Keputusan Barata untuk meninggalkan tempat itu dan tidak mengganggu sosok yang berada di balik batu memanglah keputusan tepat. Sosok yang berada di balik batu sudah menunggu Barata dan yang lainv untuk menyerangnya. Dia sama sekali tidak mengharapkan apapun kecuali mendapatkan pusaka. Dari aura yang ia rasakan saat Barata dan yang lain memindainya, dia tahu bila mereka merupakan seorang Kontraktor.
“Bawono … Leman, jangan mengendurkan penjagaan kalian. Kita masih belum aman. Tidak hanya sosok yang berada di balik batu saja yang memiliki ancaman besar. Masih ada banyak ancaman yang mengintai kita. Semuanya akan semakin berbahaya begitu kita tiba di Kota Surungan. Jadi, kelengahan merupakan satu hal yang tidak boleh terjadi!!” Barata sama sekali tidak bisa menenangkan dirinya di saat dia menyaksikan sebuah perubahan di sekitar jalan yang dia lalui.
Semua benda maupun pepohonan mulai jarang terlihat. Area lapang yang hanya terdiri dari tanah, bebatuan k
Mereka tiba di Kota Surungan, tepatnya di perbatasan Kota Surungan. Tempat yang dipenuhi dengan rumah-rumah kayu yang hancur dan puing-puing bangunan yang menghiasi pemandangan sekitar. Mereka memeriksa setiap rumah yang ada dalam jangkauan mata. Tidak bisa dibayangkan apa yang terjadi di tempat itu selama ini. Kondisi yang begitu buruk membuat mereka merasa menyesal, bagaimanapun juga Kota Surungan merupakan tempat yang dipenuhi dengan pandai besi handal. Barata tidak melihat adanya tanda-tanda pertempuran di tempat tersebut. Selama pemeriksaan dia hanya menemukan tempat itu hancur begitu saja. Tanpa adanya jejak pertempuran, bagaimana tempat itu bisa hancur berkeping-keping. Hal itu sungguh di luar dugaan, tidak bisa dipercaya begitulah yang dia pikirkan. Barata memastikan setiap detail yang dia lihat itu nyata bukannya hanya imajinasinya belaka. Tatapan matanya begitu rumit ketika mengamati keadaan di sekitarnya. Barata masih belum yakin apa yang menyebabkan tempa
Pertarungan antara Bawono dan Leman melawan monster tidak begitu sedap untuk ditengok. Barata juga fokus mengamati sekitarnya, terutama beberapa arah yang mana memiliki aura cukup mengancam. Pandangan matanya terus tertuju pada tempat tersebut dan dia sama sekali tidak mengharapkan adanya kekuatan besar yang menantinya di tempat-tempat tersebut. Semakin dia memperhatikan keadaan di sekitarnya, semakin dia memahami kengerian yang ada di sana.Monster yang kedua orang itu hadapi cukuplah kuat, tapi tidak begitu membuat mereka lelah sampai mati. Barata memutuskan untuk segera bertindak saat aura di salah satu tempat bertambah besar. Bukan dia suka menimbulkan masalah di setiap tempat yang dia datangi. Hanya saja, kali ini masalah yang dia hadapi cukuplah besar hingga membuat Barata tak nyaman. Kekuatan yang dimiliki oleh sosok yang berada di tempat itu pastilah besar dan dia tidak merasa bisa menghadapinya tanpa harus mengerahkan seluruh kekuatannya.Ketika dia mencoba un
Apa yang dijelaskan oleh pria itu cukup menarik perhatiannya. Barata tidak dapat menolaknya, selain dari manfaat yang diberikan oleh pria botak itu. Dia juga melihat sebuah kesempatan yang tidak akan datang untuk kedua kalinya. Bagaimana dia bisa melepaskan peluang yang akan menghasilkan sebuah manfaat besar, yakni sebuah pusaka dan kekuatan di Kota Surungan. Meskipun dia tak begitu memikirkan masalah tentang kekuatan yang dibicarakan oleh pria botak itu, tetap saja mendapatkan sebuah kekuatan baru tidak buruk.Hanya mendapatkan sebuah pusaka sudah membuat dia bersemangat. Barata tidak terlalu serakah, tapi dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan selama itu bisa. Barata tidaklah sebaik itu, dia melihat jika dia terlalu serakah dalam kesempatan ini, maka dia hanya akan mendapatkan lawan yang kuat. Dari sikap yang ditunjukkan oleh pria botak itu, Barata bisa merasakan kekerasan yang kuat di dalam dirinya, sehingga sebuah pemicu bisa menimbulkan sebuah ledakan.“
Di markas pria botak, Barata melihat sebuah pertahanan yang cukup kuat dengan pagar kayu yang tidak hanya terbuat dari ranting semata, tapi sebuah balok kayu yang besar dan kokoh, selain itu ada beberapa menara yang diisi oleh para pemanah jua. Melihat pertahanan yang begitu kokoh, Barata merasa bila kekuatan yang mereka miliki tidak jauh berbeda darinya.“Bawono, tampaknya kita tidak salah kali ini. Pria ini memang memiliki kekuatan yang tak bisa diremehkan. Meski mereka bukan Kontraktor, kekuatan para pejuang itu cukup untuk mempertahankan sebuah wilayah yang mana itu berarti akan ada banyak bakat yang bisa berkumpul di tempat ini, dan peluang untuk munculnya Kontraktor akan meningkat!” seru Barata. Dia tidak begitu bisa menenangkan diri saat melihat sebuah kekuatan yang cukup besar.Bawono mengangguk, dia tahu bila kuantitas dalam pasukan bila menjadi sebuah mesin penghancur. Tentu saja, pertahanan juga akan menjadi semakin baik. Itu berarti mereka bisa
Ketika Barata dan yang lainnya masuk ke dalam rumah itu. Sontak, hanya sepersekian detik saat Leman memasuki ruangan itu, dia membeku di tempat. Dia tidak tahu harus berbuat apa dan mengatakan apa. Matanya tertuju ke sebuah kursi yang sepertinya lebih cocok disebut sebagai singgasana saat sosok itu duduk di atasnya. Leman benar-benar tak berkutik yang mana itu membuat Barata dan Bawono penasaran, tentu saja membuat pria botak heran.Bagaimana Leman tidak membeku, dia melihat sosok yang benar-benar menakutkan. Seseorang yang sangat dikenal akan kekuatannya serta pengaruhnya di Kota Surungan sangatlah besar. Intimidasi dan kekuasaan merupakan dua hal yang tak terpisahkan darinya. Ketika melihat sosok tersebut, tidak mungkin untuk Leman tidak terdiam. Sikap yang ditorehkan oleh sosok tersebut tidak terlupakan dan begitu mengintimidasi.“Ada apa, Leman? Kenapa kau mematung?” tanya Bawono yang terkejut dengan reaksi dan tindakan yang dilakukan oleh Leman ketika
“Tidak ada yang tidak mengenalku. Mereka yang menyebutkan namaku secara tidak hormat, kau tahu apa yang terjadi!” suaranya begitu dalam dan dipenuhi dengan niat membunuh yang tertutupi dengan senyum dinginnya. Tidak ada yang tahu apa yang ada dalam pikiran pria tua ini.Pria tua itu tersenyum dan melanjutkan ucapannya, “Namaku tidak begitu besar, hanya cukup terkenal di Kota Surungan saja. Aku hanya seorang pria tua biasa yang dikenal dengan nama Ki Saprang. Tidakkah nama itu buruk? Ya, aku rasa kalian akan menertawakannya.”Ki Saprang, seseorang yang dijuluki sebagai Si Ular Berbisa dari Surungan. Selain kekuatannya yang begitu mengerikan, caranya bertarung juga tidak mudah untuk ditiru bahkan cukup mengerikan sebenarnya. Tidak ada yang mengalahkannya ketika dia menggunakan keunggulannya, tentu saja ada pengecualian. Namun, itu cukup Jarang terjadi. Oleh karena itu dia mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak yang menyatakan bila dia adalah or
Setelah terbentuknya kerja sama diantara mereka, Barata dan yang lainnya tak meninggalkan tempat itu dan tetap berada di sana. Mereka beristirahat di sebuah rumah yang telah disediakan, tentu saja mereka juga diawasi oleh yang lainnya. Ki Saprang tidak akan memberikan sedikitpun ruang kesalahan ketika dia sudah mengambil keputusan. Oleh karena itu, ada banyak pasang mata yang mengawasi lokasi tempat mereka beristirahat.Sehari penuh Barata dan yang lain memulihkan tenaganya. Mereka tidak beranjak dari rumah itu dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh Ki Saprang. Apalagi, mereka telah berada di kapal yang sama dengannya. Oleh karena itu, tidak boleh ada sedikitpun kesalahan dalam prosesnya. Pertempuran tidak mudah untuk terjadi ataupun diselesaikan. Barata tidak bisa membuat kesalahan meski itu kecil dalam situasi yang ombang-ambing ini.Mereka juga tidak meninggalkan markas Ki Saprang dan memperhatikan setiap persiapan yang sedang dilakukan oleh pasukan Ki Saprang. T
Sewaktu kelompok-kelompok itu muncul, perasaan Barata semakin memburuk. Dia benar-benar merasakan intensitas meningkat dengan tajam di tempat tersebut. Tak jauh dari tempat dia bersembunyi, Barata merasakan sebuah gerakan besar tengah mendekati kota. Barata menebak jika gerakan besar ini datang dari arah yang berbeda dari tempatnya saat ini. Namun, bukan tidak mungkin bila mereka membagi kelompoknya menjadi dua.“Jangan membuat banyak suara, kita sekarang berada di tengah-tengah Medan perang dan ada banyak kelompok yang sudah memasuki kota ataupun mengepungnya. Ini sedikit diluar dugaanku, tapi memanglah benar jika perang ini pasti penting dan memperebutkan sesuatu yang sangat berharga. Kita tidak bisa lengah,” ucap Barata dengan suara yang lemah, dia juga tidak banyak bergerak dan tetap memfokuskan pandangannya ke depan tanpa menengok ke belakang.Barata tidak menatap Bawono dan Leman yang berada tepat di belakangnya. Dia hanya berbicara dan menatap ke dep