“Hei! Lama sekali kau membuka pintu. Kalian masih ngapain, hayooo?”
Suara Catherine yang mengolok-ngoloknya memenuhi ruangan kamar yang kosong. Esme menatap Catherine setelah membuka pintu dan berbalik menuju dalam. Dia tak menjawab Catherine. Hatinya hampa, kosong, teringat jejak pertengkaran semalam dan bagaimana dengan mudahnya dan kasarnya Dave memakinya jalang, jalang, dan jalang.
Esme mengambil tas ranselnya di atas kursi kemudian menuju pintu. Catherine yang melihat Esme langsung menutup pintu jadi terheran.
“Mana Dave?” tanyanya dengan sepasang mata yang mengernyit heran.
“Aku tak tau,” jawab Esme jujur, dengan menghela napasnya. Jujur segala pertanyaan tentang keberadaan Dave telah mengganggunya sedari tadi. “Bisa coba kau tanyakan pada Richard?”
“Oke. Tapi apa yang terjadi?”
“Kami bertengkar.”
“Karena kau mau putus?”
Esme menghela napasnya lagi. “Entahlah. Dia selalu menanyakan kenapa Darren melakukan CPR tanp
“…. Dengan ini, saudara Nicky Meizzo dijatuhi hukuman 10 tahun penjara atas tuduhan melakukan percobaan penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Tidak ada keringanan hukuman termasuk pembebasan bersyarat, atau keringanan masa hukuman akibat berkelakuan baik. Dengan demikian, sidang selesai.” Hakim mengetuk palu 3 kali dan membuat pria yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara itu meraung-raung bak orang kesetanan.Nicky juga berusaha meraih Esme, berusaha untuk mencabik-cabik wanita itu karena telah menjebloskannya ke dalam penjara.Dengan cepat, beberapa opsir penjara segera mengamankan Esme, dan sebagian lagi memegangi dan bahkan memukuli Nicky. Pria itu kemudian diserett agar mau kembali ke dalam sel.Esme tersengal dan gemetar atas semua kejadian barusan. Hingga sebuah lengan mendekapnya tiba-tiba. Dan saat Esme mendongak, wajah Darren terpampang di sana.Pria itu memeluknya erat, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Esme p
“Jadi kurasa, mulai sekarang aku bisa menemuimu, kan?” tanya Darren saat mobil mereka berada di lampu merah.Esme menganggukkan kepalanya seraya menyelipkan rambutnya ke balik telinga sebagai pengiyaan atas pertanyaan Darren. Pria itu pun kembali menggenggam erat tangan Esme. Dia tersenyum senang. Tangan itu dibawanya ke bibir dan dikecupnya dengan lembut.Kehangatan bibir Darren yang mengaliri kulit tangan Esme terus merayap hingga ke jantung hati gadis itu. Ada kelegaan besar yang bersemayam di hatinya sekarang. Dan kelegaan itu bersanding dengan rasa cinta yang semakin merekah, yang mengukirkan nama Darren di dalam hatinya.Yang jelas berbeda adalah setiap sentuhan Darren menghantarkan getaran di sekujur tubuhnya. Hatinya berdesir dan jantungnya berdegup kencang. Semuanya terasa mendebarkan.Akan tetapi, saat Esme hendak menjawab pertanyaan Darren, ingatannya menayangkan kedatangan Trisha ke apartemen Darren. Telinganya menden
“Maafkan aku, Honey. Please, jangan tinggalkan aku. Aku yang salah. Kemarin aku terlalu emosi. Maafkan aku.” Air mata tergenang di sepasang mata Dave yang biasanya selalu ceria.“Dave, please! Kita sudah bicarakan ini kemarin. Dan aku tetap pada perasaanku.”“Tapi, kita sudah setahun bersama, suka duka kita lalui bersama. Kau tak bisa meninggalkanku begitu saja! Aku akan berubah menjadi lebih baik. Aku tak akan memakimu lagi. Aku akan menjagamu dengan baik. Memperlakukanmu dengan baik. Please, jangan tinggalkan aku. Aku masih mencintaimu, Honey. Sangat mencintaimu.”“Dave, please …. Kita sudah membicarakan ini,” keluh Esme berusaha melerai pelukan mereka. Dan di saat itu, Dave semakin menurunkan wajahnya. Bibirnya mencari bibir Esme dan melumatnya penuh hasrat.“Dave! Hentikan!”“Kau milikku, Esme. Tetap milikku!” Lidah Dave memaksa masuk untuk menghi
“Kau sudah siap?” Suara Darren mengalun lembut di ujung telepon membuat Esme yang mendengarnya mau tak mau jadi tersenyum hangat. “Aku sudah siap, tapi Catherine sakit. Aku khawatir padanya jika meninggalkannya sendirian di rumah.” “Oh, lalu bagaimana? Apa aku bawakan makan malam ke rumahmu? Sekalian untuk Catherine juga?” tawar Darren. “Ya, boleh juga. Tapi kau tidak apa-apa kan jika makan malam kita tidak jadi?” “Oh, jangan khawatirkan itu. Aku tak apa. Yang penting aku bisa melihatmu malam ini. Sebelum aku tidur.” Esme tertawa renyah. “Kau sekarang pintar merayu, ya?” Darren juga tertawa. “Ya, ini efek jatuh cinta.” “Oh, that’s so sweet,” kata Esme menghibur Darren. Mereka tertawa lagi berdua setelahnya. Lebih dari setengah jam kemudian, Darren tiba di toko dengan membawa beberapa buah telur dan beberapa potong bacon. Dengan tersenyum lebar dia memaerkan bahan mentah yang dia beli di supermarket
“Cath,” panggil Esme dengan sepiring bacon and egg di tangannya. Gadis itu membawakan makan malam Catherine ke atas, ke kamar Catherine. “Kenapa?” tanya sepupunya itu dari balik kamar. Suaranya terdengar menahan mual. “Ini kubawakan makananmu. Cobalah dulu.” Tak ada jawaban. Hanya pintu kamar yang tak lama kemudian dibuka. Wajah kusut Catherine muncul. Dia terlihat kacau dan kasihan. Esme mengangsurkan piring di tangannya. “Ini.” Catherine meliriknya, kemudian mengambilnya. “Aku makan di kamar?” tanyanya memelas. “Iya,” jawab Esme penuh pengertian. “Oke. Makasih.” “Kalau kau masih lapar, biar nanti kupesankan pizza,” kata Esme lagi, berusaha menghibur gadis itu. Yang terjadi malah, Catherine menatap Esme dengan tatapan mata berbinar-binar. “Kenapa tidak sekarang saja? Aku mau pizza, with extra cheese.” “Lalu, ini tidak jadi?” tanya Esme sebal. “Pizza ajalah. Yaaa?” pinta Ca
Malam itu, kecupan demi kecupan kembali membahana terpantul di dinding dapur Emerald Cake and Bakery yang dingin. Akan tetapi, kedua insan yang saling memadu hasrat, memancarkan kehangatan tersendiri. Dunia seakan milik berdua bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Itulah yang terjadi pada Darren juga Esme. Rasanya hanya ada kebahagiaan dan kelegaan melingkupi hati, diri, dan hidup mereka. Apapun bisa mereka raih saat kebahagiaan cinta sedang dalam genggaman tangan. Hingga mereka berdua tak mendengar langkah kaki yang mendekati mereka, secara diam-diam dan mengendap-endap. Hingga suara itu mengagetkan mereka berdua. “Ini pizzanya masih ada. Kalian mau?” tanya Catherine yang tiba-tiba sudah berada di pintu dapur. Gadis itu berjalan menuju meja panjang dapur dan meletakkan kotak pizza di atas meja. Wajahnya telah berseri dan terlihat lebih bersemangat, tak lagi sekusut tadi. Esme dan Darren menghentikan peraduan hasrat mereka meski merasa
“Kenapa harus meminum vitamin sih?”Catherine baru saja selesai sarapan saat Esme mengingatkannya untuk meminum vitamin penambah nutrisi tubuhnya. Meski mengiyakan, Catherine mengeluh akan hal itu. Dia menuang dua butir kapsul yang harus dia minum ke tangannya, sembari memberengutkan wajahnya.“Itu untuk memastikan bayi mu cukup mendapat asupan gizi dan tubuhmu tidak kekurangan gizi, Cath.”Mendengar penjelasan Esme, Catherine mendelik pada gadis itu. Cara berbicara sepupunya itu seakan sudah pernah mengalami kehamilan saja. Itu yang Catherine tidak suka.“Huh!” Catherine mendenguskan oksigen dari paru-parunya dengan kuat. Setelah itu dia menelan dua butir kapsul itu sekaligus.Detik itu juga, Catherine terbatuk-batuk dan kapsul-kapsul itu terlempar keluar dari mulutnya.“Argh! Kapsul itu terlalu besar. Aku malas meminumnya.”“Lalu? Kau tidak mau meminumnya lagi? Bagaimana kalau ba
Sementara Cahterine mengikuti Susan bertemu dengan pria bernama Kyle McGroover, yang sayangnya kali ini Kyle McGroover yang dikenal Susan bukanlah CEO dari Hanocha coprs., melainkan hanya seorang salesman di perusahaan itu, Esme tetap di rumah. Pada saat Catherine dan Susan menuju tempat pertemuan dengan Kyle, pegawai Emerald Cake and Bakery yang lain pulang dari toko. Esme memanfaatkan waktu untuk berbenah dan sedikit merapikan tampilan bakerynya, selagi menunggu Darren menjemputnya.Esme berdiri di depan lemari etalase kue nya. Dari sudut pandangnya, lemari itu sedikit menyerong posisinya. Esme mendekati lemari etalasenya dan membenahi posisinya.Setelah gadis itu merasa sudah sesuai, Esme kembali membenahi posisi kursi dan meja yang tersedia untuk pelanggan.Sementara itu, di luar toko, seseorang mengintai segala tingkah laku dan gerak-gerik Esme. Sosok itu berada di dalam mobil dan mengintai gerak-geriknya dengan teropong. Setelah sosok itu merasa situasi se