Barata yang baru saja melancarkan sebuah serangan terdiam seketika ketika dia mendengar suara dari seseorang dan suara itu dipenuhi dengn niat membunuh yang kuat. Tidak biasanya Barata terganggu oleh seseorang ketika dia sedang fokus bertarung. Namun, saat ini dia benar-benar terganggu. Apa yang diucapkan oleh pria itu seperti sebuah sihir yang mendayu-dayu pikiran serta perasaannya. Barata sama sekali tidak senang dengan perasaan seperti dikendalikan ini.
Dia berhenti melakukan apa-apa dan berdiri diam sambil menatap pria yang baru saja berbicara. Barata mengernyitkan dahinya dan dia memicingkan matanya saat dia melihat pria itu. Dia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari suara yang diucapkan oleh pria itu. Barata tidak begitu tahu apa yang membuat suara itu memiliki pesona yang kuat dan seolah seperti sebuah perintah yang tidak bisa ditolak, laksana sebuah hipnotis.
Barata menarik nafasnya dalam-dalam dan mengatur pandangannya sembari berkata, “Aku tidak tahu
“Tuan … kau benar-benar memaksaku, kan? Sayangnya, aku tidak ingin memiliki konflik yang tidak penting ini. Kami akan pergi dari sini dan meninggalkanmu. Oh … satu hal lagi, aku harap kita bisa bekerja sama di hari-hari mendatang. Bolehkah aku tahu siapa kau, Tuan? Aku Samijan, pemimpin dari Kelompok Sableng!!” seru sosok berjubah itu. Dia tidak bisa membiarkan semuanya menjadi sia-sia. Tujuannya sudah ia dapatkan dan tidak ada kepentingan lain, sehingga dia tidak ingin mendapatkan konflik lain.Dia tahu seberapa besar kerugian yang akan kelompoknya dapatkan bila berkonflik dengan Barata. Oleh karena itu, sebagai pemimpin dari kelompok tersebut, Samijan tidak bisa membuat konflik dengan Barata dan memilih untuk meninggalkan semuanya. Tentu saja, Samijan mengerti betul bila keputusan ini akan membawa masalah lain. Tidak seperti biasanya, Samijan lebih berhati-hati saat ini dibanding dengan biasanya.“Ketua, apa yang kau katakan? Jangan be
Barata memang menggunakan cara yang sedikit berbeda ketika mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimanapun juga situasi akan menjadi semakin memburuk di setiap wilayah jika peperangan pecah antar kelompok. Dia tidak terlalu terkejut dengan hal itu, karena sebuah pertempuran antar kelompok akan selalu terjadi dimanapun dan di situasi apapun. Selama mereka berbeda pendapat dan pandangan maka sebuah pergesekan pasti terjadi.“Hmm … kau tidak berbohong. Lalu, bagaimana caramu mendapatkan semua informasi ini, Samijan? Katakana padaku, ini benar-benar penting.” Meski tahu Samijan tidak menipunya, Barata tetap ingin tahu caranya mendapatkan informasi tersebut. Apa yang dia miliki merupakan sebuah senjata yang tak dia miliki saat ini. Tentu saja, Barata memiliki tebakannya sendiri.Orang-orang berjubah lainnya hanya diam saat mendengar ucapan Barata. Tanpa sadar mereka menjadi tenang. Sebelumnya mereka merasa kesal dengan sikap yang Barata tunjukkan.
Setelah menunggu dan mengatur semuanya. Dua hari setelahya, Barata bersama dengan Leman dan Bawono meninggalkan pemukiman itu. Sedangkan, para prajurit diperintahkan untuk melindungi para penduduk yang memilih bergabung dengan Paviliun Lembah Kehidupan. Barata senang dengan hal itu. Dia benar-benar merasa perjalanannya tidak akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Namun, apa yang tak dia sangka ialah semuanya berjalan ke arah yang sangat baik.Barata tidak dapat membahayakan mereka yang sudah menggantungkan hidupnya kepada dirinya. Oleh karena itu, sisa dari regu pembunuh ia perintahkan untuk melindungi mereka semua. Tentu saja, mereka mendapatkan bantuan dari para prajurit yang sebelumnya berada di komando Leman. Tidak mudah untuk menyelesaikan masalah yang terjadi beberapa saat lalu, tapi Barata merasa jauh lebih dari itu. Apa yang dia lihat dan rasakan memang tidak begitu baik.“Leman, kau tahu. Keputusan yang kau ambil beberapa waktu lalu itu bukan kepu
Sosok yang bersembunyi di antara pepohonan serta semak-semak yang cukup lebat memiliki aura yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Barata memperhatikannya dengan cermat dan dia memasang wajah serius sejak dia menemukan keberadaannya. Dia tidak bisa menurunkan penjagaannya. Meski tidak tahu siapa dan apa sosok itu. Barata tetap harus waspada dan menekankan dirinya akan segala kemungkinan yang ada.Meski hanya melihatnya sekilas, Barata bisa mengatakan jika saja sosok yang ia lihat itu lebih kuat dari Leman, bahkan mungkin setara dengan dirinya. Namun, dia sama sekali tidak mengerti apa tujuannya. Oleh karena itu, dia hanya mengamati pergerakan sosok itu tanpa melakukan tindakan yang berlebihan. Barata mengisyaratkan pada sosok itu jika saja dia tak memiliki keinginan untuk bertarung atau memiliki konflik dengannya.Barata melihat semuanya berubah ke sisi yang tidak baik. Sosok yang terlihat kuat itu tampak mengamati pergerakan yang Barata lakukan dan hal itu sungguh me
Sosok yang ia khawatirkan tidak berada di tempat dia muncul. Barata tidak bisa mendeteksi posisinya dan hal itu membuat dia sedikit marah. Zombie-zombie yang sudah mengalami evolusi juga menampakkan diri. Barata melihat ada Zombie Kabewo dan Zombie Monar. Selain itu, dia juga melihat adanya zombie lain yang memiliki kecepatan tinggi dan memiliki bentuk tubuh yang sedikit berbeda dari dua zombie yang sudah berevolusi. Barata tidak bisa memikirkan sosok yang belum lama ini berada di balik pohon rindang itu.Sayangnya, dia tidak bisa mengejarnya karena zombie-zombie ini mulai menunjukkan sikap yang sangat tidak menyenangkan dimana mereka mulai mengejarnya dan melancarkan serangan ke arah Barata yang mengeluarkan bola api. Barata menembakkan bola api ke arah Zombie Monar. Serangannya cepat dan kuat hingga Zombie Monar benar-benar hancur karena satu serangan tersebut. Barata menggunakan belati dan juga pedangnya, dia lari serta melesat dengan satu hentakan kaki ke arah gerombolan
Setelah melalui sebuah pertempuran dan memulihkan diri di malam hari, mereka melanjutkan perjalanannya di pagi hari. Tidak ada yang mengeluh tentang ini, bahkan Leman tidak memiliki sedikitpun keengganan dalam keputusan yang Barata ambil. Setelah mendengar ucapan Barata di malam tadi, dia merasa jika kondisi bugar merupakan satu syarat yang harus dimiliki setiap Kontraktor jika ingin bersaing dalam memperebutkan pusaka.Dengan jalan yang begitu terjal, perjalanan mereka memakan banyak waktu. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam perjalanan, mereka memburu beberapa hewan yang terlihat dalam jangkauan mata mereka. Dalam beberapa hari ke depan mereka terus melakukan hal yang sama, tentunya mereka bertemu dengan zombie jua. Namun, zombie yang mereka temui tak menjadi masalah yang berarti dan mereka dapat mengatasinya dengan cepat.Tidak ada masalah yang berarti dalam perjalanan mereka dalam beberapa hari ke depan. Barata juga lebih sering memulihkan diri di waktu senggang
Keputusan Barata untuk meninggalkan tempat itu dan tidak mengganggu sosok yang berada di balik batu memanglah keputusan tepat. Sosok yang berada di balik batu sudah menunggu Barata dan yang lainv untuk menyerangnya. Dia sama sekali tidak mengharapkan apapun kecuali mendapatkan pusaka. Dari aura yang ia rasakan saat Barata dan yang lain memindainya, dia tahu bila mereka merupakan seorang Kontraktor.“Bawono … Leman, jangan mengendurkan penjagaan kalian. Kita masih belum aman. Tidak hanya sosok yang berada di balik batu saja yang memiliki ancaman besar. Masih ada banyak ancaman yang mengintai kita. Semuanya akan semakin berbahaya begitu kita tiba di Kota Surungan. Jadi, kelengahan merupakan satu hal yang tidak boleh terjadi!!” Barata sama sekali tidak bisa menenangkan dirinya di saat dia menyaksikan sebuah perubahan di sekitar jalan yang dia lalui.Semua benda maupun pepohonan mulai jarang terlihat. Area lapang yang hanya terdiri dari tanah, bebatuan k
Mereka tiba di Kota Surungan, tepatnya di perbatasan Kota Surungan. Tempat yang dipenuhi dengan rumah-rumah kayu yang hancur dan puing-puing bangunan yang menghiasi pemandangan sekitar. Mereka memeriksa setiap rumah yang ada dalam jangkauan mata. Tidak bisa dibayangkan apa yang terjadi di tempat itu selama ini. Kondisi yang begitu buruk membuat mereka merasa menyesal, bagaimanapun juga Kota Surungan merupakan tempat yang dipenuhi dengan pandai besi handal. Barata tidak melihat adanya tanda-tanda pertempuran di tempat tersebut. Selama pemeriksaan dia hanya menemukan tempat itu hancur begitu saja. Tanpa adanya jejak pertempuran, bagaimana tempat itu bisa hancur berkeping-keping. Hal itu sungguh di luar dugaan, tidak bisa dipercaya begitulah yang dia pikirkan. Barata memastikan setiap detail yang dia lihat itu nyata bukannya hanya imajinasinya belaka. Tatapan matanya begitu rumit ketika mengamati keadaan di sekitarnya. Barata masih belum yakin apa yang menyebabkan tempa