Barata dan pasukannya masih berada dalam perjalanan sehingga mereka tidak tahu akan keadaan yang ada di Kadipaten Surung. Mereka hanya menggunakan sebagian kekuatannya untuk berjalan dan menghemat cukup banyak tenaga untuk menghadapi situasi yang lebih rumit. Dengan begitu mereka dapat mengeluarkan seluruh kekuatannya ketika dihadapkan dengan situasi yang berbahaya. Tentu saja, mereka tidak bisa lengah di waktu apapun jua.
“Bersiaplah untuk bertarung. Kita sudah memasuki wilayah musuh. Aku tidak tahu apakah mereka akan keluar atau tidak, tapi alangkah baiknya untuk berjaga-jaga, bukan?” Barata memperingatkan seluruh pasukannya agar berhati-hati dan siaga di segala situasi.
Dia tidak bisa memastikan musuh akan keluar kapan dan menyerang atau tidak. Oleh karena itu, dia memberitahu mereka agar siaga, bagaimanapun juga saat mereka tiba di sekitaran area Kadipaten Surung. Udara yang ada di tempat itu terasa padat dan pekat. Tanpa adanya monster di wilayah terse
Sulit untuk mengatakan bagaimana keadaan bisa sampai pada tingkat seperti ini. Bawono yang berhadapan dengan monster-monster itu tidak bisa tidak tersenyum sepanjang waktu. Meski kakinya sibuk melangkah menghindar dari jangkauan monster-monster itu, dan kedua tinjunya tidak pernah berhenti bergerak dan melepaskan kekuatan yang tidak terbendung.Bawono merasakan adanya riak-riak energi dari pusat kota dan dia tidak bisa memikirkan sebuah lawan yang sangat kuat lagi mengerikan tengah berada di pusat kadipaten. Ketika dia memikirkan hal tersebut, perasaannya semakin menguat. Berada dalam antusiasme yang tinggi, dia mengayunkan tinjunya dengan gila dan menghantamkannya ke setiap monster yang masih bernafas dan berada di sekitarnya.Dengan kekuatannya yang sungguh tidak biasa, Bawono menghabisi semua monster itu dalam waktu yang singkat. Dia benar-benar membuat siapa saja yang berada dalam pandangannya terbunuh, apalagi ketika amarah yang tertahan di dalam tubuhnya meledak
Meski Barata belum tiba di pusat kadipaten, dia sudah merasakan adanya kekuatan besar yang sedang mendiami wilayah tersebut. Entah karena perasaan apa, Barata tidak dapat mendekati pusat itu dengan cepat. Dia juga merasakan bila situasi di sekitarnya telah berubah sepenuhnya. Zombie yang semula hanya berjumlah sedikit terus mengalami peningkatan kuantitas. Mereka tidak berhenti-henti keluar dari dalam pusat kadipaten seolah-olah tempat itu menjadi sarangnya.Dengan situasi yang seperti itu, Barata menggunakan Teknik {Pemanggilan Golem} dan memimpin pasukannya seraya membebaskan Bawono dalam bertindak. Dia tidak mempedulikan apa yang akan dilakukan Bawono. Hanya saja, dia terus membiarkan semuanya dalam pantauannya. Pedang di tangannya tidak berhenti berayun meski hanya dalam waktu satu detik saja.Barata mengamati pergerakan pasukannya dan mencegah mereka masuk terlalu dalam di pertempuran ini. Dia mencoba untuk mengantisipasi pasukannya terkepung atau terjebak dalam l
Monster berbentuk humanoid dengan sebuah tanduk di kepalanya serta tatapan sinis yang meremehkan kehidupan. Monster dengan tubuh penuh retakan dan kedua tangan yang sedikit lebih besar ketimbang manusia pada umumnya, ya dua kali lebih besar. Tingginya tidak kurang dari tiga meter dan dia memiliki rambut berwarna coklat yang mengambang di udara. Giginya tajam dan memiliki taring yang jumlahnya banyak.Meski memiliki bentuk humanoid tidak berarti dia bisa berbicara menggunakan bahasa manusia. Sungguh tidak masuk akal bila dia bisa berbicara dengan bahasa tersebut, pria yang menghadapinya tidak bisa tidak merasa jengah. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Monster ini tidak hanya kuat secara fisik tapi kemampuannya dalam mengendalikan tanah menjadi sebuah malapetaka yang tak bisa dia tebak.Pria yang membawa tombak ini tidak bisa melihat kegelisahan atau ketakutan dari monster itu. Dia sudah melukainya dan membuat salah satu lubang di lengan monster i
Bawono tidak menduga akan kekuatan serta kemampuan Sulag akan sedemikian mengancamnya. Setiap kali dia berusaha untuk menghentikan gerakan monster itu, dia akan selalu terjebak dalam posisi yang sulit. Gerakan monster itu tidak dapat diduga. Terkadang dia hanya menghentakkan kakinya. Namun, ada kalanya dia menggunakan kedua tangannya untuk menggerakkan tanah disekitarnya yang akhirnya membawa malapetaka lebih buruk lagi.Tidak mudah dan tidak begitu menyenangkan untuk Bawono bekerja sama dengan orang lain. Namun, setelah merasakan sendiri kekuatan yang dimiliki oleh Sulag, dia mengerti jika akan menjadi hal yang sulit untuknya mendekati musuh. Sayangnya, dia juga mengerti bila semuanya harus berubah agar dia bisa bertahan dalam situasi yang tengah dia hadapi. Bukan hal yang mustahil untuknya menghadapi Sulag, hanya saja dia perlu memangkas jarak antara dirinya dengan monster tersebut sehingga dia bisa melancarkan serangan yang tepat.“Daya tahan monster ini sanga
Pemandangan yang tidak bisa ditebak. Barata cukup terkesiap dengan apa yang dia lihat kali ini. Sebuah medan area yang sebelumnya begitu nyaman untuk dipandang telah berubah sepenuhnya menjadi sesuatu yang mengerikan. Dengan reruntuhan disekitarnya, pohon-pohon yang tumbang, bangunan yang tak utuh, retakan tanah serta lubang-lubang itu tampak seperti sebuah hiasan yang mencuat keluar dari neraka.Apa yang Barata lihat kali ini membuat dia merasa tidak nyaman. Kekuatan sebesar ini pasti akan membawa petakan serta ancaman yang mengerikan. Dia tidak bisa memikirkan situasi macam apa yang akan terjadi bila monster sekuat ini lepas kendali atau pergi meninggalkan posisinya. Terkadang dia berpikir, apakah mungkin monster-monster kuat menjadi pelingdung dari Kadipaten atau Kota? Jika memang begitu, bukankah ini sedikit aneh dan sulit dipercaya?Barata mengikuti perasaannya yang membimbingnya menuju ke posisi dari sumber riak-riak energi yang dia rasakan. Meski tidak tahu apa
Momen itu berlangsung cukup cepat. Barata tidak sempat memberikan bantuan pada Bawono yang terlanjur melancarkan sebuah serangan dan tentunya apa yang dia khawatirkan pun terjadi. Monster menggunakan kemampuan terkuat dan terbaiknya, dia meledakkan dirinya dan mengirim ratusan keping tanah yang mampu menembus batu ke segala arah.Bawono serta pria bertombak itu tak begitu melihat keadaan yang dimiliki lawannya, sehingga mereka berdua harus merasakan kengerian dari serangan tersebut yang begitu mematikan. Barata menyaksikan keduanya terhempas menjauh dari posisinya dan menghantam reruntuhan yang berada tak jauh dari tempat tersebut. Sayangnya, Bawono dan pria bertombak tidak terlihat memberikan sebuah pertahanan ketika hal itu terjadi.Alhasil, Barata merasa jika mereka berdua terluka parah. Dia juga tak melihat adanya kemunculan monster lain atau gerakan dari Sulag yang menghancurkan dirinya sendiri. Apa yang akan terjadi setelahnya hanya membuat Barata sedikit bergidi
Barata menopang tubuh Bawono dan pergi mendekati pria bertombak yang jaraknya tidak terlalu jauh dari posisinya. Meski tak mengenali siapa pria itu, Barata tidak bisa mengabaikan pria itu karena semuanya sudah berubah menjadi lebih tak bisa dia pahami. Tentu saja, semuanya semakin tidak bisa dia lihat hanya dengan satu kali pandangan mata saja. Namun, dia membutuhkan banyak hal sebelum menunjukkan posisinya.“Bagaimana kau bisa terluka sampai seperti ini, Bawono? Dengan kekuatan yang kau miliki, hal semacam ini seharusnya tidak bisa terjadi. Kau benar-benar mengejutkan dan membuatku khawatir. Sungguh perasaan ini membunuhku!! Kemampuanmu tidak lemah dan bahkan bisa disebut sebagai salah satu yang terkuat untuk saat ini. Lantas, kenapa kau bisa sampai seperti ini, Bawono?” tanya Barata ketika dia melihat Bawono berada dalam posisi yang sangat menyedihkan.Barata mendekap Bawono dan menahannya agar tidak jatuh. Dia benar-benar merasakan tubuh Bawono yang kehi
Barata mulai tertarik bahkan merasa beruntung telah menyelamatkan Leman. Saat ini tidak ada yang menarik perhatiannya kecuali Pusaka, Pilar Ilahi, dan Kuda ataupun hewan tunggangan lainnya. Apa yang dia butuhkan saat ini hanya ketiga hal tersebut. Selama dia bisa mendapatkan salah satu dari ketiganya, dia akan memberikan apapun. Dengan kata-kata Sang Ratu tempo hari, dia merasa lebih penting untuk mendapatkan Pusaka daripada yang lainnya, apalagi dengan informasi yang baru saja dia dengar dari Leman. Perasaan itu semakin menguat dan membuat dia bergairah.Leman menyebut bila di Kota Surungan ada sebuah Pilar Ilahi yang tengah diperebutkan oleh banyak pihak, dan kemungkinan besar kelompok penakluk Pilar Ilahi yang beberapa saat lalu ia ceritakan juga ikut serta di dalamnya. Saat mendengar hal ini, Barata tidak bisa menutupi kegembiraannya. Dia benar-benar tidak mengharapkan akan bertemu dengan mereka secepat ini. Dengan situasi yang berbeda dia merasa jika kehadirannya di temp