Sekilas, hanya sekali pandang, Barata menebas seluruh prajurit yang ada di sekelilingnya dan membentuk gunung mayat di sekitarnya. Ketika dia pikir semuanya sudah berakhir dan dia hendak meninggalkan tempat tersebut. Tiba-tiba, para Kontraktor mulai bermunculan dan menghadang dirinya dengan nafsu membunuh yang sangat tinggi.
Barata merasakan perubahan atmosfer di sekitarnya begitu para kontraktor muncul. Dia menghitung dengan tenang dan menemukan ada sepuluh Kontraktor yang mengelilinginya dan menutup jalannya untuk kabur. Barata tetap tenang walaupun dia tahu bahaya di depannya tidak mudah untuk dihadapi. Semakin dia melihatnya, semakin dia merasakan tekanan itu.
“Baiklah!! Ini mungkin akhir dan awal dari semuanya! Saatnya menggunakan Pusaka Kalimedeni!” Barata menarik belati dan menggunakan teknik {Ilusi Lingkungan} untuk mengelabuhi mereka yang mengepungnya.
Barata tidak menunggu mereka bertanya maupun menyerangnya. Dia mengambil semua inisiatif d
Kekacauan di pusat kerajaan telah menimbulkan kepanikan yang cukup besar di sisi para penduduk. Kematian para Kontraktor turut membuat situasi menjadi lebih suram. Ken Bamang segera mengendalikan situasi agar tidak berubah menjadi lebih buruk dan suram lagi. Saat ini, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang tujuan Barata melakukan serangan tersebut.“Aku memiliki lawan yang berbeda kali ini. Sebelumnya pria pengendali mayat itu sangat kuat dan memiliki bawahan yang tak terhitung jumlahnya. Kini aku harus berhadapan dengan seseorang yang tak kuketahui tingkat kekuatan serta pasukannya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan situasi di tempat ini?” Ken Bamang kesal dengan situasi yang terjadi di sekitarnya. Mereka yang melakukan serangan ke tempatnya memiliki kemampuan yang tinggi.Kekesalannya cukup beralasan. Beruntung, para penduduk bisa mengerti dan membuat situasi kembali menjadi kondusif. Ken Bamang memanggil kembali pasukan yang dia kirim ke berbagai
Kemunculan Barata dan pasukannya telah ia antisipasi. Ken Bamang menunggu mereka di bentengnya bersama dengan seluruh pasukan yang ada di dalam Pusat Kerajaan. Dia tak menutup gerbang seperti seharusnya, melainkan membiarkannya terbuka lebar-lebar agar musuh berpikir mudah untuk menyusupinya.Ken Bamang berdiri dengan tenang, tapi aura yang merembes keluar dari tubuhnya memancarkan hawa membunuh yang sangat-sangat kuat. Tatapan matanya yang begitu dingin menyapu pepohonan rimbun di sekeliling pertahanan. Ketika Barata dan pasukannya muncul, di waktu itu pula dia mengangkat tangannya dan memberikan sinyal pada pasukannya untuk menyerang.Para prajurit sekaligus Kontraktor bergegas menyerang Barata dan pasukannya. Mereka merangsek bagaikan binatang buas yang kelaparan dan dilepaskan dari kandang. Situasi berubah dengan cepat. Dalam kedipan mata, Barata yang awalnya ingin menyerang malah berbalik menjadi pihak yang diserang. Dia tak mengira mereka akan mengambil sikap ber
Barata terpental mundur. Dia kalah adu kekuatan dengan Ken Bamang. Wajahnya dipenuhi dengan keterkejutan. Dia tak menduga kekuatan yang Ken Bamang miliki akan sedemikian besarnya. Walau mereka hanya beradu kekuatan dengan pedang, Barata tetap tak bisa mengunggulinya.Ken Bamang terlalu kuat. Hanya satu ayunan tunggalnya, tekanan yang dihasilkan sangatlah menekan jiwa. Barata yang mencoba menangkisnya tidak hanya tidak bisa melakukannya, dia malah dikirim terbang. Barata tidak hanya berpikir kekuatan ini berasal dari kekuatan Ken Bamang semata tapi juga dipengaruhi oleh pedang yang ada dalam genggamannya.Ya, dugaannya memang benar. Senjata yang digenggam oleh Ken Bamang merupakan salah satu Pusaka Ilahi dan itu hanyalah perwujudannya. Ken Bamang hanya mengenakan satu bulan cincin saja dan terlihat ada sesuatu yang berbeda di telinganya. Dia memiliki sebuah anting, dan itu hanya di satu sisi saja.Pakaiannya yang terbuat dari kulit monster memberikan tekanan yang
Barata berkutat dengan Ken Bamang dalam pertarungan yang menghancurkan. Tidak ada yang mengalah dari keduanya. Mereka mengerahkan segalanya, meski tubuh sulit untuk bergerak, mereka paksakan untuk bergerak.Luka yang tak parah dan menghambat tak menjadikan mereka lemah, malahan merangsang keinginan bertarung mereka semakin besar. Barata yang terus berada dalam posisi yang cukup buruk tidak bisa mengesampingkan kekuatan yang dimiliki oleh Ken Bamang. Ketika dia terluka dan memulihkan diri, Ken Bamang melepaskan serangan lain yang jauh lebih kuat dari yang bisa dia bayangkan.Setiap pukulan yang ia lepaskan telah menghancurkan tanah dan mengguncangnya. Batu-batu yang ada di sekitarnya pun lenyap. Dia benar-benar membuat siapa saja merasa tak bisa bergerak ketika dihadapannya. Ken Bamang tidak terganggu oleh luka yang ada di sekujur tubuhnya. Dia hanya tersenyum sepanjang pertarungannya dengan Barata berlangsung.Barata merasa tidak ada sedikitpun peluang baginya u
Ketika mereka berhenti sejenak dari pertarungan yang sengit, baik Ken Bamang maupun Barata melihat ada zombie dalam jumlah yang sangat besar dan mereka merupakan zombie yang sudah mengalami evolusi. Suara-suara yang pernah memberikan teror kembali. Dengan jumlah yang begitu banyak, zombie-zombie itu memberikan tekanan yang hebat untuk kedua sisi. Ken Bamang mengernyitkan dahinya ketika dia melihat kumpulan zombie itu. “Sial! Dia benar-benar datang dan mengamati seluruh situasi ini sejak tadi! Ini benar-benar tidak menyulitkan.” Ken Bamang tidak bisa menghapus bayangan pria itu dari benaknya. Keberadaannya merupakan sebuah petaka yang tak dapat dihindari dan sulit untuk dilawan. Kekuatannya yang mampu membalikkan kematian menjadi kehidupan dan mengendalikan zombie menjadi sebuah kekuatan yang sangat mengerikan dan patut untuk diperhitungkan. Ketika dia fokus bertarung dengan Barata, sebenarnya dia sudah mendapatkan peringatan dari Roh penjaga pusaka yang berad
Di tengah-tengah lautan zombie. Seorang pria berjubah yang membawa tongkat berjalang dengan langkah lambat dan menebarkan senyum keji. Tangannya bergerak menyusuri zombie-zombie yang dia kendalikan. Tangannya menyentuh mereka dengan lembut. Tatapan matanya tak berubah sedikitpun dan tak ada rasa takut kecuali kegilaan dalam pandangan matanya.“Bamang! Aku sudah menunggumu. Kau akan datang kemari bukan? Kita selesaikan pertarungan tempo itu. Luka ini, dada ini berdenyut tanpa henti saat aku memikirkanmu. Bamang oh Bamang, kenapa kau baru muncul sekarang!” pria itu bergoyang pelan saat melangkah menyusuri zombie-zombie yang tak terhitung jumlahnya.Dia membuka ruang dan dikelilingi Zombie Durma, Zombie Kabewo, dan Zombie Monar. Pria itu tertawa lepas saat dia melihat salah satu zombie yang berhasil dia evolusikan hingga menjadi pilar dari pasukan zombienya. Meskipun tubuhnya tidak terlalu besar seperti yang lainnya, zombie ini memiliki kekuatan yang sangat be
Ken Bamang berhadapan dengan Salam. Dia mendistorsi ruang di sekitar tangannya saat dia mengepalkan tinjunya. Udara yang berhembus di sekitar tubuhnya menjadi tidak karuan. Dia memberikan tekanan yang menghancurkan saat berada dia mengepalkan tinjunya.Salam mulai terpengaruh dengan atmosfer yang berubah tak terkendali. Kehadiran Ken Bamang memang memberikan tekanan yang sangat kuat. Mau berapa kali dia melihatnya, perasaan tertekan dan terkendali selalu muncul saat dia berhadapan dengannya. Dia tidak tahu mengapa perasaannya bisa berakhir seperti itu setiap kali dia berhadapan dengannya.Ken Bamang menatap Salam dengan ganas. Dia melawannya dengan tenang dan tak terganggu oleh para zombie yang berada di sekitarnya. Semua zombie itu dilibas oleh Barata. Tidak ada yang selamat dari serangan Barata.Salam tidak menahan serangan yang mengarah padanya. Pukulan yang Ken Bamang lepaskan seperti meruntuhkan segala hal. Salam tahu jika dia tak memiliki kekuatan untuk me
Salam tersentak begitu Ken Bamang melepaskan serangan yang begitu kuat. Dia tertebas dan memiliki luka di dadanya. Wajahnya sangat pucat dengan darah yang menetes dari dada serta bibirnya. Energi yang menghantam tubuhnya mengirimnya terbang beberapa meter jauhnya.Keberhasilannya dalam melepaskan serangan yang kuat harus ia bayar dengan cukup mahal. Ken Bamang semakin memucat dan lelah. Dia kehilangan banyak tenaga serta Energi Kehidupan. Menggunakan dua Pusaka Ilahi dengan memaksimalkannya benar-benar menghabiskan seluruh tenaganya.Barata yang mengamati pertarungan mereka berdua merasakan penurunan intensitas dalam pertarungan tersebut. Namun, ketegangan masih mengudara di sekitar mereka berdua. Di belum memutuskan untuk mengambil tindakan meskipun situasi sudah berpihak padanya. Dia menanti mereka berdua untuk terus memberikan segalanya dalam pertarungan itu.“Aku tidak bisa terlalu jelas. Mereka memang kelelahan tapi kekuatan mereka masih banyak. Aku s