Setelah keluar dari rumah sakit, Selina akhirnya bisa bernapas lega. Untung saja, tadi dirinya cepat tanggap, langsung mengganti foto profilnya saat Samuel bilang ingin menambah kontaknya.Saat Selina hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya, “Sunny, barangmu ketinggalan.”Linda berlari kecil menghampirinya, terengah-engah, lalu membuka telapak tangannya. Di sana ada sebuah kalung baru yang terlihat sangat indah.Selina melirik sekilas dan seketika matanya menunjukkan keterkejutan. Ini … adalah hadiah ulang tahun pernikahan yang diberikan Samuel padanya dulu. Setelah dirinya pergi, dirinya tidak membawa apa-apa … Tak disangka, ternyata Samuel langsung memberikan kalung itu pada Linda?Benar-benar pasangan yang saling mencintai.Namun, Selina menajamkan sudut bibirnya dengan dingin. Ini hanyalah cara Linda untuk mengujinya.“Ini bukan milikku. Aku ngak pernah memakai kalung yang didesain oleh orang lain,” jawan Selina dengan nada angkuh.“Hehe.” Linda tersenyum dan se
Enam tahun yang lalu, Linda melemparkan beberapa lembar uang kertas ke arahnya sambil berkata, “Ambil uang ini dan pergi atau tunggu Samuel sendiri yang akan memutuskanmu.”“Selina, kalau aku menjadi dirimu, aku sudah mengambil uang itu dan pergi. Kenapa kamu begitu rendah diri? Suka dihina oleh Samuel?”Kata-kata itu sangat menyakitkan, menancap dalam di hatinya. Namun, jika bukan karena cinta, bagaimana mungkin Selina mau diperlakukan seperti itu oleh Linda?Saat itu, Selina tidak punya kepercayaan diri. Dia tahu Samuel tidak menyukainya, jadi dia tidak bisa membalas.“Maaf, aku nggak akan mengambil pekerjaan ini.”Ujar Selina dengan dingin, ucapannya begitu ringan namun tegas.Linda panik, berusaha menahan Selina untuk membujuknya agar tetap bekerja sama.Namun, sebuah mobil sport merah berhenti dengan elegan di samping Selina. Orang yang duduk di kursi kemudi keluar dan dengan hormat membukakan pintu, mempersilakan, “Silakan, Nona.”Selina tidak memberikan kesempatan dan dengan ang
Setelah janji untuk makan bersama, Selina langsung menuju ke restoran, sementara Vina mengemudi mobilnya, membawa dua anak kecil untuk bertemu Selina di sana.Vina sangat paham soal makanan enak di daerah itu. Kali ini, dia memilih restoran khusus yang menyajikan makanan sehat untuk anak-anak, kebetulan untuk dua bocah itu itu.Dia juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menebus kesalahannya pada Stegen.Meskipun Selina tidak menyalahkannya, Vina tetap merasa bersalah.“Hei Selina, di sini!”Vina melihat sahabatnya datang dan hampir saja melompat kegirangan.Steven dan Stegen buru-buru menahan Vina, berkata, “Ibu angkat, kamu pakai sepatu hak tinggi … “Mereka merasa ibu angkatnya tidak terlalu pintar …“Nggak apa-apa, ibu angkat punya keseimbangan yang hebat! Dulu bahkan pernah bermain di arena seluncur es … ““Dan mendapat gelar juara satu,” lanjut Selina.Selina yang baru saja tiba tepat mendengar Vina membual, dia tak tahan untuk ikut menambahkan.Vina melotot, kedua tangannya
“Mungkin ada hubungannya dengan gen,” ujar Selina dengan tenang.“Gen?” Vina tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Iya juga, Pak Samuel … ““Ehem ehem.”Sadar telah salah bicara, Vina cepat-cepat menutup mulutnya.“Makan dulu, makan dulu,” ujar Vina segera menarik dua bocah kecil itu duduk di sampingnya.“Kalian suka apa, pesan sendiri saja ya,” ujar Vina meletakkan menu di depan mereka.Menu yang tersedia kebanyakan adalah paket keluarga. Steven memilih menu yang disukai oleh ibunya, sementara Stegen memilih menu andalan restoran tersebut.Saat makanan belum tiba, tiba-tiba Selina merasa sakit perut.“Vina, tolong jaga Steven dan Stegen dulu, aku mau ke kamar mandi sebentar,” katanya sambil mengambil pembalut dari tasnya.Vina mengangguk dan menjawab, “Cepat pergi, kamu menunggumu makan bersama.”Begitu Selina pergi, Vina menerima telepon dari kantornya.“Steven, Stegen, kalian tunggu di sini ya, ibu angkat mau angkat telepon dulu.”Vina sudah memastikan sebelumnya bahwa restoran ini s
Apa?Steven dan Stegen saling bertatapan.Apa maksud gadis bodoh ini?“Kamu bilang Linda bukan ibumu? Kenapa?”Steven melangkah maju dengan cepat dan bertanya, dia ingin tahu jawabannya.“Sebenarnya, tante jahat itu … “Belum selesai Stella bicara.Tiba-tiba, terdengar suara cemas yang memanggil,“Nona Stella, kamu di mana? Nona Stella … ““Bibi Siti, aku di sini!” jawab Stella segera menoleh dan melambaikan tangan pada Bibi Siti.“Aduh sayangku, Bibi Siti hampir saja ketakutan, kamu ke mana saja? Nggak terluka, ‘kan?” Bibi Siti sangat khawatir.Tak lama kemudian, Samuel juga datang. Setelah memastikan putrinya baik-baik saja, dia pun menghela napas lega.“Bibi Siti, ayah, kalian nggak perlu khawatir. Stella baik-baik saja. Stella sedang bicara dengan kakak ganteng. Mereka … “ Stella berbalik untuk memperkenalkan Steven dan Stegen pada ayahnya, tetapi saat dia melihat sekeliling, mereka sudah tidak ada di sana. Stella bingung, “Eh? Ke mana mereka? Mereka masih di sini barusan.”Gumam
Sebelumnya, Stella juga beberapa kali yang duluan mendekati mereka.Namun sekarang, jika mau bertemu gadis kecil itu secara diam-diam bakal lebih susah.Steven mengernyit, masalah ini jadi agak rumit … Aduh, padahal dulu ada banyak kesempatan, tapi semuanya terlewatkan … menyesal sekali … “Steven, jangan khawatir, serahkan saja urusan ini ke aku. Hanya sehelai rambut saja, aku bisa mengurusnya.”Stegen mengedipkan mata dengan nakal, penuh percaya diri.Steven agak ragu dan berkata, “Stegen, kamu jangan gegabah. Itu Keluarga Taslim di Kota Rom, salah langkah sedikit bisa ketahuan sama pria licik itu. Sekarang, keselamatan kita paling penting, jangan sampai mendatangkan masalah untuk Selina sayang.”Walaupun mereka lebih cerdas dari anak-anak lagi, pengalaman hidup mereka masih terbatas, tidak mungkin bisa menandingi ayah mereka yang licik.Ayah bajingan mereka sudah veteran dalam urusan tipu muslihat … “Tenang saja, aku akan hati-hati!” ujar Stegen begitu yakin.Steven juga tidak ban
“Iya, iya, harus traktir tante cantik ini makan!” ujar Stella dengan penuh semangat sambil bergerak-gerak di pelukan ayahnya.Melihat tante cantik, berarti sebentar lagi bisa bertemu dengan ibu!Stella sengaja tidak bilang bahwa dirinya melihat tante cantik ini di rumah ibu, karena dia ingin memberi kejutan untuk ayahnya.Dia yang menemukan ibunya sendiri!Mendengar itu, Vina merasa tenggorokannya terasa tercekat. Tidak boleh sampai ini terjadi.Dirinya tidak akan bisa … pasti akan ketahuan!“Nggak perlu, Pak Samuel. Kamu nggak perlu begitu sungkan padaku!”“Harus. Kamu begitu mempedulikan Selina dulu dan sekarang kamu juga begitu baik pada putriku. Jadi, aku harus membalasnya dengan mengajakmu makan.”Samuel berbicara dengan tenang sambil terus mengamati ekspresi Vina. Dia curiga bahwa Vina tahu sesuatu tentang Selina!Vina menggigit bibir bawahnya, hampir saja emosinya tak terkendali.Kenapa harus menyebut-nyebut nama Selina di saat seperti ini?“Apa Nona Vina sudah ada janji dengan
Setiap hari harus berurusan dengan es batu sebesar ini dan auranya terasa seperti bisa menghancurkan segelanya kapan saja.Namun harus diakui, Pak Samuel memang luar biasa tampan.Di seluruh Kota Rom, dia pasti number 1.Samuel mengangguk dan dengan lembut menggendong putrinya lebih erat.Setelah melewati satu sekat, akhirnya mereka sampai di meja makan.Melihat orang-orang di sana sudah pergi, Vina baru bisa bernapas lega.Tampaknya sahabatnya menangkap isyaratnya yang dia berikan tadi.Melihat keadaan meja yang berantakan, alis Samuel berkerut tajam dan bertanya, “Nona Vina datang bersama teman lain?”“Nggak, semuanya aku pesan untukku sendiri. Aku … memang kuat makan,” jawab Vina dengan cepat, hampir tersedak dengan kata-katanya sendiri.Pasti sahabatnya pergi terburu-buru, sampai tidak sempat membereskan meja.Samuel memandang meja yang penuh dengan makanan untuk tiga orang, ditambah satu paket makanan anak-anak.Jelas, Vina pasti janjian dengan seseorang.Namun, kenapa harus berbo