Mansa masih penasaran dengan sensasi yang dia rasakan dari penampakan di dalam hutan.“Kenapa rasanya begitu familiar?” gumamnya pelan.“Kau mengatakan sesuatu?” tanya Mike.“Oh, bukan apa-apa” jawab Mansa singkat.“Dari tadi kau bersikap aneh. Ya sudah, aku duluan,” serunya mengabaikan Mansa.Akhirnya Mike meninggalkan Mansa untuk bergegas kembali ke rumah.Mansa yang ditinggal sendiri kembali larut dalam pikiran hanyut oleh suara gemericik air sungai di dekat pintu irigasi. Perasaan nyaman yang menyelimutinya membuatnya ingat akan sesuatu.“Benar juga, perasaan familiar itu, mirip seperti yang kurasakan di kelas. Tapi mereka tadi terlihat begitu nyata dan sensasinya begitu kuat.”“Sebenarnya apa mereka tadi?”Meski aneh, Mansa merasa nyaman dengan perasaan itu. Dalam perasaan damai, Mansa menyadari ada sesuatu yang lain dengan dirinya. Sekarang dia terdiam terpana menatap tangannya, lalu memperhatikan tubuhnya. Semakin dia mencoba untuk mengingat sensasi itu, semakin dia menyadari b
Mendengar pertanyaan itu, Mike terkejut hingga hampir menyemburkan daging ayam yang ada di mulutnya.“Yang benarnya saja,” sahut Mike nampak terkejut.“Apa kamu serius?! Ada apa dengan Mansa yang bukan seorang indigo itu?” tanya Mike setengah mengejek setengah keheranan.Meski sempat menanggapi lelucon Mansa dengan reaksi yang rada-rada mengejek, Mike sekarang terdiam berpikir mungkin Mansa serius.Dia tetap menganggap hal-hal mistis seperti itu adalah hal yang konyol karena dia dibesarkan di lingkungan yang tidak percaya dengan cerita-cerita seperti itu. Tapi untuk sesaat dia sempat ragu mencoba merasionalkan cerita Mansa.Meski begitu, tiba-tiba Mansa mengalihkan pembicaraannya.“Lupakan soal hantunya,” kata Mansa tiba-tiba.“Untuk sesaat aku juga bisa mengamati aura panas dari tubuhku. Masalahnya, aku juga merasakan adanya aura lain. Bukan hanya penampakan hawa panas seperti yang tadi kamu jelaskan. Meski selama ini aku selalu menyangkalnya, kenyataannya aku juga sering merasakan ke
Malam itu, Mike masih sibuk mengunjungi beberapa tempat di seputar kota. Sekali dia singgah di salah satu jajanan pinggir jalan di Pasar Pagi di mana orang-orang menjual lontong malam, mengobrol sebentar dengan seorang penjual dan setelah itu kembali berkendara dengan mobilnya ke tempat lain.Setelah itu Mike singgah sebentar di sebuah lapak yang menjual dompet dan topi di emperan jalan menuju kawasan Taplau di kota Padang. Tak lama, dan diapun kembali masuk ke mobilnya dan berkendara ke berbagai sudut kota.Menjelang subuh, belasan tempat telah ia singgahi. Tak jelas untuk apa, hanya berbicara sebentar dengan beberapa pedagang tanpa membeli apa-apa.Sesampainya di penginapan Mike mendapatkan panggilan dari Agus.[Mike, Kebetulan kita akan ada pengunjung pagi ini. Mereka akan berangkat dari dermaga nanti jam 8 pagi ini. Kamu bisa sekalian ikut.]“Hey, hey!!! bagaimana dengan sore nanti?”[Kami bisa saja kembali menjemputmu sore, tapi menurutku, akan lebih hemat jika kamu sekalian ikut
Mike melipat kertas-kertas tersebut dan sedikit memperhatikan calon tamunya itu. Dia pun kembali naik ke atas perahu dan mulai mengajak orang-orang tersebut mengobrol beramah-tamah sembari menunggu Yusuf menyelesaikan persiapannya. Tak lama setelah itu, perahu tersebut akhirnya berangkat meninggalkan dermaga menuju Pulau Setan, sebuah pulau wisata bahari di kawasan Mandeh yang letaknya cukup jauh di perairan Pesisir Selatan. Selama di perjalanan, Mike mencoba untuk beristirahat namun tak kunjung bisa tertidur. Sesekali dia menghampiri wisatawan sekadar berkelakar ramah barang sebentar, kemudian mondar-mandir mengusili Yusuf yang sibuk menahkodai speedboat penumpang ukuran sedang nan sederhana namun elegan yang saat ini sedang mereka tumpangi. Tak
“Di mana Agus?” tanya Mike kepada salah seorang rekannya yang saat ini baru saja datang menghampirinya di dermaga.“Dia sedang di rubanah di vila utama, masih sibuk menginterogasi pria itu” jawabnya sembari memberikan payung yang sedang dipakainya kepada Mike.“Tolong bantu Yusuf mengurus tamu,” serunya ketika menerima payung dari orang tersebut.“Aku akan segera menemui Agus,” serayanya sebelum bergegas pergi meninggalkan dermaga itu.Di pulau tersebut terdapat beberapa vila dengan berbagai jenis tipe dan ukuran. Di setiap halaman terdapat penanda dengan nomor vila untuk masing-masing bangunan. Salah satunya adalah vila utama, area pribadi milik pengelola pulau tersebut yang bersifat terlarang untuk dimasuki oleh pengunjung tanpa izin dari pengelola yang berwenang.Lokasinya terletak di tempat yang agak tinggi seperti sebuah bukit kecil yang agak terpisah dari vila lainnya yang dikhususkan untuk para tamu wisatawan yang ada di sekitaran pantai. Begitu sampai di depan vila, terdapat e
Berusaha untuk meyakinkan Mike atas kecurigaannya, dengan yakin Agus kembali meneruskan alasan kenapa dia menahan orang tersebut. “Bayangkan seorang satpam kompleks, bukan siapa-siapa seperti dirinya, berwisata tiga hari di pulau ini. Pikirkan tarifnya Mike. Coba lihat dari perspektif seorang satpam kompleks” jelasnya. “Oke, mungkin dia diajak oleh penghuni kompleks, dan kita sudah menahannya di sini selama dua hari, sementara sejak Yusuf mengantar rombongan itu keluar tak seorangpun yang menanyakan kabarnya. Itu berarti dia sudah tidak bekerja dalam beberapa hari ini selama dia ada di sini. Setidaknya salah seorang penghuni kompleks tersebut seharusny
Pria itu hanya diam saja menatap kosong ke arah Mike yang sedang duduk di depannya. Entah dia mengerti soal metafora lalat yang disampaikan oleh Mike atau memang tak bisa lagi mengikuti pembicaraa itu dengan baik. Maklum karena dia sudah begitu kelelahan dan terlihat cukup sulit untuk tetap sadar.“Uhuk..,” pria tersebut batuk terlihat seperti berusaha untuk berbicara.“Sudah aku katakan, aku hanya iseng...,”“Nyari-nyari foto..,”“Aku terima aku salah.., tapi...”“aku sama sekali tidak punya niat macam-macam..”Mike meminta salah seorang rekannya mengambilkan air minum untuk diberikan pada pria itu dan membujuknya agar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan saling berkerelaan.“Saya tidak ingin masalah ini diperpanjang. Saya akan meminta rekan saya untuk mengantar Bapak kembali ke Tarusan. Jadi saya harap setelah ini Bapak tidak perlu menceritakan masalah ini pada siapapun,” jelas Mike.“Kami melakukan bisnis wisata di sini, tentu kami tidak ingin image usaha kami di sini menjadi b
Sementara itu, seperti yang sudah disarankan Mike, Mansa saat ini memang sedang berada di dalam hutan. Sebenarnya dia sama sekali tidak seserius itu mengikuti saran Mike untuk bertahan di sana selama seminggu penuh. Hanya saja, saat ini dia ketiduran sampai malam dengan sebuah buku menutupi wajahnya.Di situ, ada sebuah pondok yang lumayan bagus dengan konsep minimalis sengaja mereka bangun khusus untuk menunggu durian jatuh. Pondok tersebut hanya memiliki satu ruangan dan satu teras berpagar rendah. Pada pagar teras itu lah Mansa menyandar tertidur saat ini.Nampak beberapa buku sains yang lumayan tebal tergeletak di dekatnya. Sementara yang saat ini menutupi wajahnya hanyalah buku komik terbitan Jepang. Hanya ini temannya selama ini setiap kali mendatangi pondok tersebut, dan memang sudah sering dia tertidur di pondok tersebut dengan keadaan seperti itu. Tapi hanya kali ini dia ketiduran sampai larut malam di tengah hutan seperti itu.>>Kembali terdengar sua
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.
Meskipun terlihat saling mengenal, tak nampak bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan yang baik. Ki Bejo sendiri meski sedang mengintimidasi pria yang dipanggilnya Mantir itu, dia sendiri nampak ragu dengannya.Kedua orang itu nampak saling waspada satu sama lainnya. Hanya ketika pria misterius itu sudah merasa cukup memperhatikan kondisi Ki Bejo, dia pun nampak bersikap tenang.“Apa yang bisa kau lakukan dengan kondisimu saat ini?” tanya pria itu mulai bersikap santai.Lantas pria itu bergerak sesaat, dan tiba-tiba Ki Bejo langsung menyabetkan keris yang dipegangnya. Ternyata memang benar, dalam sekejap pria itu sudah mendekati Ki Bejo dan saat ini tangannya terkena sabetan keris dari Ki Bejo.Pria itu langsung kembali mundur, memegangi lengannya yang terkena sabetan keris. Tangannya yang terkena sabetan keris itu seperti terbakar dan berubah seperti ongg
Mike kembali berdiri, melepaskan satu pukulan Oizuki dari jarak jauh. Pria misterius itu hanya sedikit memiringkan tubuhnya. Dengan mudah dia menghindari serangan tersebut. Namun saat itu Mike langsung bergerak ke arahnya. Dia sudah bergitu dekat, siap menyerang dengan kedua lengan dan kuku-kuku tajamnya. Braakk!!! Tiba-tiba pria misterius itu menghempaskan satu bangku kayu ke tubuh Mike. Mike pun dibanting ke salah satu dinding dapur dan lansung tergeletak di lantai. Pria misterius itu hendak membantingkan bangku kayu di tangannya itu ke arah Mike. Namun bangku kayu itu langsung hancur berantakan sebelum dia berhasil melakukannya. Pria misterius itu menoleh ke arah Mansa. Salah satu alis matanya naik, memperhatikan Mansa dalam postur tubuh Oizukinya. Namun secara tiba-tiba Mansa kembali melancarkan serangan cepat ke arahnya. Se
“Jadi benar kalian adalah orang-orangnya Belial yang dari Amerika itu?” tanya Mike.“Maaf saja, tapi dua orang yang sedang kalian cari sudah tewas, dan kalian pun akan bernasib sama jika mengganggu kami,” lanjutnya mengancam.Ekspresi laki-laki berambut afro itu sedikit berubah mendengar kata-kata dari Mike.“Dari caramu berbicara, sepertinya aku bisa menebak siapa yang membunuh mereka. Tapi soal anak buah Belial, sepertinya kau salah paham dan itu cukup bisa aku pahami,” balas laki-laki itu.Namun dedemit baru terus bermunculan, baik itu dari dalam rumah maupun dari tanah. Mereka pun tak punya waktu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.“Nanti saja kita bicarakan, yang jelas kita harus cari jalan keluar dari tempat ini,” ujar laki-laki berambut afro itu.