Pemandangan yang tidak bisa ditebak. Barata cukup terkesiap dengan apa yang dia lihat kali ini. Sebuah medan area yang sebelumnya begitu nyaman untuk dipandang telah berubah sepenuhnya menjadi sesuatu yang mengerikan. Dengan reruntuhan disekitarnya, pohon-pohon yang tumbang, bangunan yang tak utuh, retakan tanah serta lubang-lubang itu tampak seperti sebuah hiasan yang mencuat keluar dari neraka.
Apa yang Barata lihat kali ini membuat dia merasa tidak nyaman. Kekuatan sebesar ini pasti akan membawa petakan serta ancaman yang mengerikan. Dia tidak bisa memikirkan situasi macam apa yang akan terjadi bila monster sekuat ini lepas kendali atau pergi meninggalkan posisinya. Terkadang dia berpikir, apakah mungkin monster-monster kuat menjadi pelingdung dari Kadipaten atau Kota? Jika memang begitu, bukankah ini sedikit aneh dan sulit dipercaya?
Barata mengikuti perasaannya yang membimbingnya menuju ke posisi dari sumber riak-riak energi yang dia rasakan. Meski tidak tahu apa
Momen itu berlangsung cukup cepat. Barata tidak sempat memberikan bantuan pada Bawono yang terlanjur melancarkan sebuah serangan dan tentunya apa yang dia khawatirkan pun terjadi. Monster menggunakan kemampuan terkuat dan terbaiknya, dia meledakkan dirinya dan mengirim ratusan keping tanah yang mampu menembus batu ke segala arah.Bawono serta pria bertombak itu tak begitu melihat keadaan yang dimiliki lawannya, sehingga mereka berdua harus merasakan kengerian dari serangan tersebut yang begitu mematikan. Barata menyaksikan keduanya terhempas menjauh dari posisinya dan menghantam reruntuhan yang berada tak jauh dari tempat tersebut. Sayangnya, Bawono dan pria bertombak tidak terlihat memberikan sebuah pertahanan ketika hal itu terjadi.Alhasil, Barata merasa jika mereka berdua terluka parah. Dia juga tak melihat adanya kemunculan monster lain atau gerakan dari Sulag yang menghancurkan dirinya sendiri. Apa yang akan terjadi setelahnya hanya membuat Barata sedikit bergidi
Barata menopang tubuh Bawono dan pergi mendekati pria bertombak yang jaraknya tidak terlalu jauh dari posisinya. Meski tak mengenali siapa pria itu, Barata tidak bisa mengabaikan pria itu karena semuanya sudah berubah menjadi lebih tak bisa dia pahami. Tentu saja, semuanya semakin tidak bisa dia lihat hanya dengan satu kali pandangan mata saja. Namun, dia membutuhkan banyak hal sebelum menunjukkan posisinya.“Bagaimana kau bisa terluka sampai seperti ini, Bawono? Dengan kekuatan yang kau miliki, hal semacam ini seharusnya tidak bisa terjadi. Kau benar-benar mengejutkan dan membuatku khawatir. Sungguh perasaan ini membunuhku!! Kemampuanmu tidak lemah dan bahkan bisa disebut sebagai salah satu yang terkuat untuk saat ini. Lantas, kenapa kau bisa sampai seperti ini, Bawono?” tanya Barata ketika dia melihat Bawono berada dalam posisi yang sangat menyedihkan.Barata mendekap Bawono dan menahannya agar tidak jatuh. Dia benar-benar merasakan tubuh Bawono yang kehi
Barata mulai tertarik bahkan merasa beruntung telah menyelamatkan Leman. Saat ini tidak ada yang menarik perhatiannya kecuali Pusaka, Pilar Ilahi, dan Kuda ataupun hewan tunggangan lainnya. Apa yang dia butuhkan saat ini hanya ketiga hal tersebut. Selama dia bisa mendapatkan salah satu dari ketiganya, dia akan memberikan apapun. Dengan kata-kata Sang Ratu tempo hari, dia merasa lebih penting untuk mendapatkan Pusaka daripada yang lainnya, apalagi dengan informasi yang baru saja dia dengar dari Leman. Perasaan itu semakin menguat dan membuat dia bergairah.Leman menyebut bila di Kota Surungan ada sebuah Pilar Ilahi yang tengah diperebutkan oleh banyak pihak, dan kemungkinan besar kelompok penakluk Pilar Ilahi yang beberapa saat lalu ia ceritakan juga ikut serta di dalamnya. Saat mendengar hal ini, Barata tidak bisa menutupi kegembiraannya. Dia benar-benar tidak mengharapkan akan bertemu dengan mereka secepat ini. Dengan situasi yang berbeda dia merasa jika kehadirannya di temp
Puing-puing bangunan yang menghiasi pemandangan sekitar membuat Barata tidak begitu nyaman. Meskipun dia tahu hal semacam ini akan terus menjadi pemandangan yang akan ia lihat dimanapun dia berada. Barata tetap berharap untuk menyaksikan sebuah tempat yang tidak di isi oleh puing-puing seperti ini. Tentu saja, harapannya itu hanyalah sebuah harapan yang ia sematkan untuk mengubah perasaannya yang terkadang berada dalam kondisi buruk.Saat Barata melihat Leman dan Bawono, dia benar-benar tidak senang dengan situasi yang ada saat ini. Para prajurit tidak mendapatkan satupun hewan tunggangan yang dapat digunakan sebagai alat transportasi. Selain itu, dia juga harus mengurus dua pria yang terluka, meski mereka berdua lebih diurus oleh prajuritnya. Tetap saja, keamanan seluruh kelompok berada di tangannya, dan Barata tidak bisa menutup matanya terhadap setiap hal yang ada di sekitarnya.Ketika dia bergerak menuju ke wilayah yang diperintah oleh Leman. Barata memperhatikan s
Para penduduk tidak meninggalkan pemukiman, mereka hanya bersembunyi di salah satu bangunan terbesar di dalam pemukiman yang mana tempat itu merupakan pusat dari pemukiman. Leman terlihat sangat khawatir ketika dia tidak menemukan satupun penduduk di pemukiman itu, tapi dia menjadi lega setelah dia menemukan mereka bersembunyi di pusat pemukiman atau bisa dibilang di bangunan kepala desa.“Syukurlah mereka memilih untuk menetap di tempat ini daripada meninggalkan tempat ini. Jika mereka memilih meninggalkan tempat ini, akan menjadi semakin sulit untuk menemukan mereka. Bahaya yang ada di luar sana jauh lebih mengancam dan mereka bisa mati kapan saja. Para prajurit ini, mereka benar-benar mengambil keputusan yang tepat. Beruntung aku menyerahkan masalah ini padanya, jika tidak akan menjadi sulit!!” Leman tidak bisa mengesampingkan perasaannya yang sudah tidak biasa dan memburuk.Barata yang berada di belakang Leman hanya tersenyum saat dia melihat situasi te
Saat Barata keluar dari rumah besar, dia melihat ada sesosok makhluk yang mengeluarkan aura berbahaya. Meski jaraknya masih jauh, aura yang dilepaskannya benar-benar tinggi. Sekilas makhluk itu mirip manusia, dan Barata tidak bisa memastikannya apakah dia memang manusia atau hanya monster humanoid. Barata berjalan pelan ke arahnya, dia mengeluarkan beberapa bola api dan menarik keluar Pusaka Sabit Bulan serta menarik keluar pedangnya.“Hei!! Siapa dikau? Apakah kau ini manusia atau monster?” Barata berbicara dengan kerasnya saat dia berjalan mendekati siluet sosok itu.Ketika Barata bertanya, sosok itu tersenyum seraya menari sesuatu dari tubuhnya. Benda yang ditarik oleh sosok itu merupakan senjata. Ketika dia menariknya, Barata merasakan adanya peningkatan tekanan yang dilepaskan oleh sosok itu. Setelah itu, Barata memasang ekspresi serius saat mengamati sosok yang mulai menunjukkan dirinya sedikit demi sedikit.Perlahan-lahan sosok itu mulai terli
Barata yang baru saja melancarkan sebuah serangan terdiam seketika ketika dia mendengar suara dari seseorang dan suara itu dipenuhi dengn niat membunuh yang kuat. Tidak biasanya Barata terganggu oleh seseorang ketika dia sedang fokus bertarung. Namun, saat ini dia benar-benar terganggu. Apa yang diucapkan oleh pria itu seperti sebuah sihir yang mendayu-dayu pikiran serta perasaannya. Barata sama sekali tidak senang dengan perasaan seperti dikendalikan ini.Dia berhenti melakukan apa-apa dan berdiri diam sambil menatap pria yang baru saja berbicara. Barata mengernyitkan dahinya dan dia memicingkan matanya saat dia melihat pria itu. Dia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari suara yang diucapkan oleh pria itu. Barata tidak begitu tahu apa yang membuat suara itu memiliki pesona yang kuat dan seolah seperti sebuah perintah yang tidak bisa ditolak, laksana sebuah hipnotis.Barata menarik nafasnya dalam-dalam dan mengatur pandangannya sembari berkata, “Aku tidak tahu
“Tuan … kau benar-benar memaksaku, kan? Sayangnya, aku tidak ingin memiliki konflik yang tidak penting ini. Kami akan pergi dari sini dan meninggalkanmu. Oh … satu hal lagi, aku harap kita bisa bekerja sama di hari-hari mendatang. Bolehkah aku tahu siapa kau, Tuan? Aku Samijan, pemimpin dari Kelompok Sableng!!” seru sosok berjubah itu. Dia tidak bisa membiarkan semuanya menjadi sia-sia. Tujuannya sudah ia dapatkan dan tidak ada kepentingan lain, sehingga dia tidak ingin mendapatkan konflik lain.Dia tahu seberapa besar kerugian yang akan kelompoknya dapatkan bila berkonflik dengan Barata. Oleh karena itu, sebagai pemimpin dari kelompok tersebut, Samijan tidak bisa membuat konflik dengan Barata dan memilih untuk meninggalkan semuanya. Tentu saja, Samijan mengerti betul bila keputusan ini akan membawa masalah lain. Tidak seperti biasanya, Samijan lebih berhati-hati saat ini dibanding dengan biasanya.“Ketua, apa yang kau katakan? Jangan be