Di situ Mike mencoba mengamati daerah sekitar. Melihat caranya mengamati, warga yang lain jadi terdiam penasaran. Ketika Mike bergerak ke arah mereka, orang-orang itu langsung saja menjauh tanpa sedikitpun kata-kata keluar dari Mike.
Setelah cukup lama memperhatikan, Mike memanggil Mansa.
“Sebelumnya aku ingin memastikan,” ujar Mike
“Apa mereka yakin anak ini benar-benar hilangnya di hutan?”“Entahlah,” jawab mansa sedikit nampak ragu.
Sementara itu, Mansa menganggap reaksi Mike itu seperti dia penasaran. Berhubung Mike bukan penduduk asli Mansa mencoba untuk sedikit bercerita soal mitos daerah itu yang mungkin tidak pernah didengar Mike sebelumnya“Ada cerita yang berkambang tentang orang bunian yang suka membuat orang tersesat ke dalam hutan. Bahkan ada yang bilang, orang bunian ini menyembunyikan mereka ke dunia lain. Sehingga akan terasa mustahil orang-orang yang hilang karena ini untuk bisa ditemukan kembali.”Meski terdengar menarik, tapi Mike sejatinya berusaha menyembunyikan tanggapan konyolnya itu dan mencoba menaggapi cerita tersebut sedatar mungkin.“Waah, kalau itu memang benar ada, aku rasa dengan mata inipun, kira-kira apa aku bisa menemukannya yaa? Dunia lain itu?!”Mike terlihat sedikit penasaran meski sejatinya dia tidak terlalu mempercayai akan keberadaan dunia lain tersebut. Tapi kemudian seperti memahami sesuatu yang janggal, tiba-tiba Mike mencoba menarik perhatian tiga orang tesebut dengan ekspr
Mansa merasa cemas, apa mungkin anak yang sedang tergeletak di dekat pohon besar itu adalah keponakan Anjang yang sedang mereka cari. Namun Mansa sama sekali tidak pernah melihat kedua anak aneh itu sebelumnya. Lagi pula, bentuk tubuh mereka sama sekali tidak normal.Kalau benar anak yang tergeletak di tanah itu adalah keponakan Anjang, justru itu membuat Mansa menjadi semakin tidak tenang membayangkan kemungkinan buruknya.Seperti tak jelas juga harus mengapa, sementara dua anak aneh itu sudah menyadari kedatangan Mansa. Tanpa pikir panjang, Mansa berusaha memanggil Mike sejadi-jadinya.“Miike!”Anehnya, suara Mansa begitu tertahan seperti tak kuasa untuk berteriak. Tapi karena begitu mencemaskan keadaan anak kecil yang tergelatak itu, Mansa memaksakan dirinya.“Miiiikkke!!!”Dua anak aneh itu tiba-tiba nampak kecewa melihat respon Mansa. Terlihat mereka menarik kembali tangan yang sebelumnya mereka ulurkan. Alih-alih marah, mereka justru terlihat sedih dan itu memancing perubahan sik
Sudah hampir tengah malam, beberapa potong ayam dengan bumbu kuning kental yang sengaja disiapkan ibu Mansa masih mejeng di teras rumah beserta peralatan lainnya. Ibu Mansa duduk sendirian di teras tersebut menunggu Mansa dan Mike yang tak kunjung kembali.“Apa acaranya ga jadi?!” ibu Mansa bergumam sendirian.“Malah arangnya belum disiapkan lagi.”Ibu Mansa awalnya cukup senang ada orang yang mau menemani anaknya karena itu sangat jarang terjadi dalam kehidupan Mansa. Tidak ingin acara itu batal, ditumpuknya batok kelapa untuk di bakarnya.Setelah tertumpuk tinggi, langsung saja dibakarnya batok kelapa kering itu. Sesekali api menyeruak karena gas yang keluar dari batok kelapa membuat tumpukan batok kelapa yang sudah susah payah disusun rapi menjadi ambruk. Hal itu sukses memecah lamunannya.“Pada hal lagi kepengen juga nyicipi ikan bakar” gumamnya nampak kecewa. Sementara itu, Mike dan Mansa masih berada di dalam hutan setelah baru saja berhasil menemukan keponakan Anjang yang terse
Mansa masih penasaran dengan sensasi yang dia rasakan dari penampakan di dalam hutan.“Kenapa rasanya begitu familiar?” gumamnya pelan.“Kau mengatakan sesuatu?” tanya Mike.“Oh, bukan apa-apa” jawab Mansa singkat.“Dari tadi kau bersikap aneh. Ya sudah, aku duluan,” serunya mengabaikan Mansa.Akhirnya Mike meninggalkan Mansa untuk bergegas kembali ke rumah.Mansa yang ditinggal sendiri kembali larut dalam pikiran hanyut oleh suara gemericik air sungai di dekat pintu irigasi. Perasaan nyaman yang menyelimutinya membuatnya ingat akan sesuatu.“Benar juga, perasaan familiar itu, mirip seperti yang kurasakan di kelas. Tapi mereka tadi terlihat begitu nyata dan sensasinya begitu kuat.”“Sebenarnya apa mereka tadi?”Meski aneh, Mansa merasa nyaman dengan perasaan itu. Dalam perasaan damai, Mansa menyadari ada sesuatu yang lain dengan dirinya. Sekarang dia terdiam terpana menatap tangannya, lalu memperhatikan tubuhnya. Semakin dia mencoba untuk mengingat sensasi itu, semakin dia menyadari b
Mendengar pertanyaan itu, Mike terkejut hingga hampir menyemburkan daging ayam yang ada di mulutnya.“Yang benarnya saja,” sahut Mike nampak terkejut.“Apa kamu serius?! Ada apa dengan Mansa yang bukan seorang indigo itu?” tanya Mike setengah mengejek setengah keheranan.Meski sempat menanggapi lelucon Mansa dengan reaksi yang rada-rada mengejek, Mike sekarang terdiam berpikir mungkin Mansa serius.Dia tetap menganggap hal-hal mistis seperti itu adalah hal yang konyol karena dia dibesarkan di lingkungan yang tidak percaya dengan cerita-cerita seperti itu. Tapi untuk sesaat dia sempat ragu mencoba merasionalkan cerita Mansa.Meski begitu, tiba-tiba Mansa mengalihkan pembicaraannya.“Lupakan soal hantunya,” kata Mansa tiba-tiba.“Untuk sesaat aku juga bisa mengamati aura panas dari tubuhku. Masalahnya, aku juga merasakan adanya aura lain. Bukan hanya penampakan hawa panas seperti yang tadi kamu jelaskan. Meski selama ini aku selalu menyangkalnya, kenyataannya aku juga sering merasakan ke
Malam itu, Mike masih sibuk mengunjungi beberapa tempat di seputar kota. Sekali dia singgah di salah satu jajanan pinggir jalan di Pasar Pagi di mana orang-orang menjual lontong malam, mengobrol sebentar dengan seorang penjual dan setelah itu kembali berkendara dengan mobilnya ke tempat lain.Setelah itu Mike singgah sebentar di sebuah lapak yang menjual dompet dan topi di emperan jalan menuju kawasan Taplau di kota Padang. Tak lama, dan diapun kembali masuk ke mobilnya dan berkendara ke berbagai sudut kota.Menjelang subuh, belasan tempat telah ia singgahi. Tak jelas untuk apa, hanya berbicara sebentar dengan beberapa pedagang tanpa membeli apa-apa.Sesampainya di penginapan Mike mendapatkan panggilan dari Agus.[Mike, Kebetulan kita akan ada pengunjung pagi ini. Mereka akan berangkat dari dermaga nanti jam 8 pagi ini. Kamu bisa sekalian ikut.]“Hey, hey!!! bagaimana dengan sore nanti?”[Kami bisa saja kembali menjemputmu sore, tapi menurutku, akan lebih hemat jika kamu sekalian ikut
Mike melipat kertas-kertas tersebut dan sedikit memperhatikan calon tamunya itu. Dia pun kembali naik ke atas perahu dan mulai mengajak orang-orang tersebut mengobrol beramah-tamah sembari menunggu Yusuf menyelesaikan persiapannya. Tak lama setelah itu, perahu tersebut akhirnya berangkat meninggalkan dermaga menuju Pulau Setan, sebuah pulau wisata bahari di kawasan Mandeh yang letaknya cukup jauh di perairan Pesisir Selatan. Selama di perjalanan, Mike mencoba untuk beristirahat namun tak kunjung bisa tertidur. Sesekali dia menghampiri wisatawan sekadar berkelakar ramah barang sebentar, kemudian mondar-mandir mengusili Yusuf yang sibuk menahkodai speedboat penumpang ukuran sedang nan sederhana namun elegan yang saat ini sedang mereka tumpangi. Tak
“Di mana Agus?” tanya Mike kepada salah seorang rekannya yang saat ini baru saja datang menghampirinya di dermaga.“Dia sedang di rubanah di vila utama, masih sibuk menginterogasi pria itu” jawabnya sembari memberikan payung yang sedang dipakainya kepada Mike.“Tolong bantu Yusuf mengurus tamu,” serunya ketika menerima payung dari orang tersebut.“Aku akan segera menemui Agus,” serayanya sebelum bergegas pergi meninggalkan dermaga itu.Di pulau tersebut terdapat beberapa vila dengan berbagai jenis tipe dan ukuran. Di setiap halaman terdapat penanda dengan nomor vila untuk masing-masing bangunan. Salah satunya adalah vila utama, area pribadi milik pengelola pulau tersebut yang bersifat terlarang untuk dimasuki oleh pengunjung tanpa izin dari pengelola yang berwenang.Lokasinya terletak di tempat yang agak tinggi seperti sebuah bukit kecil yang agak terpisah dari vila lainnya yang dikhususkan untuk para tamu wisatawan yang ada di sekitaran pantai. Begitu sampai di depan vila, terdapat e