"Sudahlah sayang lupakan hal itu, Tante sudah memaafkanmu dan tak ingin membahasnya lagi. Itu semua bukan salahmu. Kau masih anak-anak waktu itu." Bu Desi tersenyum. Ia memakluminya dan tak merasa dendam sedikitpun.
Mereka sudah lama tidak bertemu karena Bu Desi dan keluarganya beberapa kali pindah rumah di luar kota bahkan ke luar negeri. Adelia beranjak dari kursi dan membiarkan wanita itu duduk menggantikannya.
"Semenjak anakku kuliah ingin menyelesaikan gelar masternya, aku sudah menetap di sini dan tidak akan berniat pindah rumah lagi. Mungkin saja jika aku bosan aku bisa kembali ke mansionku di New York," Kata wanita itu sambil mengoyang-goyangkan tangannya.
"Besok kamu ke rumah Tante yah, sekalian bawa roti pesanan yang sudah Tante pesan hari ini. Tante akan kenalin kamu dengan anak Tante, kalian sudah lama tidak bertemu."
Adelia memutar matanya sambil berpikir-pikir. Apa-apaan ini. Dia mau dikenalkan dengan teman masa kecilnya? Adelia sudah bertemu dengannya tapi sayang sekali berkat kesalahan dimasa lalu Kaisar melupakannya.
***
Rumput hijau membentang luas dan tampak kering. Seperti biasa, pagi hari selalu menghasilkan embun yang menetes dengan lembut bersama semelir angin yang menggoyangkan dedaunan. Hembusan angin kecil menerpa rambut Adelia.
Adelia mengusap peluhnya ketika ia sampai di toko roti milik ibunya dengan tulisan OPEN. Seperti biasa, toko roti yang satu ini tidak pernah sepi dari pembeli. Adelia masuk, lalu dari belakang memeluk erat ibunya.
Bu Rini terkejut, lalu tersenyum.
"Pasti mampir mau ambil pesanan roti." Kata ibunya sambil terus mengolah adonan roti.
"Iya, Ma. Aku pergi dulu." menghampiri rak-rak roti beraneka rasa sesuai pesanan teman ibunya itu. Ia segera keluar dari toko rotinya setelah berpamitan dengan Bu Rini. Butuh waktu tiga puluh menit untuk bisa sampai di rumah itu.
Adelia diam sebentar di depan pagar yang menjulang tinggi. Benar, ini rumahnya, batin Adelia setelah ia melihat lagi kertas alamat sang pemesan yang ada di genggaman tangannya. Ia segera turun dari motor dan mengucapkan salam.
"Cari siapa?" seorang satpam menghampirinya.
"Saya mau antar pesanan roti yang kemarin sudah dipesan."
"Silahkan masuk." satpam tersebut mempersilahkan Adelia masuk melewati taman. Gadis itu terpesona dengan halaman rumahnya yang luas. Oh my God. Adelia hampir memekik rasanya. Sungguh, halaman seluas ini sepertinya cukup untuk memarkir lima puluh mobil. Tamannya juga sangat indah dan segar. Seorang lelaki tua terlihat sedang memotong rumput dengan rapi.
Adelia berhenti mengagumi semua pemandangan cantik di hadapannya. Ia segera melanjutkan langkahnya ke depan sebuah pintu kayu yang diukir dengan sangat mewah. Selain pintu kayu itu, dua buah pilar besar juga menyambut kehadirannya. Ia ingin berdecak kagum saat ini juga. Sembari menyembunyikan semua kekagumannya pada kemewahan rumah ini, Adelia memencet bel.
"Adelia... Tante sudah lama menunggu. Ayo, masuk!" wanita yang ditemuinya kemarin langsung menuntunnya masuk ke ruang tamu tampak sangat elegan dan mewah di hiasi lantai marmer yang mengkilat.
Hiasan kristal ada di mana-mana, foto pigura serta pajangan lainnya bebas dari debu. Mata Adelia tertuju pada foto keluarga yang letaknya agak jauh dari tempatnya berdiri. Foto anaknya begitu jelas walaupun letaknya terlalu jauh, namun ia takjub dengan suasana rumah mewah dan damai ini.
"Ini pesanan roti yang Tante pesan." Adelia sambil menyodorkan satu kantong plastik berisi roti.
"Makasih banyak, ya, Adel. Eh, sebentar ya, tante ambilkan minum dulu." Bu Desi melihat Adelia membawa kucingnya dengan gemas ia mengelus kepala Catty kemudian menghilang dari hadapannya menuju dapur belakang.
Adelia masih kagum dan takjub dengan suasana dekorasi rumah mewah yang satu ini. Ia memandangi setiap sudut dalam ruangan. Di pojok ruangnya, terdapat tangga melingkar yang sangat indah. Ia menjatuhkan kunci motornya di lantai, saat meraih kunci itu Adelia memekik kaget melihat ikan cantik di bawah lantai kaca. Tidak terhitung jumlah jenis ikan berwarna warni, sungguh sangat indah. Seandainya saja Adelia tidak malu, ia akan memeluk lantai Bu Desi yang menakjubkan.
Ada foto yang dipigura sangat besar, dan ketika Adelia sedang memicingkan matanya untuk mengamati foto tersebut, wanita itu sudah berjalan ke arahnya dengan membawa minuman jus jeruk dengan gelas yang unik dan dua toples masing-masing berisi kue kering sangat menggiurkan.
"Ini minumannya! Tante tahu kamu pasti haus," tukasnya ramah.
Adelia tersenyum, "makasih, tante di sini tinggal sama siapa?" tanyanya penasaran memastikan rumah ini adalah rumah Kaisar teman kecilnya. Adelia menyeruput jus jeruknya yang segar."Suami dan anak tunggal Tante," ucap wanita cantik itu sambil menatap Adelia. Mereka bercakap-cakap mulai dari hal terkecil sampai hal-hal penting.
Tiba-tiba hentakan kaki di tangga, tepat di belakang sofanya membuat Adelia sedikit kaget.
"Akhirnya kau datang juga kesini." Kaisar bertepuk tangan seolah lama menunggu kedatangan Adelia. Mata biru itu menatap gadis yang hanya menggunakan setelan celana kain dan atasan baju berwarna pink dengan rambut di kuncir bagai ikat kuda. Kaisar memandang jijik melihat penampilan Adelia yang sama sekali menurutnya tidak menarik.
"Kamu sudah bangun? Ini, ada anak teman Mama sekaligus teman kecil kamu waktu balita." Bu Desi mencoba menjelaskan.
"Tak perlu dikenalkan, Ma. Kami sudah bertemu sebelumnya." Kaisar melipat tangan ke dada menatap tajam ke arah Adelia.
Astaga! Adelia ingin loncat dari kursinya sekarang juga. Seharusnya Kaisar tak keluar saja dari kamarnya. Sungguh dia tidak ingin berdebat di depan Bu Desi.
"Aku disini cuma mengantar pesanan roti." Adelia berbicara ketus. Bu Desi mengerutkan kening dengan bingung melihat perang dingin akan dimulai.
Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah Adelia, "Urusanmu sudah selesai, Kan? Jadi kau bisa pergi sekarang." Kaisar menatap Adelia sinis. Adelia tahu tidak seharusnya ia berada disini mendengar ocehan dingin Kaisar. Kakinya akan melangkah keluar tapi dicegah oleh Bu Desi.
"Jangan pergi Adelia! Tante tidak ingin kamu pergi. Dan kamu, nak. Mama harap kamu jaga sikap dan bisa menjalin hubungan baik dengan Adelia! Lupakan kejadian masa lalu itu." Ibunya menarik napas sebentar, lalu melanjutkan, "Bagaimana pun kalian tetap teman masa kecil dan Mama tidak ingin memutus persahabatan dengan Mama Adelia karena kejadian masa lalu itu."
Kaisar menghembuskan nafas kasar dengan mengepalkan tangannya. "sampai kapanpun aku tidak akan memaafkan Adelia karena mencelakaiku. Dan dia rubah kecil yang pandai berbohong." ia maju beberapa langkah tepat di depan Adelia mencoba mengingat saat Adelia menghindarinya dan berkata bohong bahwa tidak mengenalnya. Hal itu semakin membuat Adelia jengkel.
"Bagaimana kau tahu aku yang mecelakaimu?" Tanya Adelia heran.
"Mudah sekali untuk mengetahuinya." Kaisar berusaha membanggakan diri, dia punya segalanya. Apapun ia bisa beli.
"Kau!" kata Adelia memasang wajah sinis. "Aku tak sepenuhnya salah atas kecelakaanmu. Kau yang menggigitku jadi aku tidak sengaja mendorongmu hingga kau terjungkal ke jalan raya."
"Aku tak mempercayai rubah kecil sepertimu." tegas Kaisar.
"Kau tak mengingat kejadian itu Kaisar, tapi aku mengingatnya." Mata Adelia berkaca-kaca. Percuma saja berbicara dengan lelaki pemarah yang lupa ingatan. Dada Adelia terasa sesak, Telinganya memanas, masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Sampai kapanpun aku membencimu." teriak Kaisar tak percaya dengan kata-kata Adelia.
"Jika kalian masih menghargaiku disini berhenti bertengkar sekarang juga. Kaisar!? Mama sudah bilang agar kau melupakan kejadian masa lalu itu." Suasana tampak semakin mencekam mendengar dua ocehan orang di depannya yang saling menyalahkan. Bu Desi tahu benar bagaimana karakter Kaisar.
Ia menoleh pada Adelia, "Maafkan anak Tante, ya, Adel. Sebenarnya bukan cuma kamu orang pertama yang mendapat sikap dingin. Sudah banyak korban, bahkan sampai ada yang mengalami gangguan jiwa karena cintanya bertepuk sebelah tangan." Bu Desi memeluk Adelia dan menyuruhnya bersikap tenang.
Kaisar menatap tajam seperti siap menerkam. Tapi Adelia tidak merasa takut, malah mengumpat dalam hati. Ia heran sekaligus bertanya-tanya, bagaimana bisa teman masa kecilnya ini sangat berbahaya dan bisa membuat orang menjadi gila. Adelia berdoa semoga dia bukan termasuk orang yang kesekian kalinya menjadi gila."Tidak apa-apa, Tan. Saya pamit dulu.""Maafkan Kai, kalau sikapnya membuatmu tersinggung. Tante mohon jangan pulang sekarang." Bu Desi terlihat agak kecewa berharap Adelia berubah pikiran.Bu Desi menasehati Kaisar dalam satu bisikan untuk bersikap sopan. Adelia yang merasa tidak enak dengan permohonan Bu Desi lalu duduk kembali ke sofa mengurungkan niat untuk pulang."Kalian ini kenapa selalu bertengkar? Kalian adalah teman masa kecil. Dan kecelakaan itu sudah lama. Seharusnya kalian bahagia bertemu kembali seperti hari ini. Tapi, sikap kalian justru sebaliknya,"cetus Bu Desi sambil menatap mereka berdua."Adelia rubah kecil yang pandai berboh
Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Dara, ialah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi. Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya. Namun sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut. Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara. Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang men
Putri memakai sepatunya dengan malas. Kalau bisa, selama seminggu ini ia bolos sekolah saja. Namun, Bunda pasti akan marah. Ulangan tengah semester telah selesai. Minggu ini, di sekolah sedang beriangsung pekan olahraga. “Sudah siang, Putri. Ayo lekas, nanti terlambat,”tegur Bunda. “Enggak belajar kok, Bunda. Lagi pekan olahraga.” “O iya, kamu ikut olahraga apa, Putri?”tanya Bunda. “Aku dimasukkan ke tim lari estafet oleh Pak Guru. Satu tim dengan Tikah,”suara Putri terdengar pelan. “Bagus, dong! Lari kalian, kan, memang cepat. Tapi, kenapa kamu seperti tidak semangat? Ada apa?” Bunda menyelidik, Putri menunduk. Menggeleng . “Putri?” Bunda tidak suka dengan gelengan kepala Putri. “Putri tidak mau satu tim dengan Tikah,”ucap Putri. “Putri mau satu tim dengan Sabil saja.Tapi,
Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya. Namun sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut. Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara. Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya. Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk m
Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya. Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri. Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, yaitu Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing. Tiba-tiba Hana Berkata, “ Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia.
Dara dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah. Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya persahabatan di antara mereka. Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina. Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal. Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher
Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal. Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang tersisa. Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh. Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang dengan nominal paling rendah.
Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya persahabatan di antara mereka. Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina. Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal. Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang tersisa. Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih v
Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak dimarahi. Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas. Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan. Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istiraha
Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak dimarahi. Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas. Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tid
Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak dimarahi. Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas. Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan. Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istirahat di aula. Suasana segar dari angin yang keluar di kipas membuat Bu Guru tidak menyadari kalau Arkhan ada di sa
Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas. Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan. Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istirahat di aula. Suasana segar dari angin yang keluar di kipas membuat Bu Guru tidak menyadari kalau Arkhan ada di sana. “Bu Guru!” Arkhan menghambur ke arah Bu guru dan memeluknya. “Arkhan kaku dari mana aja? Ibu nyariin kamu ternyata ada di sini?” Ucap Bu Guru. Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu
"Diam kau! Aku tak butuh ocehanmu. Kau harus mendapatkan balasan dua kali lipat dari yang Adelia rasakan. Kau menampar Adelia, Kan sekali?" tanya Kai yang sudah tahu jawaban Dila."Yah, aku menamparnya. Tamparan itu membuatnya memohon padaku." Dila melotot seolah menatap Kai."Pengawal!? Kalian pasti tahu tugas kalian untuk memberinya pelajaran. Tampar pipi wanita gila itu!?" perintahnya tanpa basa basi. Dila hanya menampar satu kali pada Adelia tapi Pengawal itu memberi tamparan dua kali padanya. Hukuman itu tidak sebanding."Kau mendorong dan menjambak rambut Adelia, Kan? Pengawal lakukan tugas kalian dengan benar." Kai tetap melihat cara kerja pengawalnya. Pengawal itu menendang Dila yang di ikat di atas kursi. Ia terhuyung kebelakang, terhempas di lantai merasakan kepalanya pusing. Dila mengeluh kesakitan dengan perbuatan pengawal Kai yang kejam.Sakit yang Dila rasakan belum mereda, beberapa pengawal itu melakukan aksinya dengan menarik rambut Dila beser
Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan. Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istirahat di aula. Suasana segar dari angin yang keluar di kipas membuat Bu Guru tidak menyadari kalau Arkhan ada di sana. Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak dimarahi. Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, A
Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan. Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak dimarahi. Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang. Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas. Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan. Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istiraha
“Bu Guru!” Arkhan menghambur ke arah Bu guru dan memeluknya. “Arkhan kaku dari mana aja? Ibu nyariin kamu ternyata ada di sini?” Ucap Bu Guru. “Iya Bu, soalnya aku masih nungguin jemputan Ibu.” jawab Arkhan. “Iya, lain kali bilang dulu sama Bu guru, ya! Jadinya ibu nggak nyariin kamu.” “Baik bu.” Jawa Arkhan. Setelah itu, Arkhan dan Ibu guru pun ke ruang tunggu penjemputan dan Arkhan bermain beberapa puzzle. Arkhan sangat suka bermain puzzle terlebih puzzle panda milik Humaira, temannya yang dibawa akhir-akhir ini. Humaira juga belum pulang, masih menunggu jemputan. “Mas Arkhan dijemput!” Suara Bu guru menggelegar. Sontak dengan senang hati, Arkhan pun langsung menghambur ke arah ibunya, dan mereka pun pulang. Tinggal Humaira dan beberapa teman lainnya yang belum dijemput. Mereka masih bermain beberapa mainan. Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara Bu guru. “Mba Humaira Dijemput!” Humaira yang terbia
Beberapa hari ini, sekolah sedang ramai perbincangan hari raya kurban. Kata Ustazah, hari raya kurban adalah hari rayanya umat Islam. Hari raya kurban adalah hari raya pemotongan kambing. Aku senang saat hari raya kurban. Ada banyak sekali kawan-kawan di sekolah. Karena saat hari raya kurban, banyak peristiwa di sekolah kami yang menyenangkan. Biasanya, ustadzah menceritakan hari raya kurban di masa lalu. Aku dan teman-teman selalu senang mendengarkan beliau cerita. Kata Ustadzahku, dahulu Nabi Ibrahim As sudah tua usianya dan baru dikarunia anak. Namun, sayangnya begitu memiliki anak bernama Ismail, Allah datang lewat mimpi dan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelihnya. Karena Nabi Ibrahim sangat taat pada Allah SWT, akhirnya menceritakan mimpinya pada nabi Ismail. Ismail pun bersedia untuk disembelih. Namun, begitu pisau menyentuh leher Ismail langsung berubah menjadi kambing. Sejak saat itulah dirayakan hari raya kur