Puing-puing bangunan yang menghiasi pemandangan sekitar membuat Barata tidak begitu nyaman. Meskipun dia tahu hal semacam ini akan terus menjadi pemandangan yang akan ia lihat dimanapun dia berada. Barata tetap berharap untuk menyaksikan sebuah tempat yang tidak di isi oleh puing-puing seperti ini. Tentu saja, harapannya itu hanyalah sebuah harapan yang ia sematkan untuk mengubah perasaannya yang terkadang berada dalam kondisi buruk.
Saat Barata melihat Leman dan Bawono, dia benar-benar tidak senang dengan situasi yang ada saat ini. Para prajurit tidak mendapatkan satupun hewan tunggangan yang dapat digunakan sebagai alat transportasi. Selain itu, dia juga harus mengurus dua pria yang terluka, meski mereka berdua lebih diurus oleh prajuritnya. Tetap saja, keamanan seluruh kelompok berada di tangannya, dan Barata tidak bisa menutup matanya terhadap setiap hal yang ada di sekitarnya.
Ketika dia bergerak menuju ke wilayah yang diperintah oleh Leman. Barata memperhatikan s
Para penduduk tidak meninggalkan pemukiman, mereka hanya bersembunyi di salah satu bangunan terbesar di dalam pemukiman yang mana tempat itu merupakan pusat dari pemukiman. Leman terlihat sangat khawatir ketika dia tidak menemukan satupun penduduk di pemukiman itu, tapi dia menjadi lega setelah dia menemukan mereka bersembunyi di pusat pemukiman atau bisa dibilang di bangunan kepala desa.“Syukurlah mereka memilih untuk menetap di tempat ini daripada meninggalkan tempat ini. Jika mereka memilih meninggalkan tempat ini, akan menjadi semakin sulit untuk menemukan mereka. Bahaya yang ada di luar sana jauh lebih mengancam dan mereka bisa mati kapan saja. Para prajurit ini, mereka benar-benar mengambil keputusan yang tepat. Beruntung aku menyerahkan masalah ini padanya, jika tidak akan menjadi sulit!!” Leman tidak bisa mengesampingkan perasaannya yang sudah tidak biasa dan memburuk.Barata yang berada di belakang Leman hanya tersenyum saat dia melihat situasi te
Saat Barata keluar dari rumah besar, dia melihat ada sesosok makhluk yang mengeluarkan aura berbahaya. Meski jaraknya masih jauh, aura yang dilepaskannya benar-benar tinggi. Sekilas makhluk itu mirip manusia, dan Barata tidak bisa memastikannya apakah dia memang manusia atau hanya monster humanoid. Barata berjalan pelan ke arahnya, dia mengeluarkan beberapa bola api dan menarik keluar Pusaka Sabit Bulan serta menarik keluar pedangnya.“Hei!! Siapa dikau? Apakah kau ini manusia atau monster?” Barata berbicara dengan kerasnya saat dia berjalan mendekati siluet sosok itu.Ketika Barata bertanya, sosok itu tersenyum seraya menari sesuatu dari tubuhnya. Benda yang ditarik oleh sosok itu merupakan senjata. Ketika dia menariknya, Barata merasakan adanya peningkatan tekanan yang dilepaskan oleh sosok itu. Setelah itu, Barata memasang ekspresi serius saat mengamati sosok yang mulai menunjukkan dirinya sedikit demi sedikit.Perlahan-lahan sosok itu mulai terli
Barata yang baru saja melancarkan sebuah serangan terdiam seketika ketika dia mendengar suara dari seseorang dan suara itu dipenuhi dengn niat membunuh yang kuat. Tidak biasanya Barata terganggu oleh seseorang ketika dia sedang fokus bertarung. Namun, saat ini dia benar-benar terganggu. Apa yang diucapkan oleh pria itu seperti sebuah sihir yang mendayu-dayu pikiran serta perasaannya. Barata sama sekali tidak senang dengan perasaan seperti dikendalikan ini.Dia berhenti melakukan apa-apa dan berdiri diam sambil menatap pria yang baru saja berbicara. Barata mengernyitkan dahinya dan dia memicingkan matanya saat dia melihat pria itu. Dia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari suara yang diucapkan oleh pria itu. Barata tidak begitu tahu apa yang membuat suara itu memiliki pesona yang kuat dan seolah seperti sebuah perintah yang tidak bisa ditolak, laksana sebuah hipnotis.Barata menarik nafasnya dalam-dalam dan mengatur pandangannya sembari berkata, “Aku tidak tahu
“Tuan … kau benar-benar memaksaku, kan? Sayangnya, aku tidak ingin memiliki konflik yang tidak penting ini. Kami akan pergi dari sini dan meninggalkanmu. Oh … satu hal lagi, aku harap kita bisa bekerja sama di hari-hari mendatang. Bolehkah aku tahu siapa kau, Tuan? Aku Samijan, pemimpin dari Kelompok Sableng!!” seru sosok berjubah itu. Dia tidak bisa membiarkan semuanya menjadi sia-sia. Tujuannya sudah ia dapatkan dan tidak ada kepentingan lain, sehingga dia tidak ingin mendapatkan konflik lain.Dia tahu seberapa besar kerugian yang akan kelompoknya dapatkan bila berkonflik dengan Barata. Oleh karena itu, sebagai pemimpin dari kelompok tersebut, Samijan tidak bisa membuat konflik dengan Barata dan memilih untuk meninggalkan semuanya. Tentu saja, Samijan mengerti betul bila keputusan ini akan membawa masalah lain. Tidak seperti biasanya, Samijan lebih berhati-hati saat ini dibanding dengan biasanya.“Ketua, apa yang kau katakan? Jangan be
Barata memang menggunakan cara yang sedikit berbeda ketika mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimanapun juga situasi akan menjadi semakin memburuk di setiap wilayah jika peperangan pecah antar kelompok. Dia tidak terlalu terkejut dengan hal itu, karena sebuah pertempuran antar kelompok akan selalu terjadi dimanapun dan di situasi apapun. Selama mereka berbeda pendapat dan pandangan maka sebuah pergesekan pasti terjadi.“Hmm … kau tidak berbohong. Lalu, bagaimana caramu mendapatkan semua informasi ini, Samijan? Katakana padaku, ini benar-benar penting.” Meski tahu Samijan tidak menipunya, Barata tetap ingin tahu caranya mendapatkan informasi tersebut. Apa yang dia miliki merupakan sebuah senjata yang tak dia miliki saat ini. Tentu saja, Barata memiliki tebakannya sendiri.Orang-orang berjubah lainnya hanya diam saat mendengar ucapan Barata. Tanpa sadar mereka menjadi tenang. Sebelumnya mereka merasa kesal dengan sikap yang Barata tunjukkan.
Setelah menunggu dan mengatur semuanya. Dua hari setelahya, Barata bersama dengan Leman dan Bawono meninggalkan pemukiman itu. Sedangkan, para prajurit diperintahkan untuk melindungi para penduduk yang memilih bergabung dengan Paviliun Lembah Kehidupan. Barata senang dengan hal itu. Dia benar-benar merasa perjalanannya tidak akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Namun, apa yang tak dia sangka ialah semuanya berjalan ke arah yang sangat baik.Barata tidak dapat membahayakan mereka yang sudah menggantungkan hidupnya kepada dirinya. Oleh karena itu, sisa dari regu pembunuh ia perintahkan untuk melindungi mereka semua. Tentu saja, mereka mendapatkan bantuan dari para prajurit yang sebelumnya berada di komando Leman. Tidak mudah untuk menyelesaikan masalah yang terjadi beberapa saat lalu, tapi Barata merasa jauh lebih dari itu. Apa yang dia lihat dan rasakan memang tidak begitu baik.“Leman, kau tahu. Keputusan yang kau ambil beberapa waktu lalu itu bukan kepu
Sosok yang bersembunyi di antara pepohonan serta semak-semak yang cukup lebat memiliki aura yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Barata memperhatikannya dengan cermat dan dia memasang wajah serius sejak dia menemukan keberadaannya. Dia tidak bisa menurunkan penjagaannya. Meski tidak tahu siapa dan apa sosok itu. Barata tetap harus waspada dan menekankan dirinya akan segala kemungkinan yang ada.Meski hanya melihatnya sekilas, Barata bisa mengatakan jika saja sosok yang ia lihat itu lebih kuat dari Leman, bahkan mungkin setara dengan dirinya. Namun, dia sama sekali tidak mengerti apa tujuannya. Oleh karena itu, dia hanya mengamati pergerakan sosok itu tanpa melakukan tindakan yang berlebihan. Barata mengisyaratkan pada sosok itu jika saja dia tak memiliki keinginan untuk bertarung atau memiliki konflik dengannya.Barata melihat semuanya berubah ke sisi yang tidak baik. Sosok yang terlihat kuat itu tampak mengamati pergerakan yang Barata lakukan dan hal itu sungguh me
Sosok yang ia khawatirkan tidak berada di tempat dia muncul. Barata tidak bisa mendeteksi posisinya dan hal itu membuat dia sedikit marah. Zombie-zombie yang sudah mengalami evolusi juga menampakkan diri. Barata melihat ada Zombie Kabewo dan Zombie Monar. Selain itu, dia juga melihat adanya zombie lain yang memiliki kecepatan tinggi dan memiliki bentuk tubuh yang sedikit berbeda dari dua zombie yang sudah berevolusi. Barata tidak bisa memikirkan sosok yang belum lama ini berada di balik pohon rindang itu.Sayangnya, dia tidak bisa mengejarnya karena zombie-zombie ini mulai menunjukkan sikap yang sangat tidak menyenangkan dimana mereka mulai mengejarnya dan melancarkan serangan ke arah Barata yang mengeluarkan bola api. Barata menembakkan bola api ke arah Zombie Monar. Serangannya cepat dan kuat hingga Zombie Monar benar-benar hancur karena satu serangan tersebut. Barata menggunakan belati dan juga pedangnya, dia lari serta melesat dengan satu hentakan kaki ke arah gerombolan