“Sepertinya mereka ganti mobil. Ini mobil yang kita cari ada diparkir sepanjang malam di daerah barat kawasan pinggiran kota.”
Setelah sepanjang pagi hingga siang Darren bagai cacing kepanasan yang tak tahu harus berbuat apa selain menunggu kabar dan memantau jalannya pelacakan lewat darat dan udara, kabar itu akhirnya datang. Namun, meski ditunggu-tunggu, kabar itu membuatnya kehilangan satu lagi senar pengharapannya untuk menemukan bayinya yang tercinta.
“Aku akan ke sana! Berikan koordinatnya!” serunya pada sosok di ujung saluran teleponnya.
Satu jam kemudian, Darren telah berada di samping mobil itu. Dia melihat semua yang ada pada mobil itu benar seperti yang tertera dalam rekaman CCTV.
Ditendangnya body mobil hingga peyok, melampiaskan kekesalannya. Archie menahannya untuk menendang ke dua kalinya.
“Darren! Sabar! Tenang! Kau tidak boleh merusak barang bukti!”
Darren terdiam. Napasnya t
“Dasar sial! Merusak kesenangan orang saja!” umpat Nicky sambil meludah ke luar jendela. Baru saja dia merasa menang, sekarang mereka sudah mencurigainya. “Maaf, Bos. Tapi, mereka tidak mendapatkan petunjuk apapun, Bos. Aku yakin,” kata anak buahnya dengan kepala semakin menunduk. “Tentu saja! Jika mereka sampai mendapatkan petunjuk, kepalamu itu sudah tidak akan berada di tempatnya!” hardiknya marah pada anak buahnya itu. “Ampun, Bos.” “Dasar tolol! Sekarang, bagaimana dengan Tom? Kau sudah mengurus pembebasannya?” “Sudah, Bos. Besok siang, Tuan Tom akan tiba di sini.” “Baiklah. Saat kau keluar dari sini nanti, beritahu pelayan untuk menyiapkan makan siang istimewa untuk besok. Aku mau menjamunya dengan special.” “Baik, Bos.” Anak buahnya keluar dan Nicky sudah tak sabar menanti besok siang agar bisa berkumpul dengan Tom. &nb
Nicky menjadi bingung. Kenapa adiknya tidak bereaksi senang seperti yang diperkirakannya?“Kenapa kau berteriak? Mana bisa aku beritahukan padamu sebelumnya? Kau saja baru tiba,” protees Nicky.Namun, wajah pucat Tom membuat Nicky jadi penasaran. “ADa apa sebenarnya?”“Aku bertemu dengan tangan kanan Marco saat akan ke bandara tadi pagi. Shit! Harusnya aku mengabaikannya.” Wajah pucat Tom dipenuhi penyesalan.“Apa yang telah dia lakukan padamu?” Kini, Nicky yang terlihat waspada.“Dia mengajakku bicara. Aku berpikir itu hanya basa basi. Dia menceritakan tentang Marco yang juga baru berhasil menyogok aparat sekitar satu minggu yang lalu. Setelahnya, dia bertanya apakah kau juga sudah berhasil bebas, dan ke mana aku akan pergi. Jadi, kukatakan padanya bahwa kau sudah berhasil bebas dan kini mengundangku datang ke rumahmu yang di Meksiko.”Mendengar itu, raut wajah Nicky
Darren mengendarai mobilnya bersama Archie untuk kembali ke kantor. Tidak ada petunjuk apa pun lagi yang mereka temui, dan itu semua membuat Darren semakin frustrasi.Selesai memarkir mobil di kantor, Archie turun dari mobil, sedangkan Darren tetap di dalam mobil. Archie heran mengapa rekannya itu tidak turun.Saat dia mengintip, Darren terlihat sedang memukul-mukulkan kepalanya di setir mobil. Dia juga memukul dashboard hingga terlihat sedikit kempot.Darren terus menghentakkan kepalanya ke setir mobil dan baru berhenti saat darah telah merembes dari keningnya. Setelahnya, dia tetap membiarkan kepalanya di setir. Bahunya kemudian bergoncang karena segala macam emosi yang bercampur aduk di dalam dadanya.Kemarahan dan kekalutannya bercampur dengan rasa penyesalannya. Dia sudah mendengar bahwa Nicky berhasil bebas. Tapi, dia tidak memperketat kewaspadaan dan penjagaannya pada Esme. Terlebih lagi, mereka sekarang sudah memiliki bayi. Suami dan ayah macam ap
Sepanjang perjalanan di taxi menuju bandara, hati Darren terasa tidak tenang. Bagaimana dia bisa tenang? Dia tidak tahu keberadaan Esme. Meskipun dia bisa menghubungi ponsel Esme, tetapi istrinya itu tidak menjawab panggilan teleponnya. Ada apa? Apakah mungkin Nikcy menyerang Esme lagi?Tidak, tidak! Tidak mungkin. Nicky sudah di Mexico. Dan lagi, Nicky sudah mendapatkan bayinya. Dia tidak mengincar Esme sejak awal. Jadi, tidak mungkin!Jika begitu, lalu ke mana Esme? Hatinya semakin berdetak tak karuan. Pikirannya semakin tak terkendali. Bagaimana jika istrinya itu mengalami kecelakaan atau sesuatu hal lain? Jika begitu, dia tidak seharusnya ke Mexico sekarang. Esme pasti membutuhkannya. Lagipula, Baby Daisy akan baik-baik saja di tangan istri Nicky Meizzo. Wanita itu tampak begitu senang dengan kehadiran bayi mereka di sana.Masalahnya, hati manusia siapa yang tahu? Bagaimana jika itu semua hanya kamuflase? Bagaimana jika ternyata Nicky mengambil
“Bos, orang-orang kita sudah kukumpulkan lagi. Mereka di luar. Semua sudah siap!” Di siang menjelang sore hari yang tenang dan damai itu, suara Martinez terdengar berlawanan dengan suasana sentosa yang menguar di sekeliling mereka. Marco keluar dari kamarnya. Dia sendiri sudah siap. Dua revolver telah siap sedia di pinggangnya. Satu di sebelah kanan, dan satu sebelah kiri. Tak lupa peluru cadangan di saku celananya. Di sudut ruang tamu kediamannya yang lama, juga tampak sepeti penuh berisi pistol dan senjata lainnya. Di hadapan Marco tampak selusin pengikutnya yang kembali dikumpulkan Martinez dalam waktu singkat. Marco mengangguk. Dia sendiri telah siap, meskipun telah lebih dari sepuluh tahun lamanya dia tidak terjun ke dalam medan peperangan seperti ini. Namun kali ini, cucu semata wayangnya lah yang menjadi korban. Dia akan mencurahkan segala tenaganya untuk menyelamatkan cucunya itu. Bahkan jika dia harus mengorbankan darahnya, d
Marco dan Martinez tergeletak tak berdaya di lantai. Sementara itu, anak buah Nicky sudah tinggal tiga orang saja yang amsih bertahan. Anak buah Marco telah dilumpuhkan semua.Keadaan kembali seperti saat sebelumnya. Marco dan Martinez tergeletak di lantai dengan kaki dan lengan atas yang terluka terkena tembakan, sedangkan Nicky dan Tom kembali menodongkan senjatanya pada mereka berdua.Nicky dan Tom bersiap untuk menembak jantung Marco dan Martinez, tapi kemudian, suara televisi di ruangan itu menyita perhatian mereka.TV yang sedari tadi memang menyala, menyiarkan berita tentang penculikan bayi berusia dua bulan oleh seorang criminal yang seharusnya masih berada di penjara. Foto wajah baby Daisy disorot dengan jelas, begitu juga wajah Nicky Meizzo yang diduga sebagai otak di balik penculikan itu.Sontak saja hal itu membuat Nicky murka. Dia meletuskan televisinya dengan tembakan pistolnya. Setelah itu, dia kembali menodongkannya ke
Britney kini menuju kamar tempat tidur Baby Jade. Dia melihat bayi itu masih tertidur nyenyak. Sekarang, setelah dia mengurung Mrs. Liu, seharusnya pelayan di rumah tidak ada yang tahu tentang berita di TV tadi. Britney pun mulai berbenah untuk belajar mengurus baby Jade sendiri.Satu jam kemudian, deru mobil memasuki pekarangan rumah. Britney kebetulan sedang berdiri di balkon kamar Jade, memikirkan langkah selanjutnya. Dari balkon itu, dia melihat Nicky dan Tom turun dari mobil.Britney menahan marahnya dengan susah payah. Dia pasti akan membuat perhitungan dengan pria busuk itu mengenai hal ini. Menjadi istri dari seorang pria yang bergelut di bisnis gelap adalah satu hal. Tetapi, membuat dia terseret kasus criminal adalah hal lain yang berdampak serius.Jika bukan karena dia sudah jatuh hati teramat dalam pada baby Jade yang begitu lucu dan menggemaskan, dia pasti sudah melarikan diri dari tempat ini diam-diam dan mengembalikan bayi itu ke oran
“Bacakan situasi terkini!” perintah Archie pada agen Rory yang berada di bawah naungannya. “Istri tersangka telah diungsikan ke villa di tepi pantai tadi pagi. Sementara target Nicky Meizzo beserta adiknya, Thomas Meizzo, tetap di mansionnya. Mereka terlibat baku tembak bersama Marco Bandares dan anak buahnya yang menyerang kediaman Nicky.” Darren mengecek pistolnya, mengokangnya, kemudian mengunci dan menyimpannya di saku dadanya. Setelahnya, dia berkata pada tim nya, “Kita ke kediaman the Meizzo dulu. Setelah itu, baru kita menyelamatkan bayiku.” Semua anggota tim nya segera menaiki mobil. Dan hampir satu jam kemudian dia tiba di mansion Nicky. Tempat itu tampak berantakan. Selain benda yang berserakan, juga tubuh para anak buah dari Marco maupun Nikcy berserakan di sana. Mereka akhirnya menemukan Marco dan Martinez yang dalam kondisi lemah terikat di ruang duduk. Gegas mereka melepaskan ikatan kedua o
Tiga hari di Claymont terasa kurang bagi Darren maupun Esme. Akan tetapi, apa mau dikata. Mereka sudah harus pulang. Pekerjaan Darren menantinya. Dengan pangkat baru, tanggung jawab baru, Darren tidak bisa berlama-lama cuti, meskipun dia berharap dia bisa. Sebelum meninggalkan Claymont di hari itu, pagi harinya Esme mengajak Darren menuju ke perkebunan anggur. Dia ingin membawa pulang anggur berkualitas yang langsung bisa dia petik di perkebunan itu. Kebetulan, pemilik perkebunan mengenal baik keluarga Darren. Mereka menyusuri perkebunan itu dengan Mr. Thompson, pemilik perkebunan. Pria paruh baya itu sambil menjelaskan pohon anggur mana yang buahnya berkualitas baik. Hingga tiba di deretan pohon yang berada tepat di tengah-tengah kebun, Mr. Thompson berhenti. “Ini yang paling berkualitas di sini. Dan kau beruntung, ada yang baru berbuah dan belum dipetik. Jika kau datang siang ini, aku yakin buah ini sudah tidak ada di sini.” Esme tersenyum senang. “Trims, Mr. Thompson. Tapi, ak
“Aku ingin tempat yang lebih tenang untuk hidup. Kota kecil atau pedesaan rasanya lebih cocok untukku.”“Pedesaan? Bagaimana kau bisa hidup di pedesaan?”“Aku bisa bertani. Atau beternak. Rasanya lebih menantang, dari pada hanya duduk seharian di apartemen dan menghabiskan uangku untuk minum dan makan saja.”Selesai mengucapkan itu, Martinez melewati Catherine begitu saja.Catherine begitu shock hingga dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mengejar pria itu? Atau membiarkannya pergi? Catherine seperti kehilangan akalnya sendiri.Baru saat langkah Martinez semakin jauh darinya, Catherine baru tersadar. Gegas dia mengejar pria itu.“Jangan! Jangan pergi!”Martinez menghela napasnya. “Tekadku sudah bulat, Cath.”“Sudah bulat bagaimana? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Padahal kau tidak boleh pergi! Kau ha
Pagi itu, Darren duduk di kursi makannya. Dia sedang menyesap kopinya saat matanya tertuju pada layar ponsel. Claire mengiriminya undangan pesta pernikahan. Sebagai kakaknya, tanpa dikirimi undangan pun Darren pasti harus hadir. Tetapi, adiknya itu tetap ingin mengiriminya undangan.Melihat undangan itu, Darren merasa ada yang menggelitik hatinya.Sepiring poblano peppers tersaji di hadapannya secara tiba-tiba. Esme menyusul dengan duduk di sebelah pria itu. Wajahnya tersenyum lembut, memancarkan kebahagiaan.“Wow! Sarapan yang menggiurkan,” ucap Darren dengan matanya berbinar penuh gejolak.“Ya! Tadi kebetulan bangun lebih pagi, dan semua bahannya ini lengkap. Jadi, aku masak saja ini.” Esme mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah dengan perlahan dan sambil menikmatii rasa yang bercampur dalam mulutnya.“Hmmm, ini sangat lezat. Kau tidak makan?”“Tentu, aku akan
“Apa yang terjadi di sini, biarlah berlalu. Tidak perlu disimpan dalam hati apalagi sampai dibawa pulang ke rumah kita. Aku tidak ingin kebersamaan kita nantinya ternoda dengan segala hal yang diucapkan Claire padamu. Bisakah?”Mendengar ucapan Darren, air mata Esme luruh lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Darren menghapus air mata itu dan mengecup wajah Esme dengan penuh kasih.Setelahnya, mereka membawa segala barang bawaan mereka keluar kamar.Baru juga membuka pintu, sosok Claire sudah menghadang Esme di sana.“Mau apa lagi kau?” hardik Esme pada Claire. Rasanya seluruh persendian tubuhnya terasa sakit karena segala emosinya tersentak pada perseteruannya dengan Claire.Darren pun yang masih menarik koper di belakang Esme langsung menghardik Claire juga. “Claire, please. Apa tidak capek kau memikirkan hal itu terus-menerus?”Claire menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Dan dengan
Catherine menahan napasnya selama perkelahian mereka dan baru mengembuskan napasnya itu saat Garry telah kehilangan kesadaran. Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya tertaut pada tatapan mata Martinez. Di benaknya, dia mengharapkan Martinez akan menanyakan dengan lembut, ‘apa kau tidak apa-apa?’ Namun yang terjadi sesungguhnya, pria itu menatapnya marah dan membentaknya. “Apa kau sudah gila?! Apa kau sudah tidak punya harga diri lagi?!” Catherine shock minta ampun. Dia sampai terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Martinez masih melanjutkan kemarahannya pada Catherine. “Kalau kau bodoh, lebih baik kau tinggal di rumah dan mengurus bayimu. Bukannya berkeliaran mencari lelaki lajang. Kau haus belaian atau apa, huh?!” Kata-kata Martinez begitu menusuk hati Catherine. Dia yang baru saja merasakan keterkejutan karena perlakuan Garry yang membuatnya takut, kini malah harus menghadapi kemarahan Martinez. Dia bahkan dikatai b
“LEPASKAN! KAU BAJINGAN!” Catherine berusaha keras untuk berteriak, memukul, menendang. Apa saja agar terlepas dari kungkungan Garry. Tetapi, pria itu jauh lebih kuat darinya.Kini, wajah Garry berada di atas wajahnya. Bibirnya menjelajah di sekeliling pipi dan lehernya, membiarkan liurnya menempel di kulit Catherine. Dan pada akhirnya bibir itu mendarat di bibirnya.Catherine meronta-ronta ingin melepaskan dirinya.Namun nyatanya, tangan Garry malah merobek kaosnya.Catherine semakin histeris. Segala tenaga dia kerahkan hanya untuk merasakan terjangan tenaga yang lebih besar lagi dari Garry.“HELP! HELP!!!” teriak Catherine putus asa. Garry sudah bagai binatang buas yang siap membantai korbannya. ***Tok tok tok.Darren mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama kemudian, ayahnya membuka pintu dengan perlahan. Te
Sementara itu di kamarnya, Claire juga menangis tersedu. Dia memikirkan betapa James Carter adalah pria yang baik.James sudah berteman dengan Darren sejak mereka di awal karier kepolisian. Claire suka berada di dekat mereka jika James datang ke rumah.Dan entah sejak kapan, James mulai menunjukkan tanda-tanda suka pada Claire. Meskipun gadis itu tidak menganggap James lebih dari seorang teman, Claire tidak pernah meremehkan perasaan James.Di hari ketika kabar tewasnya James tiba di telinganya, Claire mulai sering memikirkan pria itu. Saat itu, Claire merasa tidak ada salahnya membuka hatinya untuk James. Pria itu dewasa dan sangat baik. Dirinya yang manja mungkin akan bisa merasakan cinta yang manis saat bersama James.Claire bahkan sudah menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan pada James, bahwa dia ingin membuka hatinya untuk James.Tetapi kemudian kabar itu datang. Hatinya hancur remuk.Baru bertahun-tahu
Garry benar-benar mengajak Catherine ke apartemennya. Dalam setiap langkahnya, Catherine merasa semakin gelisah.Meskipun semua ini adalah idenya sendiri, tetapi memikirkan dia akan kepergok Martinez mengunjungi apartemen pria lain, yang malahan baru dia kenal lewat kencan buta, tetaplah membuat perutnya terasa mual.Langkah kaki Cahterine hampir saja berbalik arah jika bukan karena wanita itu terngiang lagi akan ucapan Martinez sebelum ini.‘Kau berhak mendapatkan pria lain yang lebih sempurna. Yang layak mendapatkan dirimu.’Huh! Dasar lelaki tidak peka! Memangnya Martinez tidak sadar jika yang Catherine inginkan adalah pria itu sendiri? Dan karena kebodohannya itu, sekarang Catherine benar-benar ingin mencari yang lebih baik dari pria itu. Dia akan tunjukkan bahwa dia tidak akan mengemis cinta.“Unitmu di lantai ini?” tanya Cahterine terkejut saat mereka keluar dari lift. Bahkan unit Garry berada di lantai yang sama denga
Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me