Pertempuran sendiri sudah berakhir setelah Barata memasuki Pilar Ilahi. Ki Saprang yang berhasil menghabisi pemimpin lawan pun segera mengambil alih sisa pasukan dan memimpin mereka menghadapi monster-monster yang ada. Dalam waktu singkat dan dengan kepemimpinannya, seluruh monster yang berada di sekelilingnya terbunuh tanpa sisa. Ki Saprang menunjukkan sikap yang hebat setelah pertarungan selesai, dia menarik semua prajurit ke sisinya.
Tanpa mengetahui akhir dari peperangan, Barata duduk bersama dengan Kelompok Sableng. Dia menanyakan beberap hal terkait dengan daerah-daerah lain. Dia membutuhkan banyak informasi sebelum benar-benar melakukan petualangan di tempat-tempat yang sudah tak ia kenali lagi. Selain itu, dia juga meminta mereka untuk mengunjungi markasnya demi membangun kerja sama yang lebih padu lagi. Bagaimanapun juga, dia berpikir untuk mengikat mereka dengan kapalnya.
“Tidak ada yang aman di dunia ini, Tuan. Mungkin lawan yang awalnya kita kira sang
Dalam perjalanan meninggalkan Kota Surungan, Barata yang bergerak bersama dengan Kelompok Sableng tidak hanya mengamati sekitarnya. Dia mengingat semua pemandangan yang ada di sana. Hal itu dia lakukan untuk mencari tahu apa yang akan terjadi setelah Ki Saprang mengambil alih wilayah Kota Surungan. Ke depannya dia pasti akan melewati tempat ini dan kebijakan yang Ki Saprang buat mungkin akan memiliki pengaruh padanya.“Apa yang akan terjadi setelah ini? Wilayah ini sudah menjadi hak milik dari Ki Saprang. Dengan situasi sebelumnya, mungkin aku akan bentrok dengan mereka. Kemungkinan ini tidak besar ataupun kecil, tapi semua bisa terjadi. Aku tidak bisa menebak isi pikirannya waktu itu, ya ... Semoga saja kita tak bertemu lagi, Ki Saprang!” Barata mengingat kembali pertemuannya dengan Ki Saprang. Tanpa tahu apa yang dipikirkan pria itu, sebuah langkah yang salah bisa mengakhiri semuanya.Di sisi lain dari keadaan yang tidak menguntungkan ini, Barata tertarik
Beristirahat di alam terbuka memang menyegarkan, tapi suasana yang mereka dapatkan tidak sesegar yang mereka kira. Monster dan zombie mengintai di gelapnya malam. Udara dingin yang berhembus kencang merambat ke sela-sela tubuh setiap orang yang memberikan rasa dingin dan ngeri hingga membuat bulu kuduk mereka berdiri. Di malam yang sepi dan sunyi, mereka mengelilingi api unggun dan duduk sambil mengawasi situasi sekitar.Pada waktu tersebut, Bawono serta Leman menyerahkan benda-benda yang mereka dapatkan dari pertarungan yang mereka lalui. Menerima benda-benda yang berharga tersebut. Barata merasa mendapatkan angin segar. Memang dia mendapatkan beberapa pusaka sebelumnya, tapi lebih banyak pusaka yang dia terima akan meningkatkan kekuatannya. Entah bagaimana, saat ini dia cukup terobsesi dengan pusaka dan Energi Kehidupan.“Sampai detik ini, setiap Kontraktor yang aku hadapi atau temui selalu memiliki pusaka lebih dari satu, dan semuanya merupakan pusaka tingkat
Beberapa hari setelah pertarungan itu, mereka tiba di wilayah Kota Brawali. Dalam perjalanan yang mereka lalui, mereka menghadapi beberapa monster yang terbilang kuat. Namun, sesampainya mereka di Kota Brawali. Mereka melihat sebuah tempat yang benar-benar kosong. Beberapa bangunan berdiri dengan kokoh, tapi sebagian dari mereka juga hancur lebur. Hanya saja, dari kejauhan tempat itu terlihat artistik dan menarik perhatian dalam cara tertentu.“Suasana di tempat ini cukup berat. Beberapa titik arah mata angin dari posisi kita saat ini memiliki sebuah potensi untuk menjadi tempat pengintaian. Aku tidak tahu apakah mereka sudah memantau kita atau tidak. Namun, perasaan berat ini tidak datang dari wilayah kota itu melainkan dari sesuatu yang tak berada di dalam sana,” ucap Barata saat dia mengamati sekelilingnya.Keadaan di sekitarnya pasti tidaklah baik karena Barata merasakan sesuatu yang tak biasa. Intuisinya terkadang benar dan tepat, tapi mempercayai sesu
Seorang pria yang memiliki kekuatan besar dan mempunyai wajah yang seram melayang di udara mendekati Barata dan kelompoknya. Dia memancarkan sesuatu hal yang sangat mengancam dan membuat siapapun yang berada di sekitarnya ataupun yang melihatnya pasti merasa tidak nyaman. Sosok pria itu melayang di udara dan rambut putihnya yang panjang tersapu oleh angin dan berkibat laksana sebuah bendera.Barata tidak bisa menetapkan apa yang ada di depan matanya sebagai sesuatu yang tidak biasa. Namun, apa yang ada di depan matanya merupakan sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Kemampuan pria itu benar-benar berada di atasnya dan aura yang dikeluarkannya membuat dia merasa tak karuan. Hanya dari kejauhan saja, Barata sudah merasakan tekanan yang tak terkira dan dia benar-benar mengerti apa yang membuat dia merasa tak begitu nyaman saat pria itu mendekat.Semua itu berasal dari tatapan mata dan aura yang dikeluarkan pria itu. Keduanya bertabrakan dan membentuk sebuah tekan
Merasakan tekanan dari kekuatan yang dimiliki Sabarang, dia tidak bisa bergerak gegabah. Entah karena firasatnya atau memang kejadian sebelumnya, Barata merasa bila Sabarang memilki kemampuan yang unik dan tidak mudah untuk dihadapi. Dia mencari titik lemahnya saat mengamatinya, tapi sampai detik ini, dia belum mendapatkan apa-apa bahkan dia tidak tahu apa dia bisa melakukannya atau tidak.Menengok ke beberapa titik di sekitar tubuh Sabarang, dia melihat udara di titik-titik tersebut mengalami perubahan seolah-olah mendapatkan sebuah beban dan membuatnya menjadi sebuah kesatuan. Merasakan hal tersebut, Barata segera bergerak mundur. Dia merasakan bahaya besar tengah mengintainya saat dia melihat keadaan lawannya yang benar-benar berbeda dari beberapa waktu lalu.“Oh ... Kau mundur? Ini tidak seperti dirimu, Barata. Apakah kau takut denganku? Sungguh suatu hal yang mengejutkan. Siapa sangka aku akan menemukan hal semacam ini. Sosok yang dulu selalu menerjang apapu
Di pemukiman, mereka menemukan ada banyak orang yang bekerja keras membangun sebuah pagar kayu dengan bagian-bagian depan yang dibuat runcing seperti halnya sebuah paku terbalik. Barata mengamati raut wajah para penghuni tempat tersebut dan dia tidak menemukan adanya tanda-tanda pelecehan atau penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Sabarang. Pemandangan itu membuat dia merasa kacau dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa, karena sosok yang dia tahu dari Sabarang tidaklah seperti saat ini.Dia mengamati semuanya lekat-lekat dan tidak melewatkan satu adegan pun dari para penghuni di pemukiman tersebut. Merasakan energi yang menggelembung di tempat itu, dia mengerti jika Sabarang telah melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Apa yang dia lihat saat ini merupakan keselarasan dan kesatu-paduan yang tidak goyah walau ada guncangan sekalipun. Perasaan semacam itu tidak mudah untuk dijaga ataupun dibuat, tapi hal semacam itu memang ada.“Tempat ini terasa
“Sepertinya angin berpihak pada kita, bukan, Barata? Kau dan aku, kita yang dulunya tak menyatu dipertemukan kembali dalam situasi tak biasa. Yah ... Meski tidak buruk juga untuk bekerja sama denganmu, tapi apakah aku harus melakukannya tanpa mendapatkan sesuatu. Selama kau menerima permintaanku, aku akan menganggapmu sebagai sekutu! Bagaimana?” Sabarang tidak segera memberikan jawaban. Dia berhati-hati terhadap Barata yang tidak bisa dia anggap remeh.Dia cukup teliti saat mengambil sebuah keputusan dan tentunya hal ini ia lakukan untuk meminimalisir sebuah rasa sesal yang tak nyaman. Sabarang melihat dan mengamati ekspresi wajah Barata. Namun, tak sedikitpun ia melihat perubahan di wajah Barata. Ia hanya melihat sebuah wajah yang dingin dan tak berperasaan. Selain itu, dia merasa tidak nyaman ketika melihat Barata. Alangkah menyenangkannya jika Barata menerima tawarannya.Sabarang membiarkan semua yang ada di depannya berlalu dengan sealami mungkin. Jika
Selama sehari lebih mereka melakukan perjalanan dari Kota Brawali hingga ke sebuah hutan yang memiliki sebuah danau di tengah-tengahnya. Ketika mereka sampai di hutan dan memasuki area danau, mereka segera berhenti karena merasakan sebuah gelombang energi yang kuat di tengah-tengah danau. Di sana, terdapat sebuah batu berukuran besar, dua kali ukuran rumah biasa dan di tengah-tengahnya ada seorang pria yang hanya mengenakan celana dan bertelanjang dada tengah duduk.Pria itu duduk di atas batu dan mengabaikan semua yang ada di sekitarnya. Menariknya, air yang ada di danau itu mengelilingi batu dan membentuk sebuah medan penghalang sekaligus pelindung. Pria itu tetap tak beranjak dari posisinya meskipun air itu mulai mengelilingi tubuhnya secara nyata dan membentuk sebuah aliran yang terlihat seperti melilitnya.Ketika mereka tiba di tempat itu dan melihat sosok yang begitu memukau, mereka tidak bisa tidak merasa tertekan. Apa yang mereka lihat benar-benar sama seperti