DesirePart 7 Gadis Itu IGadis itu tidak gentar sedikitpun. Ia hanya tersenyum sinis pada lelaki yang hampir saja menjadi mertuanya. Lelaki yang dulu sangat baik padanya. Dia pikir mudah mau menjebloskan orang ke penjara. Semua ada prosesnya. Tapi apa yang tidak bisa ia lakukan. Dia punya kuasa dan uang. Dulu jadi lurah pun karena uangnya banyak. Menyesal dulu ia membiarkan kakaknya membantu lelaki itu."Kamu ini nggak bisa terima karena Aditya memutuskan menikahi Mawar." Sekarang Bu Lurah yang mengeluarkan suara."Maaf, Bu. Jangan kalian pikir kami nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik pernikahan Aditya dan Mawar." Kali ini Laras yang menjawabnya. Membuat Bu Lurah kaget lantas terdiam.Bahkan Jingga pun heran dengan ucapan iparnya. Apa yang Laras ketahui tapi tidak diketahuinya."Ayo, Ga. Kita pulang!" Laras menarik tangan iparnya. Jingga pun langsung berdiri. "Saya tunggu kabarnya, Pak Lurah," ucap Jingga kemudian melangkah ke arah sepeda motornya yang terparkir di sebela
DesirePart 8 Gadis Itu IIKabut pagi melayang di awang-awang. Puncak Wilis juga masih berselimut kabut tebal. Padahal sekarang sudah jam tujuh pagi, tapi suasana masih agak gelap. Tidak seperti di kota yang sudah terang benderang. Beberapa hari tinggal di Ngliman, Fariq mulai terbiasa dengan suasana dan udara dinginnya. Siangnya datang lebih lambat dan sorenya datang lebih cepat. Meski sinar matahari terik di siang hari. Tapi udara tetap saja terasa sejuk.Pagi itu Fariq, Erwin, dan beberapa pekerjanya sarapan di warung Mbok Legi. Nasi pecel dengan segelas kopi atau teh. Sarapan khas orang desa.Fariq menatap Toko Ceria yang masih tertutup rapat. Beberapa hari kemarin jam seperti ini sudah buka. Seorang gadis pasti sedang menyapu. Mulai dari dalam toko kemudian hingga halaman luar. Apa karena peristiwa kemarin sore yang membuat toko belum juga di buka? Fariq jadi cemas memikirkan hal yang mungkin saja terjadi dengan gadis berkulit eksotis itu.Mbok Legi sendiri sambil membungkus nas
DesirePart 9 Awal Perkenalan ILantunan ayat-ayat Al Qur'an itu menyejukkan jiwanya. Suaranya juga terdengar lembut di telinga. Bukan ia tidak pernah mendengar orang mendaras Al Qur'an. Di masjid dekat tempat tinggal mamanya, tiap malam Minggu para remaja masjid sering mengadakan kegiatan membaca Al Qur'an. Tapi kali ini terasa berbeda saja bagi Fariq. Pada saat yang bersamaan hatinya juga lega. Berarti gadis itu baik-baik saja. Dia masih di rumah. Fariq menarik Erwin untuk menepi ketika sebuah mobil muncul dari tikungan depan. Mobil hitam itu berhenti di depan rumah Adam. Seorang laki-laki turun dan mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat.Laras yang membuka pintu. Perempuan itu kaget melihat Aditya sudah berdiri di depannya. Mantan kekasih Jingga itu tetap tersenyum ramah padanya. "Ada apa?""Saya ingin bertemu Jingga, Mbak.""Untuk apa! Nggak usah nemui adikku lagi." Ketus sekali suara Laras.Bersamaan dengan itu, suara lantunan ayat Al Qur'an terhenti dan di akhiri bacaan iftit
DesirePart 10 Awal Perkenalan IIJingga yang baru saja meletakkan belanjaannya di dapur sekalian mengambil wudhu dan masuk kamar untuk Salat Isya.Usai salat, gadis itu membuka pintu jendelanya lebar-lebar. Berdiri di bingkai jendela dan menatap bulan separuh di angkasa yang pekat. Hening. Hanya suara serangga malam yang terdengar dari pekarangan samping rumah. Jingga melamun."Maafkan aku, Ga. Untuk semuanya," ucap lirih Aditya ketika menghampiri Jingga yang sedang memanasi motornya."Jangan bicarakan itu lagi. Aku sudah melupakannya," jawab Jingga tanpa mau menatap pria yang berdiri di sebelahnya. Melupakan? Tentunya tidak akan semudah itu. Tapi untuk apa juga mengakui kalau dirinya terpuruk. Justru Jingga harus menunjukkan pada pria yang telah mengkhianatinya, menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja.Jingga ingat bagaimana gelisahnya Aditya ketika lelaki itu menghampirinya tadi. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan, tapi Jingga sama sekali tidak ingin memberinya kesempatan. Untu
DesirePart 11 Dingin, Aroma Cengkeh, dan Wangi Mawar 1"Hati-hati, Ga. Licin jalannya," pesan dari Mbak Laras ketika Jingga pamitan hendak berangkat mengajar. "Iya, Mbak." Sisa hujan semalam membuat jalanan becek sana sini. Terlebih jalan kampung juga sudah mulai rusak. Aspalnya banyak yang berlubang. Mesti hati-hati kalau bawa motor, supaya tidak tergelincir atau masuk kubangan air.Gadis itu melewati depan rumah Pak Lurah sekaligus depan rumah Pak Saman. Rumah yang ditempati rombongannya Fariq. Jingga melihat mobil putih tadi terparkir di pinggir jalan. Entah jam berapa wanita tadi berangkat dari rumah, hingga sepagi itu sudah sampai di desa Ngliman.Aditya yang sedang memanasi mesin mobil memandang ke arah Jingga yang lewat. Memperhatikan gadis itu dengan segenap rasa yang masih utuh seperti dulu. Namun Jingga lebih memilih menoleh ke arah kanan. Melihat Fariq yang duduk berbincang dengan perempuan yang bertanya padanya tadi. Para ibu-ibu yang mengantar sekolah anaknya masih du
DesirePart 12 Dingin, Aroma Cengkeh, dan Wangi Mawar 2Di kejauhan, tampak deretan pegunungan telah diselimuti kabut. Gerimis lembut turun sore itu. Menambah syahdu suasana lereng Wilis. Dingin, aroma cengkeh, wangi mawar yang beterbangan diembus angin, serta suara kicau burung hutan liar yang terbang pulang ke sarang. Maka nikmat mana yang kamu dustakan.Sejenak Jingga menatap di kejauhan sambil menunggu Arum selesai mengunci rolling door. "Ikut aku dulu ya. Sepedamu biar di toko saja.""Ke mana, Mbak?" tanya Arum sambil memasukkan kunci ke dalam tas selempangnya. Tiap hari dia yang bawa kunci, karena datang ke toko lebih pagi."Ada pesan dari Bu Sri yang harus kusamapaikan pada Pak Fariq.""Pak Fariq yang bosnya orang proyek itu?" tanya Arum dengan netra berbinar-binar. Membuat Jingga mengernyit heran. "Kamu sudah tau?"Arum tersenyum. "Tau. Dia sudah viral di kalangan anak gadis dan kaum janda. Ibu-ibu juga suka membicarakannya. Kan tiap pagi dia sering sarapan di warungnya Mbok L
DesirePart 13 Hari Sabtu Pagi 1"Kurasa kamu lebih mengenali siapa aku daripada mengenali siapa Mawar. Kita berteman sejak masih kecil. Kamu tahu bagaimana aku. Tapi sudahlah, Aditya memang sepupumu. Berarti Mawar juga menjadi kerabatmu sekarang. Wajarlah kalau kamu lebih percaya mereka." Perkataan Jingga membuat Yayuk terdiam. Jingga membayar dan mengambil barang belanjaannya. "Aku pulang dulu, Mbak Rah," pamit Jingga pada pemilik warung.Sedih. Jingga merasa sangat kehilangan. Terputusnya hubungan dengan Aditya, berimbas banyak dalam kehidupannya. Membuatnya jadi pergunjingan banyak orang, hingga ke desa tetangga kala itu. Sungguh, beban mental yang luar biasa. Walaupun mereka mengunjung karena iba. Tapi hubungannya dengan Yayuk merenggang. Padahal selama ini ke mana-mana mereka selalu bersama. Sekolah, mengaji, belajar kelompok, dan bermain.Sama-sama berasal dari keluarga tidak punya, membuat keduanya saling menjaga semenjak zaman kanak-kanak. Meski keluarga Aditya kaya dan suks
DesirePart 14 Hari Sabtu Pagi 2Aroma maskulin menyambut Jingga ketika masuk dan duduk. Tidak ada pernak-pernik milik perempuan di sana. Sama sekali tidak ada hiasan apapun selain sekotak tisu yang berada di antara kedua jok mobil dan pengharum mobil.Ketiga kendaraan meninggalkan halaman TK diiringi teriakan anak-anak yang melambaikan tangan pada orang tuanya. Di belakang, beberapa orang tua yang hendak mendampingi, mengikuti dengan motor mereka."Anak-anak diam ya, jangan berisik." Jingga memandang ke belakang. Menyuruh diam anak-anak yang berceloteh riang sambil memandang sepanjang perjalanan. Dia merasa tak enak jika Fariq terganggu."Maaf, Pak Fariq. Udah kami repotkan, anak-anak juga berisik."Pria itu tersenyum. "Tidak apa-apa. Santai saja.""Terima kasih banyak, Pak.""Sama-sama."Jingga memandang ke depan. Pada mobil Aditya yang melaju tepat di hadapan mereka. Hatinya tidak tenang. Bukan karena ada Aditya saja, tapi duduk berdampingan di mobil dengan lelaki yang bisa saja i