Share

Chapter 153 - Pemuda dan Martabak Terang Bulan

“Mang, Terang Bulan satu ya,” ujar seorang pelanggan memesan pada penjual martabak di pinggir jalan.

“Lho, malam mingguan sendirian saja mas?” tanya penjual mertabak tersebut.

“Eneng yang kemarin ga ikut?”

“Ini mau main ke rumahnya, Mang,” jawab pria tersebut.

“Ooh, iya! Ngerti, ngerti. Buat bokapnya, ya?” tanya si penjual sedikit beretorika, senyum-senyum sembari menuang adonan martabak di wajan.

Setelah menunggu beberapa saat, pria itu menerima pesanannya. Wajah pria itu nampak sumringah meski terlihat jelas dia berusaha menyembunyikan perasaan berbunga-bunga di dalam hatinya.

“Semoga malam minggunya lancar, Mas,” ujar si penjual martabak ketika pria itu baru menyalakan scooter matic-nya

Pria itu berbalik sesaat dan menundukkan kepalanya sekali

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status