Malam harinya mereka kembali berkumpul di ruang tengah vila. Dewi dan Adi kembali dilibatkan dalam diskusi tersebut. Kali ini ibu Mansa juga ikut, duduk di sebelah Dewi, nampak akrab berbincang sembari menuggu kedatangan Mike, Agus serta Aryan yang masih belum keluar dari markas rahasia mereka.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya mereka datang dari arah dapur. Terdengar Mike dan Aryan sedikit ribut seperti sedang berselisih pendapat. Semua yang duduk di ruang tengah itu menatap ke arah mereka. Menyadari reaksi orang-orang tersebut, Mike mencoba mengabaikan Aryan dan tetap dengan wajah santainya menepuk bahu salah seorang rekannya yang sedari tadi berdiri di ujung koridor yang menuju ke arah dapur tersebut.
“Yang jaga pantai masih ada, kan?” tanya Mike.
“Cukuplah,” jawabnya singkat.
“Sudah berapa kali kubilang!” seru Aryan menyusul dari belakang.
“Kita tidak boleh“Aku pikir mereka juga menggunakan konsep yang sama untuk mempengaruhi penilaian seseorang dan memanipulasi isi pikiran mereka seolah pikiran itu adalah kata hati mereka sendiri. Ketidaktahuan kita tentang ini justru membuat pengaruhnya semakin efektif dalam memanipulasi isi pikiran.”“Namun hal itu mungkin bisa dicegah jika kita menyadarinya, dan tahu bahwa itu bukan suara yang berasal dari isi kepala kita sendiri.”“Tentu kita tidak akan tertipu jika kita sadar seseorang sedang mencoba menipu, kan?” tutup Mansa sedikit beretorika.“Itu kenapa aku katakan, jika kalian pergi tanpa Mansa, maka kalian tidak akan sempat berbuat apa-apa di sana,” jelas Dewi.“Dengan adanya Mansa, setidaknya dia bisa memberi peringatan jika indigo itu sedang berbuat sesuatu kepala kalian. Atau mungkin dia bisa menyerang makhluk itu secara langsung seperti yang sudah dilakukan Mansa pada makhluk yang mengikutiku di
Bertepatan di masa libur tahun baru 2034, Mike memberangkatkan 10 orang rekannya menuju Jakarta. Dia sengaja memberangkatkan mereka dijadwal yang terpisah, sementara Mike sendiri bersama Mansa dan Aryan pergi lewat jalur darat menggunakan SUV pribadi milik Mike.Sebelumnya pada tahun 2029 Pemerintah telah memutuskan untuk memindahkan ibu kota secara bertahap ke Penajam meskipun pembangunan ibu kota baru tersebut belum sepenuhnya rampung. Mereka terpaksa melakukan itu begitu dini karena kondisi kota Jakarta yang sudah terlalu buruk dan tak lagi terurus karena cacatnya pengelolaan tata kota selama satu dekade sebelumnya.Sementara itu, sebagian besar infrastruktur penting untuk mendukung ibu kota negara yang baru di Penajam sudah rampung, sehingga mereka mempercepat peralihan ibu kota jauh lebih awal dari rencana sebelumnya. Meskipun begitu, mereka masih belum merubah target awal proyek tersebut untuk diselesaikan pada tahun 2045.Akan tetapi, aktivitas poli
Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar tempat mereka menginap bahkan sebelum Mike mempersilakannya masuk. Dia langsung duduk di salah satu kasur dan menyilangkan kakinya. Sesaat kemudian dia melihat rokok dan korek api milik Aryan di atas sebuah meja yang ada cermin riasnya di dalam kamar tersebut.Wanita itu kembali berdiri mengambil sebatang rokok milik Aryan dan langsung membakarnya. Begitu dia menghisap rokok itu dalam dan menoleh ke belakang, dilihatnya Mike dan Mansa masih berdiri di teras samping kamar tersebut, menatap bengong ke arahnya.“Jadi ada urusan apa sepuh seperti anda sampai datang jauh-jauh ke sini dan meninggalkan tugas dan tanggung jawab untuk menjaga Sumbar?” tanya wanita itu to do point pada Aryan, mengabaikan Mike dan Mansa yang belum juga masuk ke dalam kamar.“Jangan bilang Babang Aryan cuma kangen sama Dedek,” lanjut wanita itu.“Oh,” sahut Mike singkat dengan ekspr
“Lalu bagaimana sekarang?” tanya Mansa.“Apa kita biarkan saja wanita ini tak sadarkan diri di kamar ini?”Pertanyaan itu sukses membuat reaksi wajah Mike dan Aryan berubah. Mereka saling menatap untuk sesaat, dan setelah itu menoleh ke arah Mansa dengan tatapan serius.“Mengingat kita hanya memesan kamar ini untuk bertiga saja,” ujar Mike.“Dan sekarang tiba-tiba ada seorang wanita pingsan di sini.”“Ngomong-ngomong, bagaimana kultur masyarakat di sini?” tanya Mike pada Aryan.“Mana aku tahu,” jawab Aryan sedikit memasang wajah panik.“Ini gara-gara ulahmu, bocah!” seru Aryan pada Mansa.“Bisa-bisa kita digrebek warga kalau sampai tahu ada seorang wanita di kamar ini.”Lagipula, wanita tersebut adalah seorang keturunan bang
“Aku bisa berdiri sendiri kok,” serunya seperti mencegah Mansa yang ingin membantunya berdiri. Namun sesaat kemudian dia baru merasakan dadanya sedikit berat ketika dia mencoba berdiri sendiri. Sepertinya serangan Mansa tersebut cukup keras mengenainya. Namun dia berlagak sewajarnya berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya tersebut. Pada akhirnya dia merangkulkan lengannya ke bahu Mansa meski masih berusaha bersikap santai. “Serangan apa itu barusan?” tanyanya sedikit memukul pelan bahu Mansa dengan kepalan tangan kirinya, mencoba berlagak akrab dengan Mansa. “Ah, aku benar-benar minta maaf,” jawab Mansa.“Tadi itu aku benar-benar ketiduran.” “Tidur sambil duduk begitu?” tanya wanita itu.“Ada-ada saja kamu ini. Apa masih ada hal aneh lain yang belum kamu perlihatkan?” tanya wanita itu sedikit tertawa.
Di hari ketiga, mereka akhirnya sampai di Bandar Lampung, cukup lama juga karena mereka memang terlalu sering berhenti di jalan. Bahkan sekarang mereka tak langsung menuju pelabuhan, malah berbelok ke sebuah penginapan kecil di pinggiran kota.Di parkiran penginapan itu mereka menunggu, tak kunjung turun meski sudah dua kali pegawai penginapan menghampiri mereka. Sampai akhirnya Rasyif dan Acil keluar dari penginapan dan datang menghampiri.“Kenapa lama sekali, Mike?” tanya Rasyif.“Ini si Tuan Satpam sudah berkalir-kali mabuk dan minta berhenti,” jawab Mike.“Kau saja yang membawa mobilnya tidak becus,” sanggah Aryan.Rasyif dan Acil sudah dua hari menunggu mereka di penginapan tersebut. Mereka memang sengaja diminta oleh Mike untuk berangkat lebih dulu untuk mengurus berbagai hal, sekalian untuk menga
Ketika Mike datang menghampirinya, Mansa sudah kembali sadar. Dia nampak memegangi kepalanya, sesekali menarik rambutnya seperti sedang mencoba meringankan rasa pusing yang menimpanya. Ohoeek!!! Tiba-tiba dia muntah, meski hanya air yang keluar. Setelah itu dia membiarkan tubuhnya berbaring di tanah. “Hey, Mansa!” seru Mike yang baru saja datang menghampirinya.“Apa yang terjadi denganmu?” tanyanya. “Entahlah. Yang jelas perutku sekarang rasanya begitu kosong. Pundakku juga terasa begitu berat. Bahkan untuk menahan kepala ini untuk tetap tegak, rasanya terlalu berat,” jelas Mansa. “Seingatku, sejak kita sampai di penginapan kamu terus-terusan tidur? Sebelum ke sini kamu juga tidak makan, kan?” tanya Mike. “Seingatku tidak,” jawab Mansa.“Kamu sih, bawa mobilny
Meski Mansa bisa merasakan beberapa pola dari fibrasi energi dari Musa ketika berkomunikasi dengan makhluk-makhluk halus tersebut, dia tetap tak bisa memahami apa yang sedang mereka bicarakan.Setelah beberapa lama Mansa membiarkan mereka berinteraksi, akhirnya Musa kembali menghampiri pundaknya.“Jadi apa yang kalian bicarakan?” tanya Mansa.<< Katanya waktu itu mereka tertarik dengan kondisi unik dari tubuhmu. Mereka merasakan sesuatu yang familiar dengan diri mereka, namun di saat yang bersamaan mereka menyadari kalau kamu adalah sesuatu yang asing >><< Karena itu mereka berpikir kamu datang ke sini mencoba mengelabui mereka, datang ke tempat ini dengan niat yang buruk >><< Seperti yang sebelumnya sudah pernah juga mereka alami >>“Mengelabui mereka?” tanya Mansa heran.“Maksudmu, seseora
Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.
Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb
Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti
Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh
Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d
Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.
Meskipun terlihat saling mengenal, tak nampak bahwa kedua orang tersebut memiliki hubungan yang baik. Ki Bejo sendiri meski sedang mengintimidasi pria yang dipanggilnya Mantir itu, dia sendiri nampak ragu dengannya.Kedua orang itu nampak saling waspada satu sama lainnya. Hanya ketika pria misterius itu sudah merasa cukup memperhatikan kondisi Ki Bejo, dia pun nampak bersikap tenang.“Apa yang bisa kau lakukan dengan kondisimu saat ini?” tanya pria itu mulai bersikap santai.Lantas pria itu bergerak sesaat, dan tiba-tiba Ki Bejo langsung menyabetkan keris yang dipegangnya. Ternyata memang benar, dalam sekejap pria itu sudah mendekati Ki Bejo dan saat ini tangannya terkena sabetan keris dari Ki Bejo.Pria itu langsung kembali mundur, memegangi lengannya yang terkena sabetan keris. Tangannya yang terkena sabetan keris itu seperti terbakar dan berubah seperti ongg
Mike kembali berdiri, melepaskan satu pukulan Oizuki dari jarak jauh. Pria misterius itu hanya sedikit memiringkan tubuhnya. Dengan mudah dia menghindari serangan tersebut. Namun saat itu Mike langsung bergerak ke arahnya. Dia sudah bergitu dekat, siap menyerang dengan kedua lengan dan kuku-kuku tajamnya. Braakk!!! Tiba-tiba pria misterius itu menghempaskan satu bangku kayu ke tubuh Mike. Mike pun dibanting ke salah satu dinding dapur dan lansung tergeletak di lantai. Pria misterius itu hendak membantingkan bangku kayu di tangannya itu ke arah Mike. Namun bangku kayu itu langsung hancur berantakan sebelum dia berhasil melakukannya. Pria misterius itu menoleh ke arah Mansa. Salah satu alis matanya naik, memperhatikan Mansa dalam postur tubuh Oizukinya. Namun secara tiba-tiba Mansa kembali melancarkan serangan cepat ke arahnya. Se
“Jadi benar kalian adalah orang-orangnya Belial yang dari Amerika itu?” tanya Mike.“Maaf saja, tapi dua orang yang sedang kalian cari sudah tewas, dan kalian pun akan bernasib sama jika mengganggu kami,” lanjutnya mengancam.Ekspresi laki-laki berambut afro itu sedikit berubah mendengar kata-kata dari Mike.“Dari caramu berbicara, sepertinya aku bisa menebak siapa yang membunuh mereka. Tapi soal anak buah Belial, sepertinya kau salah paham dan itu cukup bisa aku pahami,” balas laki-laki itu.Namun dedemit baru terus bermunculan, baik itu dari dalam rumah maupun dari tanah. Mereka pun tak punya waktu untuk meluruskan kesalahpahaman mereka.“Nanti saja kita bicarakan, yang jelas kita harus cari jalan keluar dari tempat ini,” ujar laki-laki berambut afro itu.