Kecelakaan beruntun itu memancing perhatian banyak orang. Namun tak ada yang berani mendekat karena melihat ada satu orang yang memegang senjata.
Mike menurunkan kaca jendela mobil, masih nampak santai meski ditodong seperti itu. Dia bahkan tidak mengangkat tangannya. Dia tahu, jika memang preman itu ingin membunuhnya, tentu dia tidak akan menodong seperti itu.
“Hey, temanmu sudah seperti adonan kue begitu. Apa kau tak kasihan sama sekali?” tanya Mike.
Pria itu sedikit mundur dan memang perhatiannya sedikit terpancing hendak melihat kondisi temannya. Namun dia berusaha untuk tidak terpancing.
“Jangan banyak bacot, cepat keluar dari mobil!” bentaknya, sembari menjaga jarak dari pintu mobil tersebut.
Mike nampak menghela nafas sesaat dan membuka pintu mobil itu sembari geleng-geleng kepala. Dia keluar d
Di dalam sebuah ruangan gelap dan pengap, seorang pria merasakan kepengapan yang lebih gila karena saat ini wajahnya sedang dibungkus dalam plastik sempit. Sebenarnya ada sedikit lubang yang sangat kecil seperti hasil tusukan jarum. Hanya ada satu lubang itu saja dan tak ada yang lain untuknya bernafas.Plastik yang membungkus kepala pria itu kembang kempis seiring dirinya mencoba untuk bernafas senormal mungkin. Namun beberapa kali Acil yang sudah menjaganya semalaman suntuk mengerjainya tanpa ampun.Dia sengaja menampung kentutnya sendiri dengan telapak tangan, dan menepukkannya pada lubang kecil itu.“Om juga sih!” ujar Acil kesal.“Om jawab saja napa, pertanyaan mereka. Kan saya tak harus ikutan begadang begini juga jagain Om,” keluhnya.Kondisi itu terus berlangsung sampai esok paginya. Ketika Mike datang memasuki gudang itu, Acil langsung
“Mang, Terang Bulan satu ya,” ujar seorang pelanggan memesan pada penjual martabak di pinggir jalan. “Lho, malam mingguan sendirian saja mas?” tanya penjual mertabak tersebut.“Eneng yang kemarin ga ikut?” “Ini mau main ke rumahnya, Mang,” jawab pria tersebut. “Ooh, iya! Ngerti, ngerti. Buat bokapnya, ya?” tanya si penjual sedikit beretorika, senyum-senyum sembari menuang adonan martabak di wajan. Setelah menunggu beberapa saat, pria itu menerima pesanannya. Wajah pria itu nampak sumringah meski terlihat jelas dia berusaha menyembunyikan perasaan berbunga-bunga di dalam hatinya. “Semoga malam minggunya lancar, Mas,” ujar si penjual martabak ketika pria itu baru menyalakan scooter matic-nya Pria itu berbalik sesaat dan menundukkan kepalanya sekali
Dua minggu setelah kecelakaan beruntun itu, berita kecelakaan itu masih menjadi pembicaraan hangat. Entah itu di warung kopi, pemberitaan di TV maupun hiruk pikuk di media sosial, semua membicarakannya. Terlebih mengenai seorang pria berjas dan berkaca mata hitam yang tertangkap oleh kamera ponsel. Memang tak ada footgae yang benar-benar berhasil menangkap wajahnya dengan jelas. Namun pemandangan seorang pria menarik tubuh seorang penodong bersenjata dengan begitu enteng menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Terlebih lagi soal kondisi mini bus yang sempat oleng karena benturan itu. Bagaimana bisa pria dengan ukuran tubuh normal, tak juga nampak kekar bisa sekuat itu. Pikiran itu memancing berbagai spekulasi dan gonjang-ganjing satu negeri. Apa lagi pria tersebut terlihat seperti "orang barat" di mata para pribumi kebanyakan. Tak sedikit yang berspekulasi bahwa pria itu adalah seorang intelijen asing yang ditugaskan untu
Meski sudah bertahun-tahun menetap di Indonesia, namun ini pertama kalinya bagi Mike mendengar istilah tersebut. Apa lagi setelah melihat reaski kedua rekannya itu, dia merasa sosok itu sesuatu yang sangat langka bahkan bagi penduduk lokal sekalipun. “Hey, apa itu Jenglot?” tanya Mike penasaran.“Apa itu sejenis hewan langka di daerah sini?” Namun Aryan dan Rasyif tak punya kesempatan untuk memuaskan rasa penasaran Mike itu. Mereka kembali sibuk menghindari serangan makhluk-makhluk misterius tersebut. “Tidakkah ini terlalu besar untuk sesosok Jenglot?” tanya Rasyif, semakin sibuk menghindari serangan beberapa makhluk misterius yang mengincar lehernya. Satu serangan dari sosok makhluk misterius itu tak sempat dihindarinya. Dia terpaksa menutupi wajahnya dengan satu lengannya. Namun kuku-kuku tajam makhluk itu menghujam cukup dalam
Mereka meneruskan perjalanan menuju padepokan tersebut. Ketika sampai di halaman depan dari rumah utama, mereka melihat ada dua orang pria duduk di teras rumah.Penampilan kedua orang itu jelas terlihat seperti orang asing. Salah satu dari mereka yang berkaca mata santai saja melihat kedatangan Mansa beserta yang lainnya. Sementara yang satunya lagi yang berambut afro nampak serius memperhatikan papan catur di depannya.Pria itu memindahkan kudanya pada posisi e4 untuk melindungi rajanya. Setelah itu dia nampak gusar menantikan giliran. Namun ternyata lawan mainnya sama sekali tidak memperhatikan.“Really?” ujarnya nampak tak senang.“Why?” tanya temannya yang berkaca mata itu.“Kau tak terlalu jauh unggul, jadi jangan kepedean mengalihkan perhatianmu dari permainan ini,” gerutu
Mike kaget dan langsung bergerak cepat turun dari teras rumah tersebut dengan melompati pagarnya. Begitu kakinya mendarat di tanah, benda aneh yang sama juga melilit kedua kakinya dan juga menariknya ke arah bawah rumah.Mike terseret cuku dalam, namun dia juga masih sempat menancapkan tangannya ke tanah dan merangkak keluar sebisa mungkin. Hingga akhirnya dia berhasil meraih satu tonggak kayu pondasi teras tersebut.Jadilah kedua orang itu dalam kondisi yang sama. Sama-sama paniknya dan juga sama-sama bingungnya.“Apa-apaan itu?” tanya Mike.“Mana ku tahu,” balas Mansa.Aryan dan Rasyif juga ikutan panik, sama-sama tiarap mencoba melihat ke arah bawah rumah kayu yang gelap itu. Tetap saja mereka tak tahu apa yang sedang terjadi dengan kedua temannya itu.Namun nampak jelas bahwa saat ini Mike
Seiring dia melangkah, Mansa merasakan hawa jahat itu semakin kuat. Pada akhirnya dia melihat sebuah ruang cukup luas di ujung lorong yang di laluinya.Kaaakk!!!Kaaakk!!!Terdengar suara seekor gagak sesekali olehnya. Ketika Mansa sampai pada ruangan yang agak luas itu, dia melihat memang ada satu sangkar burung tergantung. Ada satu ekor burung gagak di dalamnya. Sementara ada satu buah kursi yang memiliki sandaran yang cukup tinggi di salah satu sudut ruangan itu.Awalnya tak nampak siapa-siapa di ruangan tersebut. Namun kemudian kursi itu sedikit bergerak. Baru setelah itu terlihat seseorang di baliknya setelah orang tersebut bangkit dari kursi tersebut. Wajah orang tersebut persis sama dengan yang ada di dalam foto Ki Bejo yang selama ini mereka cari-cari.“Akhirnya kita bertemu juga, sang pewaris dua dunia,” sapanya menya
Mansa kembali melakukan serangan yang sama, namun satu daging cukup besar menyembur dari bawah melindungi Ki Bejo dari serangan Mansa. Benda yang seperti daging itu pecah karena menerima serangan tersebut. Daging dan darah berserakan di lantai. Bau amis semakin pekat memenuhi ruangan. Tempat itu sekarang berubah seakan mereka sedang berada di dalam perut sang iblis. Mansa ingin menghentikan apapun yang orang tua itu sedang lakukan. Namun setiap kali dia melancarkan serangan jarak jauh, daging-daging aneh itu selalu muncul dari lantai melindungi Ki Bejo. “Tunjukkan wajahmu, brengsek!” teriak Mansa mulai frustrasi karena pukulan beranginnya terkesan sia-sia. Diapun memilih untuk berlari mendatangi Ki Bejo. Namun tiba-tiba beberapa dedemit muncul dari lantai daging tersebut. Hal itu membuat Mansa menjadi semakin ngeri. “Apa-apaa
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.
Meskipun terlihat saling mengenal, tak nampak bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan yang baik. Ki Bejo sendiri meski sedang mengintimidasi pria yang dipanggilnya Mantir itu, dia sendiri nampak ragu dengannya.Kedua orang itu nampak saling waspada satu sama lainnya. Hanya ketika pria misterius itu sudah merasa cukup memperhatikan kondisi Ki Bejo, dia pun nampak bersikap tenang.“Apa yang bisa kau lakukan dengan kondisimu saat ini?” tanya pria itu mulai bersikap santai.Lantas pria itu bergerak sesaat, dan tiba-tiba Ki Bejo langsung menyabetkan keris yang dipegangnya. Ternyata memang benar, dalam sekejap pria itu sudah mendekati Ki Bejo dan saat ini tangannya terkena sabetan keris dari Ki Bejo.Pria itu langsung kembali mundur, memegangi lengannya yang terkena sabetan keris. Tangannya yang terkena sabetan keris itu seperti terbakar dan berubah seperti ongg
Mike kembali berdiri, melepaskan satu pukulan Oizuki dari jarak jauh. Pria misterius itu hanya sedikit memiringkan tubuhnya. Dengan mudah dia menghindari serangan tersebut. Namun saat itu Mike langsung bergerak ke arahnya. Dia sudah bergitu dekat, siap menyerang dengan kedua lengan dan kuku-kuku tajamnya. Braakk!!! Tiba-tiba pria misterius itu menghempaskan satu bangku kayu ke tubuh Mike. Mike pun dibanting ke salah satu dinding dapur dan lansung tergeletak di lantai. Pria misterius itu hendak membantingkan bangku kayu di tangannya itu ke arah Mike. Namun bangku kayu itu langsung hancur berantakan sebelum dia berhasil melakukannya. Pria misterius itu menoleh ke arah Mansa. Salah satu alis matanya naik, memperhatikan Mansa dalam postur tubuh Oizukinya. Namun secara tiba-tiba Mansa kembali melancarkan serangan cepat ke arahnya. Se
“Jadi benar kalian adalah orang-orangnya Belial yang dari Amerika itu?” tanya Mike.“Maaf saja, tapi dua orang yang sedang kalian cari sudah tewas, dan kalian pun akan bernasib sama jika mengganggu kami,” lanjutnya mengancam.Ekspresi laki-laki berambut afro itu sedikit berubah mendengar kata-kata dari Mike.“Dari caramu berbicara, sepertinya aku bisa menebak siapa yang membunuh mereka. Tapi soal anak buah Belial, sepertinya kau salah paham dan itu cukup bisa aku pahami,” balas laki-laki itu.Namun dedemit baru terus bermunculan, baik itu dari dalam rumah maupun dari tanah. Mereka pun tak punya waktu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.“Nanti saja kita bicarakan, yang jelas kita harus cari jalan keluar dari tempat ini,” ujar laki-laki berambut afro itu.