopi dari cup berlogo sebuah merk franchise coffee shop yang terkenal yang berada di tangannya."Kalian mau duluan masuk ke ruang tunggu? Gue mau nemenin Ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   102 Permintaan Melinda

    Hana tampaknya harus banyak-banyak bersyukur. Dua hari menghabiskan waktu di Lombok, Melinda sama sekali tidak bertingkah. Pun begitu dengan suaminya yang kini jangankan menggodanya dengan mendekati Melinda, setiap Evan dan Melinda dalam ruangan atau forum yang sama, Evan selalu menjaga jaraknya.Evan dan Hana bahkan sempat menghabiskan waktu berdua untuk berjalan-jalan di beberapa pantai yang berada di daerah Lombok Selatan, sebagai pengganti honeymoon yang sampai saat itu belum juga terlaksana."Mas, aku nggak ikut makan di resto ya, badanku nggak enak, nanti aku pesen makanan ke kamar aja." Hana memijat pelipisnya karena kepalanya mendadak pusing setelah mereka pulang dari lokasi proyek.Evan yang semula berniat untuk mandi, membatalkan niatnya dan duduk di samping istrinya, menggantikan tangan Hana untuk memijat pelipisnya. "Pusing banget? Masuk angin ya? Mau ke dokter?"Hana mengernyitkan keningnya setiap sakit di kepalanya terasa menyiksanya. "Kayaknya kepanasan tadi di lokasi p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   103 Give Me Five Minutes

    "Han, udah bangun?"Hana memang sudah bangun sejak sekitar setengah jam sebelumnya. Karena ia masih merasakan pening walau tidak separah sebelumnya, Hana memilih duduk sambil bersandar pada headboard ranjang."Kok kamu udah balik?"Evan tidak menjawab pertanyaan istrinya dan memilih membuka kemejanya hingga menyisakan kaos yang mencetak bentuk tubuhnya. "Kamu udah makan?""Belum, tapi udah pesen tadi, nunggu dateng."Evan mendekat pada istrinya, memegang kening istrinya yang tentu saja dalam suhu normal, karena sebelum pergi pun suhu tubuh istrinya normal, hanya pusing tiba-tiba itu yang membuat istrinya mengeluh."Pusingnya gimana?" tanya Evan sambil ikut masuk ke dalam selimut dan duduk di samping Hana, bersandar pada headboard ranjang, dengan tangannya yang terulur ke belakang tengkuk Hana untuk membuat wanita itu bersandar padanya."Udah nggak sepusing tadi. Tinggal sisanya aja dikit.""Ke dokter aja yuk, mumpung masih belum terlalu malam."Hana menghela napas berat. "Buat nyusul

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   104 Aku atau Dia yang Lebih Beruntung?

    "Sayang." Evan hanya bisa bernapas lega setelah memasuki kamar dan melihat Hana berada di teras kamar sambil memandangi view di depannya yang langsung menyajikan pemandangan laut. Setidaknya Hana benar-benar menunggunya dan tidak meninggalkannya pergi begitu saja karena marah."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Hana sengaja bertanya dengan satire. Ia benar-benar memosisikan diri sebagai asisten, seperti yang disebutkan Evan sebelumnya. Tidak lebih dari tiga detik Hana menatap Evan dan detik selanjutnya ia kembali menatap lautan. Melihat lautan jauh lebih menenangkan untuknya saat ini daripada menatap suami yang hanya mengakuinya sebagai asisten.Tanpa berkata apa-apa lagi, Evan memeluk istrinya dari belakang, mencoba menyampaikan permintaan maaf melalui gesture-nya. Lebih dari semenit Evan menunggu Hana berbicara, tapi tak juga mendengar sepatah kata pun dari bibir manis yang selalu digilainya itu."Maaf. Mau denger penjelasanku?"Hana mengangguk. "Tapi sambil duduk, aku nggak mau kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   114 Missing ...

    Letta berlari di sepanjang koridor rumah sakit setelah mendengar kabar dari Azka. Suaminya juga sedang dalam perjalanan ke rumah sakit tapi terjebak kemacetan demonstran yang terjadi di depan salah satu kantor kementerian."Gimana, Ka?" tanya Letta yang melihat Azka duduk lemas di salah satu kursi ruang tunggu."Dokter belum keluar, Tan.""Kamu udah berhasil hubungin Evan? Nomor hpnya nggak aktif." Letta benar-benar bingung dengan situasi yang terjadi. Mengapa Hana ada di Jakarta dan Evan masih di Lombok? Belum lagi ponsel Evan yang tidak bisa dihubungi sejak Letta mendapat kabar kondisi Hana dari Azka.Beruntung Azka datang ke rumah Hana pagi itu, kalau tidak, Letta tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Hana. Hanya ada dua ART di rumah itu dan semuanya perempuan. Siapa yang bisa membawa Hana ke rumah sakit dalam keadaan merintih kesakitan. Menunggu ambulance atau pertolongan dari kelaurganya tentu saja membutuhkan waktu lebih lama lagi."Masih nggak aktif hpnya, Tan," jawab A

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   113 Looking For ...

    Dante Coffee, hanya tempat itu yang kini menarik perhatian Hana. Tempatnya tidak terlalu luas, ada beberapa pengunjung di dalam dan masih ada tempat kosong di sudut coffee shop itu.Ia melangkah masuk, memesan minuman hangat selagi menunggu jadwal penerbangannya.Jangan tanyakan perasaannya saat ini.Hampa.Bahkan air mata tak kunjung ingin keluar dari sudut matanya. Padahal ia membayangkan kelegaannya jika air matanya bisa keluar saat itu juga.Hana berjalan menuju counter saat namanya dipanggil. Di tangannya kini ada secangkir cappuccino yang mengepul. Lumayan untuk Hana menghangatkan telapak tangannya yang mulai kedinginan, pasalnya ia hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana jeans, tanpa sempat berpikir mengambil cardigan dari dalam koper. Biasanya ia tidak memerlukan cardigan karena selalu ada Evan yang siap memeluknya.Lagi-lagi Hana tersenyum nanar, lelaki yang tiba-tiba saja muncul dipikirkannya saat ini, nyatanya tengah memeluk wanita lain. Apa yang bisa ia harapkan?Se

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   112 I Don't Wanna See You with Her

    Hana mengerjap pelan, kepalanya berat, dan kakinya masih pegal, rasanya seperti ia baru saja selesai latihan tae kwon do. Ia meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, namun tidak menemukan keberadaan suaminya.'Mungkin di kamar mandi,' pikirnya.Ia kembali memejamkan mata, dan terlelap.Entah pukul berapa saat itu, yang jelas suara telepon internal di dalam kamar yang berbunyi nyaring membuat Hana terbangun. Ia mencoba meraih gagang telepon yang ada di atas nakas."Halo," jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur."Han, lo tidur? Sorry, sorry.""Ada apa, Fin?" tanya Hana setelah yakin kalau suara di seberang sambungan telepon adalah suara Arfindo."Lo sama Evan nggak mau jalan-jalan gitu, lihat sunset mungkin? Gue gabut nih di kamar sendirian, nggak apa-apa deh gue jadi obat nyamuk kalian. Nggak enak banget sumpah, masa sampe Lombok cuma ngerem di kamar.""Hah? Lihat sunset?" Padahal Hana kira saat itu sudah pagi, tapi Arfindo mengajaknya melihat sunset? Ia lantas mengecek ponsel

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   111 The Beginning of Heartbreak

    "Sayang, kamu kenapa? Nggak enak badan?" tanya Evan saat sudah berada di dalam pesawat.Hari itu hanya ia dan Hana yang berangkat bersama. Sementara Arfindo akan langsung berangkat dari Bali karena urusan bisnisnya, dan Melinda benar-benar tidak akan datang dalam acara peresmian proyek mereka."I'm ok.""No, you're not." Evan mencoba menatap Hana, tapi istrinya itu malah menyandarkan tubuhnya ke belakang dan memejamkan mata. "Ngantuk?"Hana mengangguk cepat untuk menyudahi pertanyaan-pertanyaan dari Evan.Evan ikut menyandarkan tubuhnya setelah mengecup singkat puncak kepala istrinya, walaupun Evan sebenarnya tidak yakin kalau Hana benar-benar mengantuk, karena kebiasaan wanita itu adalah menunggu sampai pesawat benar-benar mengudara barulah ia akan mulai memejamkan mata. Tidak seperti ini, pesawat bahkan masih mengantre di runway bandara, tapi Hana sudah memejamkan matanya. Pasti ada sesuatu, Evan yakin itu.Keduanya tiba di Bandara Internasional Lombok saat waktu masih menunjukkan p

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   110 Resah

    Hana memperhatikan suaminya yang sedang mengepak pakaian yang akan mereka bawa. Malam itu, Evan tidak membiarkan Hana melakukan hal lain, setelah seharian menghadapi dua rapat beruntun ditambah beberapa proposal dari tim pengembangan yang harus diperiksa dan diselesaikan Hana sebelum mereka berangkat ke Lombok."Mas, besok malem nginep di rumah Mama yuk. Jadi kita berangkat ke bandara dari sana.""Boleh," jawab Evan tanpa menoleh pada Hana yang duduk bersimpuh di sampingnya. "Kenapa tiba-tiba pengen nginep di rumah Mama?""Nggak tau, pengen aja. Sebenernya aku juga kangen tidur sama Elga."Kali ini Evan langsung menoleh setelah mendengar celetukan Hana. "Trus aku tidur sama siapa kalo kamu mau tidur sama Elga?"Hana mengerucutkan bibirnya karena jawaban dari Evan menyiratkan penolakan atas keinginannya."Lagian apa enaknya sih tidur sama Elga? Paling diganggu curhatan dia.""Justru karena itu, aku tu khawatir Elga nggak ada tempat curhat."Evan menghela napas. Mungkin benar apa yang d

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   109 Pillow Talk

    "Mas, kenapa?" Hana—yang sedang melonggarkan dasi suaminya—cukup bingung dengan mood suaminya sepanjang siang hingga mereka pulang ke rumah. Suaminya itu lebih banyak diam, kadang pikirannya seperti sedang berada di tempat lain."Hmm? Nggak kenapa-kenapa kok. Puas tadi jalan-jalannya sama Ribka?" tanya Evan berusaha mengalihkan pembicaraan."Ya nggak puas lah, orang ada yang nyuruh cepet-cepet balik." Hana mengerucutkan bibir, tetapi tangannya tetap lincah bergerak melepas dasi dan kemeja yang dikenakan Evan, kemudian meletakkannya di tempat pakaian kotor. Evan sebenarnya tidak pernah menuntutnya untuk melayani sampai hal-hal kecil semacam itu, tapi Hana memilih melakukannya daripada ia harus mengomel dengan kebiasaan Evan yang sembarangan meletakkan pakaian kotor."Mas mandi dulu aja, aku ngecek makan malam ke dapur.""Kamu nggak capek?" Tangan Evan seketika memegang pergelangan Hana sebelum istrinya itu benar-benar balik badan. "Biar diurus sama bibi aja.""Aku cuma ngecek, Mas. Kam

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   108 Evan vs Arfindo

    "Han."Sapaan seorang lelaki yang berdiri di depan meja kerjanya membuat Hana langsung mendongak."Eh, Fin, udah nyampe?" Beberapa jam sebelumnya memang Hana mendapat pesan dari Arfindo yang ingin mengatur janji temu dengan Evan. Karena jadwal Evan hanya kosong di saat jam istirahat, maka Hana membuat jadwal temu mereka saat makan siang."Nggak apa-apa nih aku makan siang sama Evan? Kamu gimana?"Hana tersenyum penuh arti. "Aku yang makasih malah. Kalo kamu nggak dateng, nggak mungkin si bos mau ditinggal, padahal kan kadang aku pengen makan bareng sama temen kantorku yang lain.""Dasar, si posesif.""Ayo, kuanter sekalian aku pamit." Hana berjalan terlebih dulu lalu mengetuk pintu ruang kerja Evan."Mas, udah dateng nih tamunya," ucap Hana sambil menunjukkan senyum tanpa rasa bersalahnya. Bisa dilihatnya wajah Evan yang tertekuk karena kesal.Tanpa menunggu dipersilakan, Arfindo langsung mengambil posisi duduk di sofa yang ada di tengah ruangan."Aku makan di luar sama Ribka ya. Nant

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   107 Tentang Buah Hati

    Hana mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan retina matanya dengan pencahayaan temaram di dalam kamar yang baru beberapa kali ditempatinya itu.Evan ikut bangun saat menyadari gerakan Hana yang bangkit dari tidurnya. "Udah bangun?""Mau bantu Mama."Malam sepulang dari rumah Azka, mereka berdua memutuskan menginap di rumah orang tua Evan. Mumpung weekend, pikir mereka.Dan karena kelelahan, keduanya langsung terlelap di kamar Evan setelah ritual bersih-bersih singkat."Udah ada banyak ART yang bantu Mama.""Ya tapi kan Mama masak kalo pagi, masa aku nggak bantuin.""Mama bakal lebih seneng kalo kamu melakukan sesuatu di pagi hari daripada bantuin Mama masak.""Apa?""Bikinin cucu untuk Mama."Hana mencibir niat terselubung Evan di balik kata-katanya."Beneran, kalo nggak percaya tanya sendiri ke Mama.""Masa yang begituan ditanyain ke Mama."Evan terkekeh melihat rona merah yang muncul di pipi Hana tanpa aba-aba. "Eh, Sayang, aku mau nanya sampe lupa. Kita udah dua bulan nikah, tapi ka

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   106 Beda antara Belum Bisa Move On dan Obsesi

    "Serius lo, Han?" Vio menatap Hana dengan rasa tidak percayanya.Hari sabtu itu, keduanya memutuskan untuk bertemu dan makan siang di Sop Konro Karebosi Kelapa Gading. Vio yang kebetulan baru saja bertemu klien di daerah Rawamangun mengajak Hana untuk makan siang bersama, dan beruntungnya dia, Azka sedang berkunjung ke rumah Evan dan Hana. Kalau tidak, mana mungkin Evan akan melepaskan Hana untuk keluar di hari sabtu tanpa dirinya."Gue udah nggak bisa bedain sih, antara belum bisa move on atau terobsesi.""Terobsesi sih kayaknya. Kalo belum bisa move on itu kayak lo selama ini ke Evan."Hana yang sedang menyesap es palubutung tiba-tiba saja tersedak mendengar kenyataan yang diutarakan Vio. Kenapa dia baru menyadarinya?"Bener kan?" ledek Vio. "Lo setelah jatuh cinta sama Evan, yang entah tahun kapan itu kejadiannya, sama sekali nggak berminat jalin hubungan sama orang lain karena perasaan lo cuma buat dia. Tapi kan bukan berarti lo jadi dengan nggak tau malunya deketin Evan atau beru

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status